Selasa, 31 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 127), Rabu, 1 November, Lukas 10:29-37

SIAPAKAH SESAMA?
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Terbaik dari cinta adalah memberi. Terbaik dari kasih adalah menyayangi. Terbaik dari hati adalah ketulusan. Dan terbaik yang ada pada kita, persembahkanlah diri kita untuk Tuhan, karena Ia terlebih dahulu telah memberikan diri-Nya dengan berkorban bagi kita.

Praanggapan.

Bacaan kita melukiskan, ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan (ay. 29) yang luar biasa penting kepada Yesus tentang siapakah sesama manusia itu?. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus. Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan keliru.

Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang welas asih. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain.

Orang terhormat vs orang hina dina.

Kita belajar dua hal dari cerita ini. Pertama, korban perampokan itu diabaikan oleh orang-orang yang seharusnya menjadi sahabat-sahabatnya, yang bukan saja sebangsa dan seagama, tetapi juga seorang imam dan yang satu lagi seorang Lewi, tokoh-tokoh masyarakat dengan kedudukan penting. Mereka bahkan dianggap suci oleh orang. Tugas mereka mewajibkan mereka harus bersikap lemah-lembut dan penuh belas kasihan (Ibr. 5:2). Mereka mengajar orang lain untuk membebaskan mereka yang diangkut untuk dibunuh, tetapi mereka sendiri tidak melakukannya. Imam dan Orang Lewi mendengar rintihannya dan tidak bisa tidak pasti tahu bahwa jika tidak segera ditolong, ia pasti akan tewas. Orang Lewi itu bukan saja menoleh kepadanya, tetapi datang ke tempat itu dan melihat orang itu (ay. 32). Namun, keduanya melewatinya dari seberang jalan. Ketika melihat kejadian yang menimpa orang itu, mereka menjaga jaraknya sejauh mungkin, seakan-akan mau berdalih, "Sungguh, kami tidak tahu hal itu." Sungguh menyedihkan bila orang-orang yang seharusnya menjadi teladan kemurahan hati justru berperilaku sangat jahat. Mereka yang seharusnya menunjukkan rahmat Allah dan menyatakan belas kasihan terhadap orang lain, malah menahan diri.

Kedua, orang Samaria adalah suku bangsa yang paling dianggap hina dan dibenci oleh orang-orang Yahudi yang tidak mau berurusan dengan mereka. Orang Samaria ini masih memiliki perikemanusiaan dalam dirinya (ay. 33). Imam itu mengeraskan hatinya terhadap salah seorang dari bangsanya sendiri, tetapi orang Samaria itu membuka hati terhadap salah seorang dari bangsa lain. Ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan dan sama sekali tidak mempermasalahkan kebangsaannya. Walaupun korbannya seorang Yahudi, dia tetap saja seorang manusia, manusia yang berada dalam penderitaan, dan orang Samaria itu telah diajar untuk menghormati semua orang. Dia tidak tahu kapan kejadian yang menimpa orang malang tersebut akan menimpa dirinya sendiri. Oleh sebab itu ia menaruh iba terhadapnya, sama seperti dia ingin dikasihani seandainya mengalami kejadian seperti ini. Bahwa kasih sebesar ini bisa ditemukan dalam diri seorang Samaria, indah bukan?. Belas kasihan yang ada pada diri orang Samaria ini bukanlah belas kasihan yang berpangku tangan. Baginya, belumlah cukup untuk sekadar berkata, "Semoga cepat sembuh, semoga ada yang menolongmu", tetapi saat hatinya tergerak, ia mengulurkan tangannya kepada orang malang yang miskin ini. Lihatlah betapa baik hatinya orang Samaria ini.

Saudara seorang Pendeta? Penatua atau Diaken? Atau pengurus unit missioner? Janganlah seperti Imam dan orang Lewi itu. Janganlah sebagai pejabat gereja atau pengurus, saudara tidak memiliki belas kasihan. Welas asih tak ada pada diri saudara. Jangan sampai Tuhan memakai orang yang kecil. Orang yang dipandang sebelah mata, untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain yang membutuhkan. Persis seperti Tuhan menggerakkan hati orang Samaria yang hina dina itu.

Bagi pejabat Gereja dan pengurus Gereja, renungkanlah hal ini: “Orang yang mempraktikkan kasih seluas kasih Allah menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah dan hidup kekal. Sikap welas asih dan peduli harus ditumbuhkan agar engkau menjadi sesama bagi orang-orang di sekitarmu.

TUHAN MENGUTUS KITA KE DALAM DUNIA INI UNTUK MELAKUKAN SESUATU YANG MENYENANGKAN HATI-NYA. SENANGKANLAH TUHAN MELALUI SELURUH ASPEK HIDUP KITA.
 
#Salam_WOW

Note:
Sumber renungan ini adalah Buku saya (208 hlm) dibawah ini:
Tidak dijual bebas. Pesan langsung ke saya (WA/SMS: 081808882611).
Terima kasih.

Jumat, 13 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 116), Minggu, 15 Oktober, Mazmur 90:1-12


TEMPAT PERTEDUHAN KAMI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Diri adalah kanvas yang terlalu sempit dan terlalu terbatas untuk melukiskan keindahan dan kebesaran Tuhan.

Kekekalan Tuhan.

Bahagian bacaan kita menggambarkan kehidupan Manusia Diperbandingkan dengan Kekekalan Tuhan. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami (ay. 1-3). Pemazmur mulai dengan menyebut keyakinannya akan kekekalan Tuhan. Sesungguhnya, semua generasi mengetahui bahwa hal itu benar. Tuhan bersifat kekal; sedang manusia bersifat fana. Tuhan tidak terikat pada waktu; manusia selalu terikat pada waktu. Tuhan ada dari kekal sampai kekal; manusia, seperti rumput, hidupnya singkat. Gaya bahasa kiasan pada ayat 4-6 bukan hanya menonjolkan betapa singkatnya atau rapuhnya hidup ini, melainkan juga ketergantungan manusia kepada Yang Kekal. Nasib manusia pasti ada di tangan Tuhan, kembali kepada debu atas perintah-Nya dan hilang bagaikan tersapu oleh air bah.

Sementara itu, pada bahagian lain dari bacaan kita, terjelaskan: Manusia Habis Lenyap oleh Murka Tuhan (ay. 7-12). Sungguh, rami habis lenyap karena murka-Mu. Pemazmur kini menjelaskan alasan dari hidup manusia yang fana serta penderitaannya. Melalui sejarah dan pengalaman pribadi, dia menyadari bahwa cahaya wajah Tuhan seperti matahari, menyelidiki kehidupan manusia yang terdalam. Dibanding sifat Tuhan yang tidak mengenal waktu, rentang hidup tujuh puluh atau delapan puluh tahun kelihatannya sungguh pendek. Lagi pula, tahun-tahun itu diisi oleh kesedihan dan penderitaan. Dari pandangan hidup pesimis ini muncul jeritan sayu mengharapkan pengajaran dan hikmat untuk menolong manusia mengerti arti hidup sebenarnya.

Semua karena DIA.

Setiap orang takjub bila mendengarkan pengalaman Musa membawa keluar bangsa Israel di bawah pimpinan Tuhan. Pada akhirnya semua akan berkesimpulan sama: kalau bukan karena kemahakuasaan Tuhan, perbudakan takkan pernah lepas dari hidup bangsa Israel generasi ke generasi; kalau bukan karena Tuhan, bangsa Israel akan dihancurmusnahkan tentara Firaun yang kejam, terlatih dan tangkas; kalau bukan karena pemeliharaan Tuhan, bangsa Israel takkan lepas dari bahaya kelaparan dan kehausan; kalau bukan karena kedaulatan Tuhan, takkan mampu Musa menyanyikan pengalamannya yang maha besar itu.

Musa menyanyikan kuasa Tuhan yang maha besar yang dapat mengalahkan segala bentuk ancaman. Pengalaman perjalanan hidupnya telah memperlihatkan dan mengajarkan bahwa sekalipun kasih dan kedaulatan Tuhan itu dahsyat dan menggelegar, namun Ia berkenan menjadi tempat berlindung.

Mengaku kelemahan diri. Nyanyian yang dimulai dengan pujian dan pernyataan kasih Tuhan, diikuti ungkapan kesadaran Musa akan lemah dan piciknya pikiran manusia. Mazmur ini mengingatkan bahwa Tuhan Yesus Kristus menghampiri dan membebaskan kita dari kehinaan dan perbudakan dosa.

Terluka tapi mendengar.

Saat kita mengalami dukacita yang dalam atau situasi yang sulit, kita barangkali merasa tersinggung apabila seseorang mengatakan bahwa sesuatu yang baik dapat muncul dari kesukaran kita. Seseorang bermaksud baik yang mencoba untuk mendorong kita untuk memercayai janji-janji Tuhan, dapat dianggap sebagai orang yang tidak memiliki perasaan atau bahkan tidak realistis.

Hal itu terjadi terhadap bangsa Israel, yaitu ketika Tuhan sedang mengusahakan pembebasan mereka dari tanah Mesir. Firaun mengeraskan hatinya terhadap perintah Tuhan untuk membiarkan umat-Nya pergi, dan ia memperberat beban kerja budak-budak Ibrani dengan memaksa mereka mengumpulkan jerami yang diperlukan untuk membuat batu bata. Mereka menjadi begitu patah semangat, sehingga tidak dapat menerima jaminan Musa bahwa Tuhan telah mendengar seruan mereka dan berjanji untuk membawa mereka ke tanah milik mereka sendiri. 

Kadang-kadang luka dan ketakutan yang kita alami dapat menutup telinga kita terhadap kata-kata Tuhan yang penuh dengan pengharapan. Akan tetapi, Tuhan ternyata tidak berhenti berbicara kepada kita pada saat kita mengalami kesulitan untuk mendengarkan. Dia justru akan terus-menerus berusaha demi kepentingan kita. Hal itu terjadi sama seperti ketika Dia membebaskan umat-Nya dari tanah Mesir.

Pada saat kita mengalami belas kasihan Tuhan dan kepedulian-Nya, maka kita akan dapat mendengar suara-Nya kembali, sekalipun luka itu belum sembuh. 

#Salam_WOW
(Pkh. 12:10) 




Rp. 50.000,-

Sabda Bina Diri (hari ke 115), Sabtu, 14 Oktober, 2Raja-Raja 8:11-15

MUSUHMU BERKATMU
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat. 5:44).

Raja musuh diberkati.

Dengan benderang, bacaan kita menjelaskan: Karena mengetahui isi hati Hazael, Elisa memandang matanya dengan tajam hingga penguasa Aram itu menjadi malu. Lalu menangislah abdi Tuhan itu (ay. 11). Elisa melihat segala kekejaman yang akan ditimpakan Hazael ke atas Israel sekalipun ada pernyataan-pernyataan rendah hati - "Hambamu ini . . . tidak lain dari anjing saja", dan penyangkalan: "Jangan berpikir bahwa aku ingin menjadi raja" (ay. 13), oleh Hazael dalam waktu bersamaan. Elisa hanya mengulangi kenyataan bahwa Hazael akan menjadi raja.

Di dalam suatu penglihatan dari Roh penyataan, Elisa melihat bahwa Hazael akan menjadi raja Aram dan melakukan kejahatan yang dahsyat terhadap Israel (ay. 12). Elisa menangis karena apa yang akan menimpa Israel sebagai akibat kemurtadan mereka. Sebagai abdi Tuhan yang sejati, ia merasakan kesedihan yang mendalam baik untuk Tuhan yang telah ditinggalkan oleh umat-Nya, maupun untuk umat itu yang kini harus menderita hukuman berat karena dosa-dosa mereka. Kata-kata Elisa tidak membenarkan kekejaman Hazael di kemudian hari, tetapi hanya menguraikan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan orang bejat akhlak pada masa perang.

Musuh yang terberkati.

Perginya Elisa ke Damsyik ke kota negara musuh Israel, makin menandakan bahwa kehadiran Tuhan semakin jauh dari dirinya. Tidak itu saja, kepergian Elisa untuk mengurapi Hazael menjadi raja merupakan tindakan awal penghukuman Tuhan kepada Israel akan segera dijatuhkan. Kehidupan yang berakhir dengan kehancuran.

Kadang Tuhan memberkati orang yang akan mencelakakan kita untuk menunjukkan hukuman pada kita. Salah dan dosa kita hendaknya menjadi alat penyadar kita, bahwa Tuhan memperhatikan dengan seksama setiap jengkal hidup kita, dan Ia memakai orang lain yang terberkati yang adalah musuh kita, justru, untuk mengingatkan kita.

Bagi umat Tuhan, kehadiran-Nya tidak memberikan jaminan bahwa di sepanjang jalan kehidupannya akan selalu menemui taman bunga indah, namun memberikan jaminan bahwa di ujung jalan itu akan ada taman bunga yang paling indah.

SEBAGAI ANAK-ANAK TUHAN, KITA HARUS MAMPU KELUAR DARI PERMUSUHAN DAN MENUNJUKKAN KASIH MELALUI DOA DAN PERBUATAN.

#Salam_WOW

Rabu, 11 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 114), Kamis, 12 Oktober, 2Raja-Raja 6:8-23


GAGAH HADAPI PENCOBAAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Dikasihi seseorang memberi kekuatan.
Mengasihi seseorang memberi keberanian.

Taktik Eliza.
Bacaan kita melukiskan Raja negeri Aram sedang berperang melawan Israel (ay. 8). Orang Aram telah menyediakan perangkap (ay. 9). Sementara itu, Raja Israel berhasil melindungi dirinya beberapa kali karena peringatan Elisa (ay. 10). Tuhan memberitahukan kepada Elisa apa yang akan terjadi. Pengetahuan sebelumnya secara gaib yang dimiliki Elisa ini diketahui oleh orang Aram melalui para pengintai mereka. Tetapi, raja Aram yang ingin menghentikan segala perbuatan Elisa menyuruh orang mengejar dan menangkapnya di Dotan (ay. 14).

Dalam pada itu, Kata-kata Elisa: Aku akan mengantarkan kamu kepada orang yang kamu cari (ay. 19-20), menunjukkan bahwa pasukan Aram telah mengajukan pertanyaan, "Di manakah Elisa?" Yang dijawab oleh Elisa dengan mengatakan, "Bukan ini jalannya dan bukan ini kotanya," dengan tujuan untuk mempertahankan Dotan dan menuntun pasukan tersebut ke Samaria di mana Elisa memulihkan kembali kemampuan mereka untuk mengenali dirinya. Elisa ingin mengacaukan serangan-serangan lebih jauh. Raja Israel yang menyadari bahwa situasi itu tidak wajar, tidak memerintahkan hukuman sebagaimana seharusnya (ay. 21). Sesungguhnya, mereka ini adalah tawanan-tawanan perang Tuhan. Tetapi mereka ini bukan tawanan perang yang sesungguhnya. Aram harus tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa terhadap Israel yang dilindungi oleh Allah (ay. 22). Untuk sesaat Aram tidak lagi berusaha untuk menyerbu ke Israel (ay. 23).

Berani

Model kepemimpinan berkarakter berani Elisa, tergambar jelas ketika negeri Aram menyerang Israel. Sebagai pemimpin ia mampu menguasai dan menggunakan data-informasi yang ia dapatkan untuk menyelamatkan bangsa Israel. Dalam menghadapi risiko ia tidak gentar, karena ia mempunyai keyakinan yang lebih besar dari yang lain, karena ia mampu melihat kuasa Allah yang bekerja walaupun tidak kasat mata (ay. 16-17). Elisa juga mampu mengimplementasikan strategi yang cerdik dan taktis untuk membebaskan Israel dari ancaman Aram tanpa kekerasan yang akan merugikan kedua belah pihak. Di atas semua itu sebagai pemimpin ia merupakan pemimpin yang berdoa dan dilengkapi dengan kuasa yang dari Allah sendiri. Ini rahasia utamanya sebagai seorang pemimpin.

Model kepemimpinan dengan karakter berani yang diterapkan Elisa terbukti efektif untuk mengatasi kesulitan maupun tantangan yang ada. Walaupun paradigma masa sekarang berbeda dengan zaman Elisa, namun model ini masih sangat relevan. Begitupun kita, hendaknya kita sebagai seorang pemimpin harus mempunyai karakter berani. Seorang yang berkarakter pemberani mantap hatinya, tidak takut bahaya dan tidak takut menghadapi kesulitan. Dalam memimpin, memiliki rasa percaya diri dan tidak tanggung-tanggung. Pemimpin berkarakter pemberani tidak gentar dalam mempertahankan kebenaran. Gagah dan tidak takut dalam menghadapi pencobaan.

NILAI SESEORANG DI TENTUKAN DARI KEBERANIANNYA MEMIKUL TANGGUNGJAWAB, MENCINTAI HIDUP DAN PEKERJAANNYA.

#Salam_WOW 

Rp. 55.000,- (+Ongkir)

Selasa, 10 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 112), Selasa, 10 Oktober, 2Raja-Raja 5:1-14

JANGAN PANDANG STATUS SOSIALNYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Yang menahan sebuah pohon adalah akarnya, yang membuat sebuah bangunan tegak adalah pondasinya dan yang membuat manusia tangguh adalah IMAN percaya kepada KRISTUS. "

Gencatan senjata.

Bacaan kita menjelaskan: “Naaman panglima Raja Aram (ay. 1). Kedudukan Naaman menambah pentingnya peristiwa ini. Ia menderita Sakit kusta. Di Aram kusta hanya mengakibatkan kendala jasmaniah sehingga orang yang terkena tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya. sebagai seorang panglima yang terkena kusta Naaman tidak bisa lagi memimpin pasukan Aram memperoleh kemenangan, dan itu benar-benar membuatnya risau. Sementara itu, cara berpikir gadis itu adalah: di Israel ada Tuhan yang hidup yang dapat menyembuhkan. Membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel (ay. 2). Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya (ay. 3-4). Apa yang dikatakan gadis itu dilaporkan kepada sang raja.

Dalam pada itu, Aku akan mengirim surat kepada raja Israel (ay. 5-6). Sang raja segera mengirim surat kepada raja Israel sebab diyakini bahwa raja Israel dapat meminta apa saja yang diharapkan dari Elisa, nabi"nya." Pesan itu sampai kepada orang yang salah, sebab Tuhan menginginkan agar penyembuhan itu merupakan sebuah kejadian yang diketahui umum. Rupanya ada gencatan senjata antara Israel dengan Aram.

Taat dan setia pada perkara-perkara kecil.

Ayat 13 dan 14 melukiskan: Jika kita tidak bisa menaati Tuhan dalam perkara-perkara kecil, bagaimana kita bisa mengharapkan Dia untuk memberkati kita dengan perkara-perkara besar? Lalu pulihlah tubuhnya. Kesembuhan diperoleh melalui ketaatan Naaman ketika ia membenamkan dirinya yang ketujuh kali.

Di gereja kekinian ada semacam keyakinan bahwa untuk menjangkau jiwa-jiwa dari kalangan atas seperti para pejabat tinggi, para top eksekutif, dan pengusaha besar, dibutuhkan hamba Tuhan dari kalangan mereka. Keyakinan ini berdasarkan suatu konsep bahwa dari kalangan mereka akan lebih mudah diterima dan membuat pendekatan yang tepat, karena mengerti kebutuhan dan cara berpikir mereka. Namun keyakinan ini juga mencerminkan bahwa ada semacam gap yang tak terjembatani, sekalipun oleh pelayanan. 
 
Keyakinan seperti ini tidak boleh dimutlakkan karena gap tadi dapat berkembang sehingga menciptakan dua kubu, yaitu kubu dengan status sosial tinggi, dan kubu dengan status sosial rendah. Tidak demikian yang terjadi dalam kisah Naaman. Seorang tawanan perempuan kecil dapat meyakinkan tuannya, sang perwira tinggi, bahwa ia butuh Tuhan yang diwakili oleh Elisa, sehingga Naaman menemui Elisa. Anak perempuan ini berperan sangat efektif untuk menjangkau jiwa seperti Naaman. Padahal secara status sosial, berbeda jauh, nyaris tak terjembatani.

Yang menjadi 'rahasia keefektifan' anak perempuan itu adalah karena ia mempunyai kasih yang menembus ras, suku, golongan, dan status sosial. Walau ia hanya sebagai hamba istri Naaman, namun ia peduli dan tahu kebutuhan atasannya. Ia pun yakin "Siapa" yang dapat menyembuhkan Naaman. Kasih dan keyakinannya telah menjembatani gap perbedaan sosial. Sedangkan sikap Elisa terhadap Naaman tidak sekadar menjembatani tetapi juga meniadakan gap itu. Dengan tidak menemuinya secara tatap-muka, Elisa menandaskan bahwa di hadapan Tuhan siapa pun sama, siapa pun butuh anugerah-Nya, sehingga tidak perlu diberikan penghormatan dan perhatian khusus.
Pesan hari ini: “Tak ada gap sosial-ekonomi yang ter-lalu jauh untuk dijembatani oleh kasih dan keyakinan iman, dan tidak ada yang terlalu luas ditiadakan oleh anugerah-Nya”

TUHAN MENGASIHI ENGKAU KARENA ENGKAU BERHARGA DIMATANYA.

#Salam_WOW

Sabda Bina Diri (hari ke 113), Rabu, 11 Oktober, 2Raja-Raja 5:19b-27

DUSTA BERBUAH KUSTA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Jika tidak mau menghibur orang lain, janganlah menyakiti hatinya.
Jika tidak mau memuji orang lain atas keberhasilannya, janganlah memfitnah dia.
Jika tidak mau memberi nasihat yang menguatkan, janganlah mencaci maki.
Jika tidak mau membantu orang lain dengan materi, janganlah mencuri apa yang ia miliki.

Jangan ada dusta diantara kita.

Bacaan kita menggambarkan Naaman menunjukkan nurani yang lembut dalam soal tugasnya untuk muncul dalam penyembahan dewa-dewa dan ia memperoleh kepastian bahwa Tuhan memahami sikapnya itu (ay. 19). Sekalipun demikian, kita harus berhati-hati jika sering berada dalam lingkungan yang melemahkan, jangan sampai kita terlalu tinggi menilai kemampuan bertahan kita. Dalam pada itu, ayat 20-21 melukiskan: Ketergesa-gesaan Gehazi membuat Naaman berpikir bahwa ia membawa berita buruk mengenai Elisa.

Pada bagian lain bacaan kita (ay. 22-24), diceritakan bahwa: Gehazi tidak sadar, ketamakannya itu akan sangat merugikan Tuhan. Gehazi menerima sesuatu dari Naaman, lalu menyembunyikan perolehan yang tidak halal tersebut. Gehazi berbohong untuk menutupi dosanya (ay. 25-26). Gehazi beranggapan bahwa inilah saat yang paling mungkin untuk dapat menerima emas melalui pemberian Naaman untuk membeli berbagai hal yang disebutkan satu per satu itu. "Jika kamu membeli semua itu, kamu juga membeli penyakit Naaman." Naaman telah menjadi orang Israel, namun Gehazi telah menjadi orang kafir melalui dosa keserakahannya. Pertobatan Naaman bertujuan untuk menunjukkan kepada orang Israel betapa mudahnya Tuhan membalik hati para musuh mereka sehingga menjadi penyembah Tuhan, jadi sesama orang percaya dengan orang-orang Yahudi sendiri. Akhirnya Gehazi menderita Kusta seputih salju (ay. 27). Gehazi dihukum.

Anugerah penyembuhan.

Anugerah Tuhan kepada Naaman sangat luar biasa. Ia tidak sekadar mengalami mukjizat penyembuhan, namun ia pun mengalami anugerah yang berdampak terus bagi kelanjutan sejarah hidupnya, karena dikatakan 'tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak'. Itu merupakan penggambaran dari anugerah Tuhan yang mengampuni dan mentransformasi hidup seseorang, karena pada zaman itu penyakit kusta diyakini sebagai hukuman Tuhan atas dosa manusia. Naaman menjadi manusia baru dengan identitas yang baru. Ini dibuktikan dengan pernyataannya bahwa 'di seluruh bumi tidak ada Tuhan kecuali di Israel'. Ia tidak sekadar mengatakan bahwa Tuhan lebih berkuasa dari dewa-dewa Siria, namun dia pun mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Tuhan Israel dan ia mengadopsi iman Israel menjadi imannya sendiri. Ia mengambil identitas sebagai umat Tuhan -- identitas baru.

Identitas Naaman yang baru ini juga ditandai dengan sikap dan karakter hidup yang baru. Hidupnya diwarnai dengan ucapan syukur kepada Tuhan yang dinyatakan dengan desakannya kepada Elisa untuk menerima penberiannya. Ia pun berketetapan untuk terus memiliki kehidupan yang kudus. Ini dinyatakan dengan permintaannya untuk membawa pulang tanah Israel untuk menguduskan altar yang ia akan bangun di negaranya. Selain itu Namaan juga menyadari bahwa hidupnya secara penuh bergantung kepada kemurahan Tuhan, karena masih ada hal-hal yang belum mampu ditinggalkan yaitu ketika ia harus bersujud di depan kuil Rimon karena mengantar tuannya.

Hukuman Gehazi.

Gehazi mempunyai kualitas hidup yang sangat berbeda dengan Naaman, karena ia tidak menerima anugerah Tuhan. Gehazi tidak lebih hanya sebagai pembawa berita anugerah karena ia tidak menerima anugerah Tuhan, sedangkan Naaman menerima, mengalami, dan hidup dalam anugerah itu. Karena itu tidak hanya sikap dan karakter Naaman yang lama muncul dalam kehidupannya, namun juga pelayanan yang selama ini dilakukan tidak mendapatkan pahala dari Tuhan, bahkan penyakit kusta Naaman melekat pada Gehazi dan keturunannya.

Pesan hari ini: Anugerah Tuhan harus diterima, dialami, dan dihidupi agar kita mengalami kekuatan transformasinya yang akan menjadikan kita manusia baru dengan identitas baru, sikap hidup benar, dan karakter Ilahi. Jangan berdusta!

KARENA ITU, BUANGLAH DUSTA DAN BERKATALAH BENAR SEORANG KEPADA YANG LAIN.

#Salam_WOW

Minggu, 08 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 111), Sabtu, 7 Oktober, 2Raja-Raja 2:19-22

MELAYANI LEBIH SUNGGUH
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kita hanyalah sebatang pensil di tangan Tuhan.
Biarkan DIA menulis, apa pun yang DIA Kehendaki.

Karya kasih karunia Tuhan permanen.

Ayat 19 memaparkan: “Berkatalah penduduk kota itu airnya tidak baik”. Ini bermakna, keadaan Yerikho yang menyenangkan sangat terusik oleh keadaan air yang tidak baik tersebut.  Airnya jahat, juga tanahnya, menyebabkan keguguran bayi-bayi. Mereka menganggap air yang mereka minum itulah yang menyebabkan keguguran. Sumber air utama yang ada di Yerikho kuno itu rasanya manis dan airnya bening, sedangkan mata air lainnya menghasilkan air payau.

Sementara ayat 20 tertulis: “Ambillah sebuah pinggan baru bagiku”. Karya Tuhan harus dilaksanakan melalui bejana-bejana baru yang belum tercemar. Taruhlah garam di dalamnya, lanjut ayat ini. Garam itu membersihkan dan mengawetkan. Di sini garam merupakan lambang dari kuasa Tuhan yang mentahirkan dan mengawetkan. Dilanjutkan ayat 21: “Telah Kusehatkan air ini”. Tanda dan lambang dari kesembuhan tersebut ialah garam yang ada di dalam air itu. Bacaan kita ditutup ayat 22: ” Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini”. Tuhan menyatakan kuasa-Nya untuk memulihkan mereka yang berdosa dan memelihara mereka melalui iman. Pentahiran itu sifatnya permanen; air yang berasal dari sumber tersebut tetap sehat sampai sekarang. Demikian pula karya kasih karunia Tuhan di dalam diri kita sifatnya permanen, satu-satunya landasan kokoh kita untuk menjalankan kehidupan yang murni.

Karakteristik dua pelayanan.

Karakteristik pelayanan Elisa yang pertama tergambar jelas ketika ia menyehatkan air di Yerikho. Kota Yerikho memang sudah dibangun kembali oleh Ahab, namun tetap menjadi kota yang tidak produktif. Nampaknya kota ini masih terikat oleh hukuman yang pernah dijatuhkan Tuhan melalui Yosua, sehingga penduduk dan tanahnya mengalami penderitaan. Mukjizat yang dilakukan Elisa membebaskan kota dan penduduk Yerikho dari penghukuman dan membawa mereka pada era yang baru. Dengan kata lain, karakteristik pertama pelayanan Elisa adalah menyatakan anugerah Tuhan kepada manusia yang membutuhkannya. Sedangkan karakteristik kedua pelayanan Elisa berbanding terbalik dengan yang pertama. Karakteristik kedua ini bersifat menyatakan penghukuman bagi mereka yang tidak hormat kepada Tuhan. Ini nampak dari peristiwa dimana Elisa mengutuk anak-anak yang mengolok-olok dirinya. Anak-anak ini tidak sekadar menghina Elisa namun sesungguhnya mereka telah menghina Tuhan yang diwakilinya di depan umum. 

Penghukuman ini merupakan peringatan kepada seluruh bangsa Israel yang tidak taat dan percaya kepada-Nya bahwa penghujatan terhadap nama Tuhan tidak bisa ditolerir.
Seringkali di kalangan pelayan gereja muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apa hakikat pelayanan kita? Atau berita apa yang seharusnya kita sampaikan melalui pelayanan Kristen? Dua pertanyaan itu sebetulnya mengarah kepada karakteristik pelayanan yang sejalan dengan pelayanan Tuhan. Melalui dua mukjizat yang dilakukan dalam pelayanan pertamanya, Elisa memperlihatkan karakteristik pelayanan yang sesuai dengan-Nya.
Kedua karakteristik pelayanan Elisa merupakan satu koin dengan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Bukankah ini juga merupakan karakteristik pelayanan Tuhan. Di satu sisi Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada umat-Nya, namun di sisi lain Tuhan juga menyatakan penghukuman kepada mereka yang menolak anugerah-Nya.

Demikian pula seharusnya kita, di dalam setiap aktivitas pelayanan kita. Apakah itu diakonia, koinonia, maupun marturia, anugerah Tuhan yang membebaskan manusia dari hukuman kekal harus terus dikumandangkan dan penghukuman Tuhan kepada mereka yang menolak anugerah-Nya pun harus ditegaskan.

KITA TERLALU SERING MENGASIHI BENDA DAN MEMANFAATKAN ORANG, SEHARUSNYA KITA MEMANFAATKAN BENDA DAN MENGASIH ORANG.

#Salam_WOW


Sabda Bina Diri (hari ke 110), Jumat, 6 Oktober, 1Raja-Raja 22:41-45


DARI DIRI UNTUK KELUARGA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tunjukkan senyum di hadapan orang banyak.
Tangis di hadapan sahabat,
Pengorbanan di hadapan keluarga.
Rasa syukur di hadapan Tuhan.

Masih ada kekurangan.

Bacaan kita mengisahkan, Yosafat menjadi raja atas Yehuda (ay. 41). Bagian ini mengisahkan secara singkat masa pemerintahan Yosafat. Tiga fakta utama tampak menonjol: dia memerintah bersama dengan ayahnya Asa; hampir dalam segala hal dia termasuk orang saleh; kesalahannya yang utama adalah mengadakan persepakatan dengan Ahab Raja Israel.

Yosafat seorang raja yang hidup menurut jejak ayahnya yaitu hidup menurut jalan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Allah. Bahkan Allah menghargai apa yang ia. Selama pemerintahannya, ia berhasil mengadakan reformasi kerohanian bangsa. Hanya apa yang ia lakukan masih ada kekurangan.

Simultan dan tuntas.

Reformasi rohani yang dilakukan Yosafat belumlah total. Ia baru berhasil melakukan reformasi yang dimulai dari dirinya sendiri. Namun reformasi masyarakat secara tuntas belum ia lakukan. Buktinya ia sudah menghapuskan sisa pelacuran bakti, namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, sehingga bangsa Yehuda masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Dalam kehidupan pribadinya, nampaknya Yosafat memilah-milah antara kehidupan rohani dan kehidupan non-rohani yaitu urusan dagang dan politiknya. Dulu ia sengaja bersekutu dengan Ahab untuk memerangi Ramot-Gilead, padahal Allah melarangnya melalui nabi Mikha. Kemudian ia melakukan kerja sama perdagangan dengan Ahazia, anak Ahab yang melakukan apa yang jahat di mata Allah. Allah menegurnya melalui Eliezer dan bencana menimpa kapal-kapalnya. Baru setelah itu ia tidak berani melakukan kerjasama dengan Ahazia.

Kekurangan-kekurangan itu bukanlah hal sepele. Karena berakibat cukup fatal bagi kehidupan keturunannya dan bangsa Yehuda setelah zamannya. Yoram anak Yosafat ternyata tidak hidup menurut jalan ayahnya. Ia membunuh saudara-saudara kandungnya dan melakukan apa yang jahat di mata Allah. Walaupun tidak dikatakan sebagai akibat langsung dari kekurangan Yosafat, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa karena Yosafat serba tanggung di dalam melakukan reformasi kerohanian, sehingga tidak mampu memberikan fondasi yang kuat bagi kehidupan kerohanian keluarga dan masyarakat. Yang diutamakan hanyalah kehidupan rohani pribadinya. Ia mengabaikan kehidupan rohani keluarga dan masyarakatnya.

Betul, pembenahan kerohanian pribadi adalah penting, namun yang tidak kalah penting adalah pembenahan rohani keluarga dan masyarakat. Hal ini harus dilakukan secara simultan dan tuntas, agar memberikan pondasi yang kuat bagi keluarga kita dan generasi mendatang.

KELUARGA YANG BAIK DIMULAI DENGAN CINTA, DIBANGUN DENGAN KASIH SAYANG, DAN DIPELIHARA DENGAN KESETIAAN.

#Salam_WOW