Jumat, 11 Agustus 2017

Sabda Bina Diri - Minggu, 13 Agustus 2017 (I Korintus 11:2-12)


SINAR MULIA YANG SETARA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Lelaki diciptakan dari tanah dan perempuan dari tulang. Karena itu perempuan lebih kuat daripada lelaki dan kekuatannya terletak pada kelemahannya.

Laki-laki menyinarkan kemuliaan Tuhan, perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki.

Dalam bacaan kita, Paulus mengecam perempuan yang berdoa atau bernubuat tanpa tudung kepala, atau laki-laki yang melakukan keduanya dengan tudung kepala (ay. 4-5). Paulus tegas berkata, Sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan, tetapi perempuan berasal dari laki-laki (ay. 8). Laki-laki diciptakan pertama-tama, dan dijadikan sebagai kepala atas makhluk ciptaan di dunia . Bahwa laki-laki menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Ia wakil dari kekuasaan dan kepemimpinan Allah yang mulia atas seluruh dunia. Laki-lakilah yang ditetapkan sebagai kepala makhluk ciptaan di dunia bawah ini, dan dalam hal itu ia serupa dengan Allah. Sebaliknya, perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki (ay. 7).

Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Mereka diciptakan untuk satu sama lain. Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja, dan karena itu diciptakanlah perempuan, dan diciptakan untuk laki-laki. Laki-laki dimaksudkan sebagai penghibur, penolong, dan pembela perempuan, meskipun ia tidak secara langsung diciptakan untuk perempuan demi keperluan-keperluan itu. Mereka diciptakan untuk saling menghibur dan memberkati, bukan yang satu menjadi budak dan yang lain menjadi tuan lalim. Keduanya menjadi satu daging, ini supaya bangsa manusia beranak cucu. Mereka adalah alat bagi satu sama lain untuk memberi keturunan bagi satu sama lain. Ketika perempuan pertama-tama dibentuk dari laki-laki, maka sejak itu pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan (ay. 12), dan semuanya oleh hikmat dan kuasa dari Sang Penyebab Utama yang menetapkannya demikian.

Kesetaraan…

Tidak ada perbedaan dan tidak ada kesamaan kedudukan dalam kehidupan dunia ini. Tidak ada perbedaan kedudukan ketika kita berada pada posisi sebagai hamba-Nya dan tidak ada kesamaan kedudukan ketika berkaitan dengan ketaatan kita sebagai hamba terhadap Tuhan. Ini berlaku untuk kita semua, baik laki-laki maupun perempuan.

Perempuan adalah pantulan sinar kemuliaan laki-laki, dan laki-laki merefleksikan sinar kemuliaan Tuhan. Artinya, Perempuan adalah refleksi sinar kemuliaan Tuhan melalui laki-laki. Jagalah kehormatan itu. Perempuan maupun laki-laki. Kita adalah sinar kemuliaan Tuhan.

Pada novel karangan G.K. Chesterton yang berjudul The Man Who Was Thursday, seorang polisi agen rahasia menyelundup ke dalam kelompok pemberontak yang ingin mengacaukan dunia. Ia diselimuti ketakutan yang luar biasa, sampai akhirnya ia menemukan seorang sekutu di dalam kelompok itu.

Chesterton menuliskan perasaan sang polisi ketika menemukan seorang teman: “Dalam semua pencobaan ini, akar ketakutannya adalah kesendirian. Tak ada kata-kata yang dapat mengungkapkan betapa besarnya perbedaan antara sendirian dan memiliki seorang teman. Para ahli matematika mengatakan bahwa empat orang adalah dua orang ditambah dua orang. Namun bila kita mendapatkan seorang teman, kita bukan sekadar dua orang yang bersatu, melainkan bagaikan kesatuan dua ribu orang.” Itulah kesatuan Laki-laki dengan perempuan.

Ketika Daud dikejar-kejar oleh Raja Saul yang cemburu dan kehilangan akal sehat, ia memiliki seorang teman yang mau mengambil risiko besar untuk mendampinginya. Yonatan, putra tunggal Saul, menyatakan kesetiaannya kepada Daud dan memberitahukan niat sang ayah untuk membunuhnya. Lalu, saat Saul mengejar Daud ke padang gurun, “bersiaplah Yonatan ... lalu pergi kepada Daud di Koresa. Ia menguatkan kepercayaan Daud kepada Allah”.

Betapa indahnya hadiah yang kita berikan saat kita dengan setia mendampingi seorang teman yang membutuhkan dukungan! Ada semangat dan kekuatan yang luar biasa saat dua orang (laki-laki dan perempuan) bersatu di dalam hidup ini. Tangan siapa yang dapat kita kuatkan hari ini dengan menjadi teman baginya?

PASANGAN HIDUP SEJATI MENOLONG KITA UNTUK TETAP MAJU SAAT KITA HENDAK MENYERAH.

#Salam_WOW 

Pemesanan Buku Hubungi: 0819 3255 1765 (WA/SMS)




Sabda Bina Diri - Sabtu, 12 Agustus 2017 (Hosea 10:9-15)


MENABUR PERBUATAN BAIK
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Berbuat baiklah. Karena kebaikan adalah bahasa yang bisa didengar oleh orang tuli dan dilihat oleh orang buta, maka hati akan selalu tentram teduh bila kita selalu berbuat baik

Israel menabur kejahatan.

Hosea memaparkan, Israel disamakan dengan anak lembu yang amat terlatih yang suka mengirik gandum atau biji-bijian lain. Tidak ada kuk berat yang diletakkan pada tengkuknya yang elok (ay. 11). Hosea tetap mengulurkan harapan bagi bangsanya: Menaburlah bagimu sesuai dengan keadilan (ay. 12). Sekitainya saja mereka mau berpaling kepada Allah, mereka akan mendapati Allah berbelas kasihan. Jika mereka ingin menuai panen, Israel harus membuka tanah baru. Ia tidak dapat menabur di antara duri-duri dan mengharapkan tuaian yang baik. Hosea mengingatkan Israel bahwa masih ada waktu untuk mencari TUHAN.

Bacaan kita, mengajarkan prinsip ini kepada umat Israel. Waktu itu mereka tidak mau berserah kepada Allah. Umat Israel justru menabur kejahatan dan mengandalkan diri sendiri. Kini mereka memakan buah kebohongan, terutama kebohongan bahwa keselamatan dan keberhasilan berasal dari kekuatan militer mereka sendiri. Hosea mendesak bangsa Israel untuk mengikuti jalan Allah, menggemburkan hati mereka yang keras karena dosa dan "mencari Tuhan". Jika mereka menabur benih kebenaran, maka mereka akan memetik belas kasih Allah dan Dia akan mencurahkan hujan berkat ke atas mereka.

Jangan andalkan kekuatan sendiri.

Apakah Kita tidak mau membuka hati bagi Allah serta firman-Nya? Apakah Kita lebih mengandalkan diri sendiri daripada Allah? Jika demikian, kini saat yang tepat bagi Kita untuk mencari Tuhan dengan pertobatan yang jujur, menabur perbuatan dan sikap yang baik, serta setia mengikuti jalan-Nya. Yang terutama, bersandarlah pada kuasa-Nya dan jangan mengandalkan kekuatan sendiri. Hidup Kita akan berbuah lebat.

Tanah yang belum dipupuk tidak baik untuk menumbuhkan tanaman. Namun, ketika kita menanam benih yang baik pada tanah yang dipupuk dengan baik, matahari dan hujan akan memelihara pertumbuhan sampai saat panen tiba.

Tanah yang disiapkan dengan baik, benih yang baik, dan berkat Allah sangatlah penting untuk memperoleh panen melimpah. Itu tidak hanya berlaku dalam berkebun, tetapi juga dalam hidup kekristenan kita.

BUNGA ATAU ILALANG YANG TUMBUH ESOK ADALAH BENIH YANG KITA TABUR HARI INI.

#Salam_WOW





Pemesanan Buku, Hubungi 0819 3255 1765 (WA/SMS)