Selasa, 12 Desember 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 140) Selasa, 14 November, Ezra 3:10-13

TAK BERKESUDAHAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Bersyukurlah atas setiap masalahmu.
Sebab dibalik masalahmu,
berkat Tuhan tercurah tak berkesudahan.
.
Bersukacita sampai menangis.

Pada ayat 10 bacaan kita, dilukiskan: Tampillah para imam membawa nafiri, dan orang-orang Lewi membawa ceracap. Cara yang sama dengan yang diadakan pada saat Tabut Perjanjian dibawa memasuki Yerusalem pada zaman Daud. Secara berbalas-balasan mereka menyanyi (ay. 11), atau secara anti-fonal. Mazmur yang dinyanyikan dalam kesempatan ini menunjukkan bahwa mereka sedang bersukacita besar. Dan seluruh umat bersorak-sorak dengan nyaring. Sukacita mereka meluap-luap, sebab semua doa dan harapan mereka selama puluhan tahun ' masa pembuangan kini digenapi di depan mata mereka.


Dalam pada itu, ayat 12 dan 13 menggambarkan hal yang sama: “Tetapi banyak menangis dengan suara nyaring sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan”. Lima puluh tahun telah berlalu sejak Bait Allah yang pertama dihancurkan, dan banyak orang lebih tua yang pernah melihat Bait Allah yang lama itu menangis karena perbedaan mencolok dalam hal ukuran dan kemegahan rancangannya. Dan betapa berbedanya pula rumah Allah ini dengan Bait Allah Kerajaan Seribu Tahun yang telah dinubuatkan oleh Yehezkiel, sangat disadari oleh orang Yahudi zaman itu. Pada saat Bait Allah yang kedua diperbaharui pada 520 sM, tetap ada sejumlah orang tua ini yang menangis lagi.


Ungkapan syukur.


Walaupun ingatan akan Tuhan dan kesetiaan manusia pasang surut, kasih setia Tuhan tak pernah berubah. Itulah kebenaran yang diakui seluruh umat Israel dengan menyanyikan nyanyian pujian dan syukur untuk merayakan pembangunan dasar rumah Tuhan (11). Dalam penderitaan dan dukacita yang telah mereka alami selama 70 tahun, membuat mereka sulit mempercayai bahwa situasi mereka dapat pulih lagi. Bukankah Tuhan yang membuang mereka dari tanah perjanjian itu? Namun saat ini mereka menyadari bahwa kasih setia-Nya tetap sama. Perasaan kita pun cenderung pasang-surut tergantung situasi. Apa yang dapat kita pelajari dari firman ini agar tidak diombang-ambingkan pada saat ditimpa kesulitan?


Peletakan fondasi Bait Allah dirayakan bangsa Yehuda yang pulang. "Seluruh umat bersorak-sorai dengan suara nyaring" merefleksikan gegap gempita yang biasa dilakukan, untuk menyatakan kesedihan atau sukacita di negara Timur Tengah. Generasi tua menangis karena mengingat kemegahan Bait Allah yang sama. Sedangkan generasi muda begitu bergembira melihat prospek yang ada di depan mereka. Marilah kita tanamkan sikap menatap ke depan, mengharapkan apa yang akan Allah lakukan di hari mendatang, janganlah tenggelam dalam masa lalu betapa pun gemilangnya.


Saudara seorang pemimpin? Bacaan kita mengajarkan, bahwa: Seorang Pemimpin Gereja hendaknya memiliki Karakter Bersyukur dalam dirinya. Karakter Bersyukur adalah: Bersikap pengucapan syukur, berterima kasih, memimpin dalam penuh pujian kepada Tuhan. Seluruh kehidupan kepemimpinannya adalah bentuk pengucapan syukur semata. Karena sebagai anak Tuhan yang diberi tugas memimpin, Ia adalah orang yang sudah diurapi dan memegang kendali kepemimpinan Gereja, selayaknya memimpin dengan ‘BERSYUKUR’.


RAHMAT TUHAN YANG SELALU BARU SETIAP HARI HARUS MEMBUAT KITA TERUS BELAJAR SUNGGUH-SUNGGUH UNTUK MENGERTI APA YANG TUHAN MAU BAGI HIDUP KITA.


#Salam_WOW

NOTE:
Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan. 
Kontak: 0818 0888 2611 (WA/SMS)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar