Rabu, 13 Desember 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 148) Minggu, 17 Desember, Yesaya 11:1-5

BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Buka hati ada damai
Buka mata ada terang
Buka kasih ada sukacita
Buka Alkitab ada kabar kedatangan-Nya.

Kedatangan-Nya.

Bacaan kita di Minggu Adven III ini, memberikan gambaran yang indah tentang dunia baru masa depan yang diperintah oleh sang Tunas, yaitu, Yesus Kristus (ay. 1). Kata Ibrani _netzer_ ("Tunas") mungkin merupakan akar kata dari nama Nazaret. Yesus disebut sebagai orang Nazaret yang bisa berarti "orang dari Nazaret" atau "orang dari Tunas". Dia akan timbul sebagai Tunas dari tunggul Isai, yaitu ayah Daud dan akan menjadi pemimpin dunia yang dipulihkan kepada kesejahteraan, kebenaran dan kebaikan. Awal penggenapan nubuat ini terjadi 700 tahun kemudian ketika Yesus Kristus lahir, sedangkan penyelesaiannya masih menantikan kedatangan-Nya yang kedua.

Dalam pada itu, Mesias akan diurapi secara luar biasa oleh Roh Kudus supaya dapat melaksanakan kehendak Bapa dan membawa keselamatan penuh bagi bangsa-bangsa (ay. 2). Secara adikodrati Dia akan diberi tujuh anugerah dari Roh Kudus Allah. Karenanya, dia akan menjalankan pemerintahan yang benar-benar adil, sebab tidak akan ada penggugat atau pemohon yang cerdik yang akan dapat mendustai Dia dengan bukti palsu (ay. 3). Sementara ayat 4 mengacu kepada kedatangan kembali Kristus ke dunia untuk menghukum dan membinasakan segala yang jahat. Kedatangan kembali untuk mengadakan pembalasan yang adil ini diperlukan untuk menetapkan pemerintahan-Nya yang sempurna dan benar.

Selanjutnya, dia akan membela hak-hak orang lemah dan orang miskin, terlebih orang lemah lembut yang ditindas karena kesetiaan mereka kepada Allah, terhadap orang-orang kaya dan berpengaruh (ay. 5). Seperti ikat pinggang, menyatukan seluruh busana pemakainya pada tempat yang tepat, demikian juga standar kesucian Allah akan merupakan kekuatan pemersatu dan tetap dalam pemerintahan Mesias. Kebenaran dan kesetiaan merupakan sifat integral pemerintahan Mesias; keduanya juga menjadi tuntutan bagi semua orang yang akan memimpin dalam gereja Tuhan.

Penantian kedatangan-Nya.

Ia yang akan datang itu disebut Tunas, bukan seorang raja lain dalam garis Daud tetapi "Daud" lain dalam garis Daud. Roh Tuhan, Roh Hikmat dan Pengertian, Roh Nasehat, dan Keperkasaan serta Roh pengenalan dan takut akan Tuhan akan ada pada-Nya. Nubuat tersebut digenapi dalam diri Yesus pada kira-kira 740 tahun kemudian.
Kalau nubuat pertama tersebut telah digenapi pada kira-kira 2000 tahun yang lalu, maka nubuat kedua merupakan saat yang masih dinantikan oleh setiap orang yang percaya. Pada kedatangan-Nya yang kedua, Dia akan datang sebagai Hakim yang adil dan kudus, kemudian akan mengubah dunia yang penuh penderitaan ini menjadi dunia baru yang penuh dengan kedamaian dan sukacita.

Kadang, kita lupa hal itu. Lupa, bahwa Tuhan selalu menyertai dan melindungi kita. Kita lebih mudah ingat betapa hebatnya diri kita yang mampu melampaui segala rintangan tanpa menyadari bahwa Tuhan bekerja di sana. Dan sekali lagi, Tuhan harus datang untuk keselamatan kita. Maka, seperti Tuhan yang tak mampu menolak untuk menyertai anakNya, dapatkah kita juga tak mampu menolak segala kasihNya dalam perjalanan hidup kita dan membiarkan tanganNya bekerja dalam hidup kita?

Marilah bersyukur atas anugerah Minggu Adven III, yang telah diberikan bagi kita dan marilah memanfaatkannya secara maksimal. Biarlah kita menjadi umat yang kudus dan yang berkenan di hadapan Allah, serta menjadi terang dimanapun kita berada. Sehingga melalui kesaksian hidup kita, tidak hanya pribadi kita sendiri saja yang beroleh keselamatan, tetapi orang lain juga dapat menikmati keselamatan yang kekal itu.

MARI KITA MENJADI PEMBAWA CINTA KASIH, DAMAI DAN TERANG BAGI DUNIA. SELAMAT MEMASUKI MINGGU ADVEN III, SEMOGA KEHIDUPAN KITA, KELUARGA DAN TIAP RUMAH TANGGA SELALU DIPENUHI DENGAN CINTA DAN DAMAI.

#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan. 
Kontak: 0818 0888 2611 (WA/SMS)




                                                                                                                           

Selasa, 12 Desember 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 147) Rabu, 6 Desember, Maleakhi 2:17

JANGAN SEKALIPUN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kamu menyusahi  TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata:  "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan --atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Mal. 2:17)

Iri.

Ayat ini mengenai masalah pembalasan. Kenyataan bahwa orang fasik kerap kali makmur dan sejahtera menjadi batu sandungan bagi orang saleh selama hanya dapat memikirkan pembalasan dalam rangka dunia sementara ini.

Kalimat ini: “Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?  Bermakna, walau agama mereka hanyalah suatu bentuk kosong, orang-orang yang hidup sezaman dengan Maleakhi protes ketika kesalehan mereka dipertanyakan. Sementara kalimat ini: “Setiap orang yang berbuat jahat”, Yang diacu adalah orang-orang Yahudi yang duniawi dan juga orang kafir. Alasannya: Karena banyak orang menikmati kemakmuran materi, walaupun mereka terus-menerus melanggar hukum moral, maka andaikata Allah ada, Dia rupanya menyenangi mereka. Terakhir, kalimat ini: “Di manakah Allah yang menghukum?”, bermakna kehadiran Allah yang mahakuasa dan adil dipertanyakan. Secara tidak langsung tuduhannya adalah bahwa jika Allah ada, Dia tentu bertindak.

Meragukan Tuhan.

Umat bertanya dengan nada sinis, "Di manakah Tuhan yang menghukum?" Bangsa Israel pada zaman nabi Maleakhi dan Kristen zaman ini, pasti yakin telah menyembah Allah yang benar. Tetapi selalu ada bahaya terjadinya penyimpangan. Misalnya, mengkondisikan Tuhan sesuai selera kita. Akibatnya, semua perbuatan salah dibenarkan! Kristen telah dibebaskan dari gelap menuju terang, dari buta total menjadi dapat melihat. Allah membuat perubahan radikal dalam diri manusia. Tetapi jika firman Tuhan tidak lagi dihargai otoritasnya, atau tidak lagi menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan, maka kebenaran pun menjadi kabur, kebaikan Tuhan diragukan.

Tuhan yang benar. Tuhan tidak membeda-bedakan dosa. Dari yang bersifat spiritual (sihir dan sejenisnya), yang bersifat pribadi (zinah), maupun dosa mempermainkan keadilan, menindas yang lemah, dan sebagainya. Artinya, Tuhan tidak pernah menekankan pengecaman hanya kepada salah satu dosa saja. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang membuat perjanjian -- yang merangkul manusia dengan kasih yang tidak patut mereka terima; Tuhan yang dahsyat; Tuhan yang bertindak untuk meneguhkan keadilan; Tuhan yang tidak langsung menghancurkan, tetapi berkarya memurnikan iman yang seringkali melalui penderitaan; Tuhan, sumber Pengharapan. Mereka yang telah jatuh jauh pun, diubah secara radikal sehingga hidupnya dimampukan menyenangkan hati Tuhan daripada menyusahkan. Tuhan menuntut agar manusia hidup sesuai dengan hukum kasih dan akan menghakimi mereka yang tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, antara lain mereka seperti pemfitnah, pemeras tenaga pekerja dengan upah rendah, berlaku tidak adil dan tidak peduli terhadap orang lemah.

Pada suatu hari, seperti biasanya, ibu ini bangun pagi dan seperti kebiasaannya ia bangun dan membaca Alkitabnya, berdoa dan setelah itu ia ke dapur untuk mempersiapkan tempe yang akan di jualnya hari itu.
Pada saat ia akan mengambil tempe yang telah dibuat sehari sebelumnya, betapa kagetnya begitu ia membuka tutup wadah tempe buatannya, belum jadi!  Masih berupa kedelai.
Ia duduk sebentar, menarik napas panjang dan mulai berpikir ” Apa yang menyebabkan ini terjadi  padaku ya ? Apa aku sudah berbuat dosa atau ada sesuatu yang lain sehingga hal ini bisa terjadi?” Ia mengambil keputusan untuk berdoa.
Doa ibu ini sungguh-sungguh. “Dan sekarang aku berkata kepada kedelai ini, Dalam nama Tuhan Yesus, aku perintahkan engkau berubah menjadi Tempe !”. Ibu ini sering melihat bagaimana pendeta di gerejanya berdoa dan bagaimana ia belajar Alkitab di gerejanya yang mengajarkan bagaimana anak Tuhan diberi otoritas oleh Tuhan. Karena itulah ia belajar mempraktekkannya hari itu.

Apa Yang Terjadi?

Ternyata tempe tersebut belum jadi. Masih seperti sebelumnya berupa tempe setengah jadi. “Ya Tuhan, aku harus berbuat apa? Mengapa hal ini bisa terjadi padaku. Aku nggak punya uang cukup untuk makan kalau hari ini aku tidak berjualan tempe. Aku sudah mempraktekkan FirmanMu dengan iman, tapi Tuhan, kenapa Engkau tidak buat Mukjizat. Apa Tidak ada mukjizat lagi di jaman sekarang?” kata ibu ini dalam hatinya yang semakin resah dan bingung berkecamuk menjadi satu.
“Oh, mungkin aku harus melangkah dengan iman” Pikir ibu ini kemudian. Kemudian ibu ini mengambil tempe belum jadi ini dan memasukkannya ke dalam keranjang pikulannya dan memondongnya ke punggungnya dan bersiap berangkat ke pasar.
Setibanya di pasar,  teman-teman seprofesinya bingung karena ibu ini tiba di pasar kesiangan. Ibu ini menurunkan barang dagannya yang masih tertutup kain tersebut, sambil menoleh ke dagangan tempe teman-temanya yang sudah mulai habis, sedangkan dia sendiri belum berjualan karena kesiangan hari itu.
Tidak lama kemudian,  ibu ini melihat ada seorang ibu paruh baya yang berjalan seolah mencari sesuatu dari suatu lapak ke lapak lainnya hendak membeli sesuatu tapi tidak mendapat apa yang mau dibelinya.
Sampai ibu paruh baya tersebut berhenti di lapak ibu penjual tempe tersebut. “Ibu mencari apa? Kok saya perhatikan mencari sesuatu tapi tidak mendapat apa yang ibu mau beli” Kata ibu penjual tempe tersebut.
“Saya cari tempe yang setengah jadi, bu, itu loh, tempe yang masih belum jadi tempe tapi masih kededai yang mau jadi tempe. Saya sudah keliling ke seluruh penjual tempe di pasar ini tapi nggak ada yang jualan tempe setengah jadi ” kata ibu tersebut. “Anak saya yang tinggal di Jakarta, lagi ngidam hamil muda dan ngidamnya itu kepingin tempe dari desa asalnya ini.  Kalau saya paketkan tempe ini ke Jakarta dan tiba di anak saya dua hari lagi  ya tempe tersebut sudah nggak enak lagi. Jadi supaya pas, saya harus cari tempe yang belum jadi. supaya kalau tiba di rumah anak saya dua hari lagi, pas matangnya tempe  tersebut dan enak kalau dimakan”.
Singkat cerita, tempe yang belum jadi itu, diborong semua oleh ibu paruh baya tersebut. Moral cerita diatas, mengajarkan kita untuk jangan memaksa sekaligus meragukan Tuhan. Sekali-kali,  jangan!

PERCAYA KEBAIKAN TUHAN, AKAN MEMBUAT KITA TAK RAGU, SEBAB DALAM SEGALA HAL TUHAN TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI KITA.


#Salam_WOW


NOTE:

Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan. Hubungi 0818 0888 2611 (WA/SMS)



Sabda Bina Diri (hari ke 145) Rabu, 29 November, Imamat 11:24-28

JAGA KEKUDUSAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Ingin mengalami perjumpaan dengan-NYA? Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat-NYA.

Bersentuhan dengan bangkai.
                                                         
Bacaan kita hari ini menarik untuk disimak.  Pada ayat 24, terdapat anak kalimat: “Setiap orang yang kena kepada bangkainya”. Maknanya adalah, bersentuhan dengan bangkai dari hewan-hewan, binatang air dan makhluk bersayap yang dinyatakan najis membuat seseorang menjadi najis hingga matahari terbenam pada hari itu dan pakaiannya perlu dicuci. Bacaan ini berbicara tentang berbagai binatang haram dan halal (ay. 24-28).

Pengelompokan binatang-binatang menjadi halal dan haram ini dibuat berdasarkan binatang contoh, yaitu domba dan sapi yang halal. Yang serupa dengannya disebut halal, sedangkan yang terlalu berbeda dianggap haram. Pengelompokan itupun hanya dibuat berdasarkan pengamatan. Kelinci misalnya dikatakan "memamak biak" oleh karena gerakan mulut binatang itu nampaknya sama dengan yang biasa pada sapi. Kadang-kadang tidak mungkin menentukan binatang manakah dimaksudkan kata Ibrani yang dipakai dan yang artinya tidak pasti.

Ditertawakan

Hidup menjaga kekudusan tidak pernah mudah. Jaman dahulu saja masalah kekudusan sudah menjadi hal sulit dilakukan oleh manusia, terlebih hari-hari ini dimana ada begitu banyak media yang menawarkan segala sesuatu yang bisa merusak kekudusan dengan begitu mudahnya. Jika dahulu orang harus mengeluarkan biaya besar untuk memperolehnya, hari ini semua tersedia dengan sangat murah atau bahkan gratis. Menjaga kekudusan semakin lama semakin dianggap kuno oleh manusia. Orang tidak lagi kagum akan orang-orang yang hidup mempertahankan kekudusan, tetapi malah menertawakan dan menganggap mereka bodoh atau kurang gaul. 

Bagaimana caranya agar bisa hidup kudus? Berpeganglah pada FirmanNya dan menghidupi FirmanNya secara nyata. Itu akan membawa kita kepada sebuah kehidupan yang kudus yang berkenan bagiNya. Kita tidak akan bisa kudus apabila kita terus tunduk pada kedagingan kita yang akan selalu mengejar hawa nafsu dan keinginan-keinginan yang salah. Kita perlu menanggalkan tubuh yang berdosa ini, menyalibkan segala kedagingan yang menghambat kita untuk kudus untuk bisa terhubung dengan Tuhan. Tetap memelihara dosa-dosa dan terus melakukan pelanggaran akan membawa kecemaran kepada diri kita. Sebuah anugerah menjadi ciptaan baru yang dianugerahkan Tuhan dengan menerima Kristus akan menjadi sia-sia jika kita tetap membiarkan pencemaran terus mengotori kita.
RAJIN BERIBADAH, BERBUAT BAIK, MEMBANTU ORANG LAIN, MEMBERIKAN PERSEPULUHAN DAN SEBAGAINYA HANYALAH AKAN SIA-SIA TANPA KOMITMEN KITA UNTUK MENJAGA KEKUDUSAN. 
 #Salam_WOW

NOTE:
Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan.
Hubungi: 0818 0888 2611 (WA/SMS)








Sabda Bina Diri (hari ke 144) Selasa, 28 November, Imamat 11:13-19

JAGA KESEHATAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Berlian yang jatuh ke dalam lumpur tidak akan pernah berubah warna atau nilainya. Mengapa? Karena ia tetap berharga!


Jijik.


Bacaan kita menjelaskan tentang: “Yang harus kamu jijikkan dari burung-burung (ay. 13)”. Jenis burung tertentu dilarang untuk dimakan dengan disebutkan namanya, tetapi tidak disebutkan alasan pelarangan tersebut. Tidak setiap jenis burung yang disebutkan dapat diketahui dengan pasti. Ini tentang cara untuk mempertahankan dan memulihkan keadaan suci menurut aturan agama Israel kuno. Peraturan itu menyangkut soal makan daging segala jenis burung (ay. 14-19) Sekalipun salah satu hasil penting dari semua peraturan ini mungkin adalah terpeliharanya kesehatan, hal tersebut tidak sama dengan menyatakan bahwa satu-satunya motivasinya adalah pemeliharaan kesehatan. Jadi hukum-hukum ini tidak dapat diuraikan berdasarkan nalar.


Di dalam semua bangsa dan agama kuno terdapat suatu perbedaan yang biasanya khas antara kesucian dan kenajisan dari makhluk, benda atau situasi tertentu. Ada yang di suatu tempat dianggap layak, di lain tempat dianggap tidak layak. Tidak ada alasan yang dikemukakan untuk pengadaan peraturan tersebut dan tampaknya tidak diperlukan alasan. Tidak banyak pembatasan yang dikemukakan di sini masih berlaku sampai sekarang, namun tetap semua peraturan tersebut layak dibaca dengan penuh perhatian serta dapat dikenali sebagai peraturan yang membantu terpeliharanya kesehatan jasmaniah Israel dan pada saat bersamaan memisahkan Israel sebagai bangsa yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di sekitar mereka.


Halal haram.


Tidak jelas mengapa ada binatang yang halal dan binatang yang haram. Beberapa penjelasan telah diusulkan. Pertama, binatangbinatang haram adalah binatang yang memiliki cara hidup yang tidak konsisten dengan alam (misalnya: jenis binatang amfibi seperti katak yang tinggal di dua dunia, yakni air dan darat). Kedua, sebagian binatang haram juga membahayakan sehingga tidak baik untuk kesehatan manusia (misalnya: babi). Semua bangkai binatang haram akan menajiskan seseorang bila tersentuh.


Masalah haram dan halal ini berkaitan erat dengan menjaga diri murni dan tahir di hadapan Tuhan. Menjaga diri dari ketidakmurnian hidup dan berbagai hal yang tidak sehat adalah tanggung jawab setiap anak Tuhan. Bagi kita yang hidup di zaman modern ini, ada berbagai gaya hidup yang tidak sesuai dengan natur gambar Allah, misalnya: pria yang berpakaian atau berdandan seperti wanita. Ada banyak makanan yang tidak sehat (jajanan modern) yang merusak tubuh kita sebagai bait Roh Kudus. Untuk itu, kita bertanggung jawab untuk menjaga diri agar tubuh dan hidup kita dapat dipakai sepenuhnya oleh Tuhan bagi kemuliaan-Nya.


DARI AIR KITA BELAJAR KETENANGAN.
DARI BATU KITA BELAJAR KETEGARAN.
DARI TANAH KITA BELAJAR KEHIDUPAN.
DARI KUPU-KUPU KITA BELAJAR MERUBAH DIRI MENJADI YANG INDAH.
DARI PADI KITA BELAJAR RENDAH HATI.
DARI MAKANAN KITA BELAJAR MENJAGA KESEHATAN.


#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila dimiliki, Saya kirimkan.
Hubungi: 0818 0888 2611 (WA/SMS)




Sabda Bina Diri (hari ke 143) Jumat, 24 November, Nehemia 13: 10-14

HAK HAMBA-NYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tak pernah ada yang jatuh miskin karena banyak memberi.

Orang Lewi itu.

Ada frasa pada ayat 10: “Masing-masing lari ke ladangnya”. Maksud frasa ini adalah, sekalipun sudah bersumpah, orang-orang Lewi (dan mungkin juga banyak imam) telah dirampas hak mereka yang sah untuk memperoleh sokongan. Oleh karena itu, mereka harus meninggalkan tugas-tugas mereka di Bait Tuhan agar dapat mencari nafkah dengan cara bekerja di ladang. 

Sementara itu, frasa “Aku menyesali para penguasa” (ay. 11),  Adalah tugas dari para penguasa untuk mengawasi agar perpuluhan yang dipersembahkan oleh umat, dan jenis persembahan lainnya, disalurkan secara tetap ke Bait Tuhan. Pada ayat yang sama, maksud anak kalimat: “Kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya” adalah, orang-orang Lewi dikumpulkan dari desa-desa mereka dan ditempatkan kembali untuk melaksanakan tugas-tugas mereka yang sebenarnya.

Jadilah seperti Nehemia.

Latar belakang bacaan kita sebenarnya, setelah menjadi gubernur di Yudea selama 12 tahun, Nehemia kembali ke Susan. Ketika ia tidak berada di Yerusalem, bangsa Israel sedikit demi sedikit melanggar perjanjian yang mereka buat untuk melakukan semua hukum Taurat dengan sungguh-sungguh. Ketika Nehemia kembali ke Yerusalem untuk menjadi gubernur yang kedua kalinya, ia mendapati ibadah di Bait Suci tidak diadakan lagi. Para orang Lewi yang biasanya melayani di Bait Tuhan kembali bekerja di ladang untuk mendapatkan nafkah, sebab mereka tidak lagi menerima persembahan untuk mendukung kehidupan mereka.

Nehemia tidak dapat tinggal diam melihat dosa kembali menggerogoti bangsanya. Tindakan Nehemia yang penuh kemarahan merupakan manifestasi sikap Nehemia yang merindukan reformasi yang sungguh terjadi dalam kehidupan bangsanya dan ia tidak dapat berkompromi dengan dosa. Tindakan Nehemia ini mengingatkan kita akan tindakan Yesus di Bait Tuhan.

Karenanya, renungkan pesan dari bacaan kita hari ini: “Kehadiran pemimpin rohani yang berwibawa, peka terhadap dosa sekecil apa pun, berani menentang dan menghancurkan dosa, tidak kompromi terhadap dosa, berkomitmen penuh bagi pembangunan moral dan spiritual umat Tuhan, sungguh diperlukan. Berdoalah agar Tuhan memberikan kepada gereja saudara, seorang pemimpin rohani seperti Nehemia.

BATU KARANG TERKIKIS OLEH DERUAN OMBAK.
CINTA ANAK MANUSIA TERKIKIS OLEH WAKTU.
CINTA TUHAN MENGIKIS WAKTU DAN MENAHAN DERU OMBAK.






SAAT TEDUH (hari ke 142) Jumat, 17 November, Ezra 5:6-17

PENYERTAAN-NYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Jangan hanya mengharap kemudahan di setiap hidup kita,
tapi harapkan penyertaan Tuhan di setiap kesulitan hidup kita.


Surat itu.


Bacaan kita dengan benderang menjelaskan tentang Tatnai, seorang pejabat Persia. Ia menulis surat kepada Raja Darius yang melaporkan tantangan yang diutarakannya kepada orang Yahudi serta jawaban yang mereka berikan. Tatnai meminta keputusan yang sesuai dengan ketetapan yang telah dikeluarkan oleh Raja Koresy. Surat tersebut membahas sekitar Bait Allah (ay. 8). Surat tersebut juga mengutip jawaban orang-orang Yahudi kepada Tatnai yang isinya adalah sejarah Bait Allah mereka sejak selesai dibangun pada tahun 960 sM hingga penghancurannya pada tahun 586 sM serta ketetapan yang dikeluarkan oleh Koresy untuk membangunnya kembali pada tahun 538 sM.


Sementara itu, pada ayat 16, tertulis Sesbazar meletakkan dasar rumah Allah. Ini adalah nama lain dari Zerubabel, sebab menurut pasal 3 ayat 8-10, Zerubabellah yang membangun dasar Bait Allah tersebut. Kalimat “Sejak waktu itu sampai sekarang dikerjakanlah pembangunannya”, pada ayat 8, adalah istilah Yahudi yang dipakai tidak meniadakan kemungkinan adanya penyelaan dalam pembangunan. Masalahnya adalah, tidak pernah ada perintah resmi untuk menghentikan pekerjaan pembangunan kembali tersebut sejak zaman Koresy hingga saat tersebut. Bahkan andaikata ketetapan Koresy yang asli ditemukan, dan isinya menguntungkan orang Yahudi (ay. 17). Tatnai mungkin mengharapkan bahwa Darius mengubah ketetapan tersebut, selaku pendiri dari Dinasti yang baru.


Tuhan Beserta.


Dikekinian, selayaknya kita menyadari, bahwa bacaan kita hendak berkata tentang Firman Tuhan dan perlindungan-Nya. Di tengah perlawanan banyak pihak terhadap rencana umat untuk membangun rumah Tuhan, Tuhan berfirman, bahwa apa pun perlawanan yang dihadapi, pembangunan itu harus diteruskan. Ketika para pejabat pemerintah setempat tetap melakukan usaha perlawanan, Allah memperhatikan mereka, sehingga rencana umat untuk meneruskan pembangunan rumah Tuhan tetap terlaksana karena perlindungan Allah. Konsekuensi ketaatan umat kepada Allah dan firman-Nya adalah perlindungan Allah. Orang beriman meyakini hal ini dengan melihat bahwa janji penyertaan Tuhan tidak pernah berkesudahan dalam berita Alkitab - "Aku akan menyertai engkau". Karena itu tidak ada alasan bagi orang beriman yang telah menyaksikan, menikmati, dan terlibat dalam karya besar Allah untuk meragukan Dia serta kekuasaan-Nya atas kita.


Keyakinan bahwa Tuhan yang Mahakuasa menyertai dan melindungi kita seharusnya menjadikan kita berani dan tidak gentar untuk bersaksi demi nama-Nya. Pada surat yang dikirim Tatnai kepada raja Darius, kita melihat bahwa perkataan orang Yahudi bukan hanya merupakan pembelaan diri atas tindakan mereka, tetapi juga merupakan kesaksian tentang karya Tuhan di tengah-tengah umat Israel. Mereka meninggikan nama Tuhan sebagai Allah semesta langit dan bumi, dan menyebut diri mereka sendiri sebagai hamba-hamba-Nya (ay. 11). Mereka tidak malu mengakui dosa nenek moyang mereka yang membangkitkan murka Allah dan mengakibatkan pembuangan mereka (ay. 12). Mereka menyebut Bait Suci sebagai rumah Allah. Pengakuan-pengakuan ini disertai dengan kebenaran perkara mereka merupakan kesaksian yang benar dan indah.


Oleh dan karena itu, renungkanlah hal ini: Penyertaan Tuhan telah dinyatakan melalui kedatangan Yesus Kristus. Dialah "Immanuel", yang berarti 'Allah menyertai kita'. Apakah kita sungguh menghayati Firman Tuhan ini? Bagaimana dengan kesaksian hidup kita?


BANYAK MENGELUH MENGHAMBAT BERKAT,
BANYAK BERSYUKUR MENDATANGKAN BERKAT.


#Salam_WOW


Sabda Bina Diri (hari ke 141) Rabu, 15 November, Ezra 4:6-16

FITNAH BAGI ORANG TAK JUJUR
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kejujuran memang menyakitkan, tetapi tidak mematikan. Kebohongan memang menyenangkan, tetapi tidak menyembuhkan.

Tuduhan Palsu.

Bacaan kita hari ini menggambarkan betapa baru saja dasar Bait Allah diletakkan, pada saat yang bersamaan orang Israel mulai menghadapi kesulitan. Kesulitan pertama adalah godaan untuk mengkompromikan iman mereka. Ketika berhasil mengatasi masalah ini, perlawanan yang terus terang mulai dilancarkan, dan perlawanan tersebut berlanjut terus sejak zaman Koresy hingga masa pemerintahan Artahsasta. Bagian bacaan kita adalah jaman pemerintahan Ahasyweros.

Sekelompok orang melakukan fitnah. Mereka membuat ‘surat tuduhan’ (ay. 6). Di dalam bahasa Ibrani akar kata untuk tuduhan sama dengan akar kata untuk Iblis, "Sang penuduh". Musuh-musuh orang Yahudi ini menyatakan betapa mereka sangat memperhatikan kesejahteraan raja Persia. Laporan yang mereka sampaikan tentang perkembangan pembangunan kembali tembok Yerusalem (ay. 12) jelas terlalu dilebih-lebihkan, dipandang dari sudut ayat 13. Jelas ini laporan palsu.

Pada tahun 537 SM, suatu sisa dari 12 suku kembali dari pembuangan di Babilon dengan maksud membangun kembali bait Allah di Yerusalem. Pada waktu itulah ”orang Samaria”, yang sudah ada di negeri tersebut ketika orang Israel tiba dan yang digambarkan sebagai ”lawan-lawan Yehuda dan Benyamin”, mendatangi Zerubabel serta para tua-tua, dengan mengatakan, ”Biarlah kami ikut membangun bersama kamu; karena, sama seperti kamu, kami mencari Allahmu dan kepadanya kami mempersembahkan korban sejak zaman Esar-hadon, raja Asiria, yang membawa kami ke sini.” Akan tetapi, pengakuan bahwa mereka mengabdi kepada Allah ini ternyata hanya di bibir saja, karena ketika Zerubabel menolak tawaran mereka, orang-orang Samaria itu berupaya sebisa-bisanya untuk menghalangi pembangunan bait tersebut. Setelah segala upaya terpadu mereka melalui pelecehan dan intimidasi gagal, mereka kemudian menulis sepucuk surat berisi tuduhan palsu yang dikirimkan kepada kaisar Persia dan berhasil mendapatkan surat keputusan pemerintah sehingga pembangunan tersebut terhenti selama beberapa tahun.

Menolak untuk berkompromi.

Mengizinkan orang Samaria yang setengah kafir untuk berpartisipasi dalam pembangunan kembali Bait Allah, tidak hanya mengingkari identitas mereka, tetapi juga keunikan Yehuda sebagai umat pilihan Allah. Kristen modern harus mengaku bahwa hanya Yesuslah Juruselamat dunia. Penolakan untuk berkompromi dapat menimbulkan berbagai tantangan; sekalipun demikian seorang Kristen modern haruslah tetap memiliki identitas sebagai umat pilihan dan sekali-kali tidak kompromi dengan pendapat bahwa semua jalan menuju ke sorga.

Dalam dunia kerja maupun dalam pelayanan, di kekinian, kitapun kerap melakukan hal ini. Dalam rangka mencapai tujuan kita, segala cara kita lakukan, termasuk memfitnah. Berkata dusta dan memberi tuduhan palsu menjadi bagian dari gaya hidup kita. Sebagai anak-anak Tuhan, apalagi pelayan-Nya, diperlukan karakter Jujur. Bersikaplah begini: Lurus hati; tidak berbohong  tidak curang,  tulus; ikhlas; Menampilkan ketulusan dan Integritas dalam semua tindakannya. Dalam hal ini, perlakuan manipulatif, tidak akan menimbulkan kepercayaan.

Renungkanlah hal ini: “Berbagai dokumen memaparkan serangkaian percobaan yang dilakukan untuk menghalangi usaha orang-orang Yehuda dalam pembangunan kembali Bait Allah.  Jangan berharap bahwa menjalani kehidupan Kristen yang berkomitmen adalah pekerjaan mudah. Kita akan menjumpai berbagai perlawanan, namun demikian kita akan dapat mengalahkannya jika tetap setia”.

SALAH SATU SEBAB SESEORANG SULIT MENERIMA SEBUAH KEJUJURAN ADALAH KENYATAAN BAHWA KEBOHONGANLAH YANG INGIN DIA DENGARKAN.

#Salam_WOW



Sabda Bina Diri (hari ke 140) Selasa, 14 November, Ezra 3:10-13

TAK BERKESUDAHAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Bersyukurlah atas setiap masalahmu.
Sebab dibalik masalahmu,
berkat Tuhan tercurah tak berkesudahan.
.
Bersukacita sampai menangis.

Pada ayat 10 bacaan kita, dilukiskan: Tampillah para imam membawa nafiri, dan orang-orang Lewi membawa ceracap. Cara yang sama dengan yang diadakan pada saat Tabut Perjanjian dibawa memasuki Yerusalem pada zaman Daud. Secara berbalas-balasan mereka menyanyi (ay. 11), atau secara anti-fonal. Mazmur yang dinyanyikan dalam kesempatan ini menunjukkan bahwa mereka sedang bersukacita besar. Dan seluruh umat bersorak-sorak dengan nyaring. Sukacita mereka meluap-luap, sebab semua doa dan harapan mereka selama puluhan tahun ' masa pembuangan kini digenapi di depan mata mereka.


Dalam pada itu, ayat 12 dan 13 menggambarkan hal yang sama: “Tetapi banyak menangis dengan suara nyaring sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan”. Lima puluh tahun telah berlalu sejak Bait Allah yang pertama dihancurkan, dan banyak orang lebih tua yang pernah melihat Bait Allah yang lama itu menangis karena perbedaan mencolok dalam hal ukuran dan kemegahan rancangannya. Dan betapa berbedanya pula rumah Allah ini dengan Bait Allah Kerajaan Seribu Tahun yang telah dinubuatkan oleh Yehezkiel, sangat disadari oleh orang Yahudi zaman itu. Pada saat Bait Allah yang kedua diperbaharui pada 520 sM, tetap ada sejumlah orang tua ini yang menangis lagi.


Ungkapan syukur.


Walaupun ingatan akan Tuhan dan kesetiaan manusia pasang surut, kasih setia Tuhan tak pernah berubah. Itulah kebenaran yang diakui seluruh umat Israel dengan menyanyikan nyanyian pujian dan syukur untuk merayakan pembangunan dasar rumah Tuhan (11). Dalam penderitaan dan dukacita yang telah mereka alami selama 70 tahun, membuat mereka sulit mempercayai bahwa situasi mereka dapat pulih lagi. Bukankah Tuhan yang membuang mereka dari tanah perjanjian itu? Namun saat ini mereka menyadari bahwa kasih setia-Nya tetap sama. Perasaan kita pun cenderung pasang-surut tergantung situasi. Apa yang dapat kita pelajari dari firman ini agar tidak diombang-ambingkan pada saat ditimpa kesulitan?


Peletakan fondasi Bait Allah dirayakan bangsa Yehuda yang pulang. "Seluruh umat bersorak-sorai dengan suara nyaring" merefleksikan gegap gempita yang biasa dilakukan, untuk menyatakan kesedihan atau sukacita di negara Timur Tengah. Generasi tua menangis karena mengingat kemegahan Bait Allah yang sama. Sedangkan generasi muda begitu bergembira melihat prospek yang ada di depan mereka. Marilah kita tanamkan sikap menatap ke depan, mengharapkan apa yang akan Allah lakukan di hari mendatang, janganlah tenggelam dalam masa lalu betapa pun gemilangnya.


Saudara seorang pemimpin? Bacaan kita mengajarkan, bahwa: Seorang Pemimpin Gereja hendaknya memiliki Karakter Bersyukur dalam dirinya. Karakter Bersyukur adalah: Bersikap pengucapan syukur, berterima kasih, memimpin dalam penuh pujian kepada Tuhan. Seluruh kehidupan kepemimpinannya adalah bentuk pengucapan syukur semata. Karena sebagai anak Tuhan yang diberi tugas memimpin, Ia adalah orang yang sudah diurapi dan memegang kendali kepemimpinan Gereja, selayaknya memimpin dengan ‘BERSYUKUR’.


RAHMAT TUHAN YANG SELALU BARU SETIAP HARI HARUS MEMBUAT KITA TERUS BELAJAR SUNGGUH-SUNGGUH UNTUK MENGERTI APA YANG TUHAN MAU BAGI HIDUP KITA.


#Salam_WOW

NOTE:
Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan. 
Kontak: 0818 0888 2611 (WA/SMS)