Rabu, 27 September 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 98) Minggu, 24 September, 2Samuel 3: 6-16

MEMANG LIDAH TAK BERTULANG
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Ketenangan seseorang didapat dari pemeliharaannya terhadap lidahnya. Lidah laksana binatang buas, jika dilepaskan niscaya menggigit. Jika lidah adalah alat untuk mengekspresikan pikiran, maka seharusnyalah kita menggunakannya untuk hal-hal baik.

Ucapan yang menusuk perasaan.

Kitab 2 Samuel mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pemerintahan Daud selama 40 tahun, termasuk perebutan Yerusalem dari suku Yebus dan penetapannya sebagai pusat politik dan keagamaan Israel. Bacaan kita menyatakan sebuah prinsip kepemimpinan yang penting dan abadi dalam kerajaan Allah: makin besar perkenan dan urapan Allah atas hidup sang pemimpin, makin besar pula hukuman Allah apabila ia melanggar kepercayaan Allah dengan melakukan pelanggaran moral atau etis.

Dalam pada itu, Tuhan selalu menyertai kehidupan Daud. Di kota Hebron, Tuhan tidak hanya memberkati dirinya, namun juga seisi rumahnya. Janji penyertaan Tuhan adalah jaminan kuat bagi setiap orang yang beriman. Di pihak lain, Tuhan akan berpaling dari kehidupan orang yang tidak setia kepada-Nya. Keadaan raja Isybosyet (keturunan raja Saul) semakin lemah dan. Kesalah-mengertian antara raja Isybosyet dengan panglimanya Abner membawa kehancuran. Ucapan Isybosyet telah menusuk perasaan Abner. Akibatnya ia marah, dan Isybosyet kehilangan orang yang selama ini diandalkannya (ay. 8-11).

Memberlakukan yang diucapkan.

Ucapan dalam keadaan marah seringkali hanyalah ancaman yang tidak dilaksanakan. Namun Abner benar-benar bertindak sesuai ucapannya. Ia tahu risiko dan tuntutan Raja Daud akan berat kepadanya tetapi sebagai pahlawan sejati, Abner tidak gentar menghadapinya. Perundingan antara panglima Abner dan Raja Daud berjalan dengan baik, karena kedua belah pihak sama-sama mempunyai prinsip untuk berdamai yang saling menguntungkan (ay. 12-16).

Ini kisah tentang seorang bapak dengan anak lelakinya. Mereka tidak tahu apa yang tidak beres. Si bapak dan anaknya membeli sebuah perahu motor tua untuk memancing, tetapi perahu itu tidak bisa berjalan dengan baik. Perahu itu tidak bisa berlari kencang, dan berguncang-guncang ketika mereka mencoba mempercepat jalannya. mereka menduga sumber masalahnya ada pada sistem pembakaran. Jadi mereka menyetel karburatornya dan mengganti filter bahan bakar. Namun, itu ternyata belum menyelesaikan masalah.

Ketika mereka mengeluarkan perahu tersebut dari air, anak laki-lakinya menemukan penyebab masalahnya. Salah satu baling-balingnya terkoyak sepanjang dua sentimeter. Si bapak pikir, pasti bukan itu penyebabnya. Koyakan itu terlalu kecil. Namun, ketika mereka memasang baling-baling yang baru, hasilnya benar-benar berbeda. Ternyata mereka telah diperlambat oleh koyakan kecil itu.

Dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani, kita kerap mengalami masalah yang sama. Kesalahan Isyboset seperti yang digambarkan dalam bacaan kita berakar pada hal-hal yang tampaknya sepele. Salah ucap. Jika kita mengabaikan atau menoleransi salah-salah "kecil" ini, mereka akhirnya akan bertumbuh, membuat kerusakan yang lebih besar pada pikiran dan tingkah laku kita--bahkan membahayakan orang- orang di sekitar kita. Sama seperti sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan, kesalahan "kecil" akhirnya juga bisa melemahkan pelayanan kita bagi Kristus dan gereja-Nya.

Ingat, koyakan kecil dapat menyebabkan masalah besar. Salah kecil tidak akan tetap kecil. Karena lidah tak bertulang, perhatikan ucapanmu!

HATI-HATI DENGAN LISANMU. JAGA LIDAHMU. BERPIKIRLAH SEBELUM BERUCAP.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar