Kamis, 25 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 162) Jumat, 26 Januari 2018, Ayub 21:1-15

JANGAN MENGHAKIMI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Mengingatkan, sah.
Menghakimi, jangan.

Allah mengendalikan segala sesuatu
Bacaan kita separuh dari perikop Jawaban Ayub kepada Zofar (ay. 1-34). Para penuduh Ayub yang tidak melihat ketulusan Ayub telah menyangkal dan bukan menjelaskan penyebab penderitaannya. Namun karena harapan yang dimilikinya kini sudah lebih kuat, Ayub sanggup bangkit dari kekecewaannya terhadap mereka dan mulai mengambil alih pimpinan di dalam perdebatan itu. Telinga mereka yang terbuka memberikan lebih banyak penghiburan ketimbang mulut mereka yang terbuka (ay. 2). Kekuatan dari argumentasi Ayub akan menjadikan mereka semua bungkam (ay. 5).

Sementara itu, ketidakadilan yang nyata dalam kehidupan, sekalipun mendukung perkara Ayub, sangat menyulitkan dirinya justru karena Ayub mengakui bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu (ay. 9). Merupakan petunjuk tentang integritas Ayub bahwa di dalam penderitaannya sekalipun Ayub tidak mau bertukar tempat dengan orang kaya yang fasik. Sekalipun demikian, Ayub tidak terlalu menghargai perlunya kasih karunia ilahi untuk tetap membiarkan umat manusia yang jatuh dalam dosa hidup di dunia ini. Selanjutnya, Ayub tidak memahami tujuan injili dari pemberian kasih karunia umum untuk dinikmati oleh orang tidak percaya.

Realitas yang rumit
Dewasa ini, kita harus memahami sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi. Sama seperti Ayub yang terus terang menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu, begitupun yang kita alami di kekinian pelayanan kita. Karena inti kecaman rekan sepelayanan berkisar di dua hal: bahwa masalah dalam pelayanan adalah akibat dosa dan bahwa itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini seperti Ayub kita dapat membantah di sekitar dua hal itu pula.

Daripada mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, sama seperti Ayub, kita dapat mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka. Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda, ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ay. 7). Keturunan mereka bukannya menderita, tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ay. 8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ay.10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ay. 12-13).

LANGKAH PERTAMA MENYELESAIKAN MASALAH 
DALAM PELAYANAN ADALAH DENGAN TIDAK MENGHAKIMI TERLEBIH DAHULU.



NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611