Rabu, 28 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Kamis, 29 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 7:1-29)

ANUGERAH TUK TAK GAGAL
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tujuan tunggal khotbah  Stefanus ini adalah dalam
rangka membela dirinya terhadap tuduhan fitnah. Khotbah panjang itu pada intinya, mengurai bahwa sepanjang sejarah Israel, Tuhan telah membangkitkan hamba-hamba-Nya untuk memimpin dan menyelamatkan Israel: Abraham (ay. 2-8), Yusuf (ay. 9-22), dan Musa (ay. 23-29). Namun Israel berulang kali menolak. Mereka bahkan melanggar firman-Nya. Israel tlah gagal menerima anugerahNYA.
Stefanus mengajak tuk tak gagal.

Stefanus mulai dengan memaparkan anugerah Allah yang begitu besar. Anugerah tersebut
harusnya direspons dengan syukur dan sukacita, disertai tekad untuk setia kepada Tuhan dan tidak berpaling kepada ilah-ilah bangsa lain. Anugerah Allah nyata ketika Tuhan memilih dan memanggil Abraham keluar dari negerinya yang masih menyembah berhala, untuk menjadi cikal bakal umat Allah yang menerima segala janji dan berkat-Nya. Janji itu luar biasa. Bukan kepada Abraham langsung, tetapi kepada keturunannya, yaitu umat Israel. Mereka akan memiliki tanah pusaka (ay. 5). Walau, sebelum itu mereka akan mengalami terlebih dahulu diperbudak oleh bangsa Mesir, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka. Israel menjadi tak gagal menerima anugerahNYA.

Kita diberi anugerah tuk tak gagal.

Kita yang hidup dalam era milenial, telah merasakan dan menikmati anugerah yang jauh
lebih besar daripada tanah pusaka di muka bumi ini. Kita telah menerima pusaka kekal di surga oleh karya Kristus. Tentu respons yang seharusnya adalah kita setia mengikut Dia dan giat mengabarkan Injil keselamatan-Nya agar orang lain pun beroleh anugerah besar tersebut. Itulah tugas panggilan pengutusan kita bersama.

Jangan mengeluhkan masalah remeh temeh dalam tugasmu, karena Tuhan mempunyai tujuan tuk pekerjaan pelayananmu saat ini. Pelajarilah apa yang hendak Tuhan ajarkan.

Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan.

Sudahkah kita menjalankan tugas panggilan dan pengutusan kita dengan setia dan sungguh?

#Salam_WOW


Sabda Bina Diri - Rabu, 28 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 6:8-15)

HIKMAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Ada tertulis: “Sekaranglah janji itu digenapi, Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu”.
Hikmat adalah bijak. Hikmat adalah akal budi.
Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar.
Stefanus memilikinya.
Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Stefanus sangat mengagumkan (ay. 8). Namun pelayanan Stefanus yang mengundang takjub sebagian orang, ternyata membangkitkan amarah yang besar dari orang-orang Yahudi.
Mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong Stefanus berbicara (ay. 10). Mereka tidak mampu mendukung pendirian mereka sendiri ataupun membantah pendapatnya. Melalui pendapat yang tidak dapat dilawan, ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Ia berkata-kata dengan begitu jelas dan sempurna hingga mereka tidak dapat membantah apa pun yang diucapkannya. Walaupun tidak dapat diyakinkan, mereka dikalahkan dalam debat. Tidak dikatakan bahwa mereka tidak mampu melawan dia, tetapi, mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara, Roh hikmat yang berbicara melalui dia. Mereka menyangka hanya akan berdebat dengan Stefanus dan pasti mampu mengalahkan dia, tetapi ternyata mereka berdebat dengan Roh Allah di dalam dia, yang sama sekali tidak seimbang dengan mereka.
Mereka tidak mampu mengalahkan pendapat Stefanus yang penuh urapan Roh. Kemudian, mereka melancarkan tuduhan palsu; dan menghasut para tua-tua dan ahli Taurat untuk menyeretnya ke pengadilan (ay. 11-12). Akhirnya Stefanus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama (ay. 13-15). Pola ini berulang-ulang terjadi di dalam kehidupan dan perkembangan gereja mula-mula. Gereja masa kini pun harus waspada, sebab pola yang demikian masih terjadi. Gereja difitnah, masyarakat sekitar dihasut untuk melakukan kekerasan terhadap gereja.
Dua hal yang Gereja harus lakukan:
Pertama, Gereja harus senantiasa berada di bawah kuasa Roh agar mampu bertahan. Kedua, Gereja harus seperti Stefanus, walaupun dibawa ke Mahkamah Agama, wajahnya tetap bersinar seperti malaikat.
Payung...tidak dapat menghentikan hujan,
tetapi membuat kita dapat berjalan menembus derasnya hujan.
Begitupun dengan Hikmat.
Berhikmat kepada Tuhan tidak menghentikan masalah,
tetapi memberi kita kekuatan untuk tetap bertahan
bahkan berselancar diatasnya.
Mari lakukan apa yang menjadi bagian kita.
TUHAN akan mengerjakan bagian-NYA. Amin.