Selasa, 18 Juli 2017

Sabda Bina Diri – Rabu, 19 Juli 2017 (Kejadian 25:19-28)

TETAPLAH BERDOA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Janji Tuhan tidak pernah terlambat, janjiNya selalu tepat di saat yang tepat juga. Karenanya, mintalah dalam doamu.

Doa yang terus menerus tak akan sia-sia.

Di bacaan ini, kita mendapati cerita tentang kelahiran Yakub dan Esau, dua anak kembar dari Ishak dan Ribka. Lahirnya mereka ke dalam dunia lewat jalan tak biasa.  Bahwa mereka didoakan. Orangtua mereka, setelah lama tidak mempunyai anak, mengandung mereka melalui doa (ay. 20-21). Ishak berumur empat puluh tahun ketika ia menikah. Walaupun ia seorang anak tunggal, dan seorang yang darinya keturunan yang dijanjikan akan datang, namun ia tidak terburu-buru menikah. Ia berumur enam puluh tahun pada waktu anak-anaknya lahir (ay. 26).

Jadi, setelah menikah, ia tidak mempunyai anak selama dua puluh tahun. Ishak berdoa, ia memohon kepada Tuhan untuk istrinya. Meskipun Tuhan sudah berjanji untuk memperbanyak keluarganya, ia berdoa bagi pertumbuhannya.  Tuhan mendengar doanya, dan mengabulkan permohonannya. Perhatikanlah, anak-anak adalah karunia Tuhan. Orang yang terus-menerus berdoa, seperti Ishak, akan mendapati, pada akhirnya, bahwa mereka tidak mencari dengan sia-sia.

Ujian kesabaran mendatangkan berkat.

Demikian juga adanya kita, walaupun penggenapan janji Tuhan selalu pasti, namun sering kali itu berjalan dengan lambat, dan tampak dihalang-halangi dan ditentang oleh Sang Pemelihara, supaya iman kita dicoba, kesabaran kita diuji, dan berkat yang sudah lama kita nanti-nantikan lebih disambut lagi apabila datang.
Kita harus mendorong doa-doa kita, dan harus dikembangkan sebagai dasar iman kita. Sekalipun kita sudah sangat sering berdoa memohon berkat, dan terus memintanya selama bertahun-tahun, dan tidak dikabulkan, seharusnyalah, kita tidak berhenti berdoa. Sebab kita harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu, berdoa tanpa henti, dan mengetok-ngetok sampai pintu dibukakan.
Tuhan mengabulkan semua permintaan kita jika kita menuruti kehendak- Nya. Namun, Dia tidak selalu memenuhinya secepat yang kita harapkan. Tuhan tidak pernah tergesa-gesa. Kita harus belajar menunggu-Nya, dan menyadari bahwa jawaban yang kita cari belum saatnya muncul. Atau mungkin saja kita belum berserah sepenuhnya pada kehendak-Nya. Oleh sebab itu, jawaban bagi banyak doa kita adalah "tunggu sebentar". Jika kita tak dapat menerima hal ini dan tetap memaksa mendahului Tuhan, kita mungkin akan menemui kesukaran. Kita harus mempercayai-Nya dan yakin bahwa Tuhan adalah yang terbaik. Menunggu kehendak Tuhan bukanlah suatu penantian yang muram atau kekhawatiran yang penuh keresahan. Penantian ini merupakan kesabaran yang penuh sukacita, penantian yang terus maju ke depan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan menjawab doa-doa kita sesuai dengan waktu-Nya.
Doamu belum terjawab? Jangan berkata tak terkabul. Mungkin bagianmu belum engkau kerjakan sepenuhnya. Kerja baru dimulai saat doamu yang pertama diucapkan. Dan Tuhan akan menyelesaikan apa yang sudah Dia mulai. Meskipun bertahun-tahun telah lewat, jangan putus asa. Kemuliaan-Nya akan kita lihat, suatu ketika, di suatu tempat. Teguhkan hati kita. Penundaan Tuhan bukan berarti penolakan-Nya. Doa yang dinaikkan oleh Roh Kudus untuk kita, akan dijawab. Jangan biarkan waktu penantian ini melemahkan iman kita.

TUHAN TAK PERNAH TIDUR. TETAP BERDOA DAN JANGAN PERNAH MENYERAH UNTUK BERJUANG.

Salam WOW





Sabda Bina Diri – Selasa, 18 Juli 2017 (Kejadian 24:62-67)

TUNDUK DALAM HORMAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Cinta itu saling menghormati. Bukan saling mencela. Berbahagialah pasangan hidup yang melandasi kehidupan pernikahannya dengan saling menghormati satu sama lainnya.

Ikutlah teladan Ribka yang menundukkan dirinya menghormati Ishak.

Bacaan kita menggambarkan, Ribka berlaku amat sopan ketika ia bertemu Ishak: karena tahu bahwa itu Ishak, turunlah ia dari untanya (ay. 64), lalu ia mengambil telekungnya dan bertelekunglah ia (ay. 65), sebagai tanda kerendahan hati, kebersahajaan, dan penyerahan diri. Ia tidak mencela Ishak karena tidak datang sendiri untuk menjemputnya, atau, setidak-tidaknya, untuk menemuinya setelah ia menempuh perjalanan selama satu atau dua hari.

Ribka tidak mengeluh betapa membosankannya perjalanannya, atau betapa sulitnya ia meninggalkan sanak saudaranya, untuk datang ke sebuah tempat yang asing. Sebaliknya, setelah melihat Tuhan Sang Pemelihara berjalan di depan dia dalam urusan itu, ia pun menyesuaikan dirinya dengan bersikap ceria dengan hubungan barunya itu.

Menghormati adalah menghargai.

Walau seseorang itu bukan siapa-siapa, hormatilah. Jangan mencela. Apalagi ia suamimu, istrimu, pacarmu, adik kakakmu. Sikap menghormati adalah sikap mengakui harkat dan martabat manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Ketika kita merasa tak dihormati di banyak tempat, ingatlah dirumahmu ada seseorang yang menghormatimu..

Terhadap pasangan hidup kita berlakulah saling menghormati. Menghormati adalah berlaku sopan. Sepatutnya kita menghormati dengan khidmat orang yang kepadanya kita mengikat janji sehidup semati dalam sebuah mahligai rumah tangga. Jangan marah padanya jika dia tidak lagi hormat. Tapi marahlah pada diri sendiri sebab ketika dia hormat, kita tidak pernah menghormatinya.

JIKA KITA MENCINTAI SESEORANG, KITA AKAN SENTIASA MENGHORMATINYA WALAUPUN DIA TIDAK BERADA DISISI KITA.

Salam WOW





Sabda Bina Diri – Senin, 17 Juli 2017 (Kejadian 24:28-49)

TUNAIKAN TUGAS TEPAT JANJI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kita menjadi mulia saat menepati satu janji, bukan saat mengucapkan seribu janji. Kita bukan manusia super yang mampu melakukan banyak hal, karena itu jangan memiliki ribuan janji. Cukup memiliki satu janji, dan berusaha mewujudkannya dengan tepat.

Eliezer, hamba Abraham paling senior, yang telah mengikat janji dengan tuannya, untuk mengemban tugas mencarikan istri bagi Ishak, memberi tahu Ribka dan keluarganya tentang tugas yang diberikan tuannya kepada dia. Tugas Eliezer adalah mengambil seorang istri bagi anaknya dari antara sanak saudaranya, beserta alasan untuk itu (ay. 37-38).

Betapa sungguh-sungguhnya dia dengan urusannya. Meskipun ia baru melakukan perjalanan jauh, dan tiba di rumah Ribka, ia tidak akan makan sebelum disampaikannya pesan yang dia bawa (ay. 33). Perhatikanlah, melaksanakan pekerjaan kita, dan memenuhi kepercayaan yang diberikan kepada kita, entah untuk Tuhan atau manusia, harus lebih kita utamakan. Eliezer menepati janjinya untuk menyelesaikan tugasnya tepat waktu.

Tepat janji tepat sasaran tepat waktu.

Tindakan Eliezer sungguh tepat. Tugas harus diselesaikan dengan tuntas. Penundaan pulang mungkin mengakibatkan keluarga Ribka berubah pikiran, dan akhirnya menolak melepaskan Ribka. Sebenarnya kalau Eliezer mau berdalih, perjalanan jauh sehingga butuh waktu istirahat panjang, tentu saja perjalanan boleh ditunda satu atau dua hari lagi. Sebagai hamba yang baik, ia ingin menyenangkan tuannya dengan menepati janjinya: Tepat sasaran dan tepat waktu.

Apabila kita menyatakan kesediaan dan kesanggupan berbuat, haruslah kita menepatinya. Kita hendaknya menyanggupi akan menepati apa yang telah dikatakan atau yang telah disetujui. Haruslah kita tepat janji. Betul dan lurus atau persis benar antara yang dijanjikan dengan yang dilakukan, itu namanya tepat janji. Orang yang tidak menepati janjinya mencerminkan kondisi jiwa yang kerdil. Dalam karakter manusia sejati selalu ada jiwa besar untuk menunda segala sesuatu yang merugikan banyak orang, dan jiwa besarnya selalu TEPAT JANJI dalam membahagiakan banyak orang, daripada TAK TEPAT JANJI yang membuat banyak orang menderita.

Renungkan ini, semua tugas, besar maupun kecil, bila dilihat sebagai pelayanan kepada Tuhan dan sesama, haruslah kita lakukan dengan penuh tanggung jawab. Antara janji besar dan janji kecil tidak jauh berbeda. Saat tidak ditepati, keduanya berpotensi menyebabkan kenurukan yang sama. Menepati janji adalah kebijaksanaan. Tidak mudah berjanji adalah kebijaksanaan lainnya.


HIDUP DIKELILINGI ORANG YANG TIDAK MENEPATI JANJI, BUKAN ALASAN UNTUK IKUT HIDUP, SEBAGAI PELANGGAR JANJI.

Salam WOW