Kamis, 29 Juni 2017

SABDA BINA DIRI - Jumat, 30 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 7:51-53)

DIBERKATI UNTUK MEMBERKATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Perselisihan terjadi bukan karena adanya perbedaan,
melainkan karena ada pihak yang tak mendengarkan teguran
dan kritikan dengan baik. Teguran dan Kritikan itu ibarat obat.
Terasa pahit diawal, tapi menyembuhkan setelahnya.

Para Imam yang keras kepala ditegur Stefanus.

Bacaan kita menjelang akhir pembelaan Stefanus. Ia menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus (ay. 51). Stefanus memaparkan, orang-orang yang beribadah di Bait Allah sebagai orang yang tegar tengkuk dan tidak bersunat hati dan telinga, yang menolak Roh Kudus, dan yang mengkhianati dan membunuh ORANG BENAR itu, dengan demikian mereka mengikuti teladan dari para leluhur mereka yang pemberontak (ay. 52). Stefanus telah dituduh sebagai menghujat hukum Musa. Jawaban Stefanus ialah bahwa sesungguhnya bukan dirinya yang bersalah atas dosa ini tetapi orang-orang Yahudi, yang sejak zaman Musa telah melanggar Firman Allah.

Para imam tak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga tidak penurut (ay. 53) sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus.

Begitupun adanya kita.

Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus. kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu digubris. Akibat langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Tapi, dua hal yang terjadi pada diri kita: 1) Kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya; 2) Kita tidak menerima berkat itu sendiri.

Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam poros saluran berkatNya. Kesalahan terbesar yang kita lakukan adalah ketika kita tak pernah merasa bersalah ketika kita melakukan kesalahan.

Perkenankan Roh Kudus berkarya di dalam diri kita sehingga
olehNYA, kita diberkati dan menjadi berkat bagi sesama.

DIBERKATI UNTUK MEMBERKATI.

Salam WOW

Rabu, 28 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Kamis, 29 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 7:1-29)

ANUGERAH TUK TAK GAGAL
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tujuan tunggal khotbah  Stefanus ini adalah dalam
rangka membela dirinya terhadap tuduhan fitnah. Khotbah panjang itu pada intinya, mengurai bahwa sepanjang sejarah Israel, Tuhan telah membangkitkan hamba-hamba-Nya untuk memimpin dan menyelamatkan Israel: Abraham (ay. 2-8), Yusuf (ay. 9-22), dan Musa (ay. 23-29). Namun Israel berulang kali menolak. Mereka bahkan melanggar firman-Nya. Israel tlah gagal menerima anugerahNYA.
Stefanus mengajak tuk tak gagal.

Stefanus mulai dengan memaparkan anugerah Allah yang begitu besar. Anugerah tersebut
harusnya direspons dengan syukur dan sukacita, disertai tekad untuk setia kepada Tuhan dan tidak berpaling kepada ilah-ilah bangsa lain. Anugerah Allah nyata ketika Tuhan memilih dan memanggil Abraham keluar dari negerinya yang masih menyembah berhala, untuk menjadi cikal bakal umat Allah yang menerima segala janji dan berkat-Nya. Janji itu luar biasa. Bukan kepada Abraham langsung, tetapi kepada keturunannya, yaitu umat Israel. Mereka akan memiliki tanah pusaka (ay. 5). Walau, sebelum itu mereka akan mengalami terlebih dahulu diperbudak oleh bangsa Mesir, tetapi Tuhan menyelamatkan mereka. Israel menjadi tak gagal menerima anugerahNYA.

Kita diberi anugerah tuk tak gagal.

Kita yang hidup dalam era milenial, telah merasakan dan menikmati anugerah yang jauh
lebih besar daripada tanah pusaka di muka bumi ini. Kita telah menerima pusaka kekal di surga oleh karya Kristus. Tentu respons yang seharusnya adalah kita setia mengikut Dia dan giat mengabarkan Injil keselamatan-Nya agar orang lain pun beroleh anugerah besar tersebut. Itulah tugas panggilan pengutusan kita bersama.

Jangan mengeluhkan masalah remeh temeh dalam tugasmu, karena Tuhan mempunyai tujuan tuk pekerjaan pelayananmu saat ini. Pelajarilah apa yang hendak Tuhan ajarkan.

Jangan berhenti berupaya ketika menemui kegagalan. Karena kegagalan adalah cara Tuhan mengajari kita tentang arti kesungguhan.

Sudahkah kita menjalankan tugas panggilan dan pengutusan kita dengan setia dan sungguh?

#Salam_WOW


Sabda Bina Diri - Rabu, 28 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 6:8-15)

HIKMAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Ada tertulis: “Sekaranglah janji itu digenapi, Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu”.
Hikmat adalah bijak. Hikmat adalah akal budi.
Hikmat juga berarti pemahaman akan apa yang benar.
Stefanus memilikinya.
Kualitas pelayanan yang dilakukan oleh Stefanus sangat mengagumkan (ay. 8). Namun pelayanan Stefanus yang mengundang takjub sebagian orang, ternyata membangkitkan amarah yang besar dari orang-orang Yahudi.
Mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong Stefanus berbicara (ay. 10). Mereka tidak mampu mendukung pendirian mereka sendiri ataupun membantah pendapatnya. Melalui pendapat yang tidak dapat dilawan, ia membuktikan bahwa Yesus adalah Mesias. Ia berkata-kata dengan begitu jelas dan sempurna hingga mereka tidak dapat membantah apa pun yang diucapkannya. Walaupun tidak dapat diyakinkan, mereka dikalahkan dalam debat. Tidak dikatakan bahwa mereka tidak mampu melawan dia, tetapi, mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara, Roh hikmat yang berbicara melalui dia. Mereka menyangka hanya akan berdebat dengan Stefanus dan pasti mampu mengalahkan dia, tetapi ternyata mereka berdebat dengan Roh Allah di dalam dia, yang sama sekali tidak seimbang dengan mereka.
Mereka tidak mampu mengalahkan pendapat Stefanus yang penuh urapan Roh. Kemudian, mereka melancarkan tuduhan palsu; dan menghasut para tua-tua dan ahli Taurat untuk menyeretnya ke pengadilan (ay. 11-12). Akhirnya Stefanus dibawa ke hadapan Mahkamah Agama (ay. 13-15). Pola ini berulang-ulang terjadi di dalam kehidupan dan perkembangan gereja mula-mula. Gereja masa kini pun harus waspada, sebab pola yang demikian masih terjadi. Gereja difitnah, masyarakat sekitar dihasut untuk melakukan kekerasan terhadap gereja.
Dua hal yang Gereja harus lakukan:
Pertama, Gereja harus senantiasa berada di bawah kuasa Roh agar mampu bertahan. Kedua, Gereja harus seperti Stefanus, walaupun dibawa ke Mahkamah Agama, wajahnya tetap bersinar seperti malaikat.
Payung...tidak dapat menghentikan hujan,
tetapi membuat kita dapat berjalan menembus derasnya hujan.
Begitupun dengan Hikmat.
Berhikmat kepada Tuhan tidak menghentikan masalah,
tetapi memberi kita kekuatan untuk tetap bertahan
bahkan berselancar diatasnya.
Mari lakukan apa yang menjadi bagian kita.
TUHAN akan mengerjakan bagian-NYA. Amin.

Selasa, 27 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Senin, 26 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 5:1-11)

BERCABANG HATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Sama seperti bulan, ada sisi gelap dalam kehidupan kita yang orang lain tidak dapat melihatnya. Tapi Tuhan dapat.

Tuhan melihat gelapnya hati Ananias dan Safira.

Ananias dan Safira adalah sepasang suami istri yang cemburu akan penghargaan yang diterima Barnabas. Mereka menjual tanah dan menyumbangkan hasilnya untuk orang miskin. Tetapi mereka bersekongkol untuk berpura-pura telah memberikan semua hasil penjualan tanah itu, padahal menyimpan sebagian dari hasil penjualan. Akibat tipuan itu mereka berdua ditimpa kematian mendadak. Kejadian ini menakutkan seluruh jemaat dan semua orang yang mendengar kejadian itu (ay. 11).

Hati mereka bercabang, oleh sebab itu mereka harus menanggung akibat kesalahannya. Mereka bercabang hati. Jika mereka sepenuhnya orang yang duniawi, mereka tidak akan menjual tanah mereka. Dan, jika mereka sepenuhnya orang Kristen, mereka tidak akan menahan sebagian uang hasil penjualan (ay. 2).

Dusta dan tamak dimurnikan oleh nurani dan disiplin.

Empat  pelajaran utama. Pertama, Ananias dan Safira tidak berdosa kepada para rasul, tetapi kepada Allah. Allah membenci kemunafikan. Dosa yang menghancurkan dan meracuni persekutuan Kristen ini diungkapkan agar gereja menjauhkan kemunafikan. Kedua, bahwa mereka tamak terhadap kekayaan dunia, dan tidak percaya pada Allah dan pemeliharaan-Nya. Ketiga, Ananias dan Safira telah gagal menjaga kesucian hati nuraninya. Kesucian hati nurani sangat penting bagi kelangsungan hidup umat tebusan-Nya. Keempat, pentingnya menegakkan disiplin gereja. Gereja harus waspada terhadap pelanggaran yang dilakukan jemaat, sebab hal-hal itu bisa menjadi senjata Iblis untuk menghancurkan persekutuan Kristen.

Jangan berdusta, jangan tamak, jaga kesucian nurani dan tegakkan disiplin Gereja. 
Itu yang Tuhan minta kita lakukan.

Bagaimana menurut saudara…?


Sabda Bina Diri - Selasa, 27 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 5:17-25)

KEMENANGAN SEJATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Semakin sulit memperolehnya, semakin besar kemenangannya. Semakin tebal tembok penjara. Semakin kuat jeruji penjara. Semakin ketat gembok pintu penjara. semakin besar kemenangan Para Rasul. Mereka bebas dari penjara. Mereka menang.

Gereja perdana mengalaminya.

Saat itu banyak pemimpin Yahudi yang iri dengan keberhasilan gereja perdana, terutama dalam hal memenangkan jiwa bagi Tuhan. Salah satunya adalah kelompok Saduki yang dipelopori Imam Besar (ay. 17). Mereka melakukan tindak kekerasan dengan menangkapi para rasul. Adakah tekanan yang begitu hebat, membuat gereja perdana dan para rasul bungkam? Tidak! Mereka tetap berani dan lantang di muka umum memberitakan Injil. Mengapa demikian? Pertama, karena Tuhan sendiri yang membebaskan mereka melalui malaikat-Nya. Tangan Tuhan menyertai mereka sehingga para musuh tidak berdaya. Kedua, Tuhan juga, melalui malaikat pembebas, memerintahkan mereka agar tetap setia memberitakan Kristus, kepada orang banyak (ay. 20).

Bagaimana seharusnya Gereja bersikap?

Adalah fakta di negara kita bahwa jumlah gereja yang dibakar, dirusak, dan ditutup paksa terus bertambah setiap tahunnya. Izin mendirikan tempat ibadah juga semakin sulit. Apakah hal-hal tersebut menjadi alasan bagi gereja untuk mengambil sikap diam dan menyerah? Atau sebaliknya, maju terus memberitakan Injil karena itulah panggilan Tuhan pada gereja.

Banyak kesaksian dari anak-anak Tuhan pada masa lampau maupun masa kini yang mengisahkan bagaimana penyertaan Tuhan telah membuat mereka kuat dan berani untuk tetap mengabarkan Injil walau didera penderitaan. Tidak selalu penyertaan itu berupa mukjizat kelepasan dari tangan musuh. Kadang, anak-anak Tuhan diizinkan menghadapi penderitaan dan bahkan kematian.

Penyertaan Tuhan membuat kita sanggup menderita dan berani menghadapi maut. Yang jelas Tuhan menjanjikan mahkota kemuliaan bagi kita yang tetap setia dan tidak kendur mewartakan Kristus, Firman Hidup itu, untuk semua orang.

Kita tak pernah menyerah.

Kita dilahirkan untuk menjadi pemenang, Tapi, agar jadi pemenang, kita harus merencanakan untuk menang dan mempersiapkan diri untuk menang. Hakekat kemenangan adalah pada prosesnya bukan pada hasilnya.
Berusahalah dengan keras dan berdoalah dengan tekun

Itu adalah KEMENANGANMU YANG SEJATI.

Salam WOW

Sabtu, 24 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Minggu, 25 Juni 2017

(Kisah Para Rasul 4:23-31)

JEMAAT YANG BERDOA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

­Persekutuan Dengan Tuhan Adalah Kebutuhan Jiwa yang Melebihi Kebutuhan Lain. Doa Adalah Awal Dari Persekutuan Itu. Doa bukanlah jalan keluar untuk kita menghindari kesulitan, tapi dengan berdoa kita mempunyai kekuatan untuk menghadapi kesulitan.
Jemaat mula-mula mengajarkan demikian.

Takut, panik dan segera mencari perlindungan adalah tindakan wajar yang akan dilakukan seseorang bila berada dalam tekanan dan ancaman. Namun reaksi dan tindakan ini tidak terjadi pada jemaat mula-mula ketika mendengar berita ancaman Sanhedrin -- berita yang dibawa oleh Petrus dan Yohanes. Hal pertama yang mereka lakukan ialah berdoa (ay. 24).

Alkitab menggambarkan bahwa gereja mula-mula tidak hanya berperan sebagai gereja yang berani memberitakan firman Tuhan, tetapi juga tekun berdoa. Bagi jemaat mula-mula, ancaman penguasa dunia tidak ada artinya karena mereka memiliki Allah, Sang Pencipta yang kedaulatan-Nya mengatasi penguasa dunia.

Jemaat mula-mula dalam doa permohonannya tidak satu pun meminta keselamatan fisik atau meminta Allah menghukum mereka yang mengancam. Permohonan mereka adalah agar Allah melihat keadaan mereka (ay. 29a); agar Allah memberikan keberanian kepada mereka (ay. 29b); dan agar kuasa Allah semakin dinyatakan dengan mukjizat dan tanda-tanda (ay. 30). Allah menjawab doa mereka. Allah memenuhi mereka dengan Roh Kudus dan memberikan keberanian memberitakan firman dengan berani. Gereja yang berdoa adalah gereja yang mengarahkan jemaatnya pada misi Kristus.

Bagaimana seharusnya kita Berdoa?

Doa adalah komunikasi. Doa bergantung pada hubungan kita dengan Tuhan.
Kalau kita akrab dengan Tuhan, doa menjadi saat yang menyenangkan. Sebaliknya, jika hubungan kita dengan Tuhan terganggu, maka kita mengalami kesulitan dalam berdoa.


Kalau Sesuatu Layak Dilakukan, Itu Layak Untuk Dilakukan Dengan Baik. Begitupun doa. Begitu pentingnya doa sehingga pemazmur mengawali hari-hari nya dengan doa kepada Tuhan (Maz. 5:3–4 ). Dan mengakhirinya pada malam hari juga dengan doa (Maz.4:8–9).

Tuhan Pastilah Pendengar Yang Baik. Bayangkan, Berapa Banyak Doa
Yang Didengar-Nya Setiap Detik Dan DIA Tetap Menjawabnya Secara Diam-diam...

Karenanya, berdoalah. Selagi engkau masih diberi kesempatan untuk itu.



Jumat, 23 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Sabtu, 24 Juni 2017

(Roma 7:21-25)

PAHLAWAN DIGDAYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Perang terakbar dalam sejarah umat manusia bukanlah perang dunia ke 2. Perang paling heroik adalah perang melawan diri sendiri. Dan kemenangan terakbar adalah menang terhadap peperangan melawan diri sendiri.

Paulus mengalaminya.

Paulus berkesimpulan bahwa ketika ingin berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padanya. Keinginan Paulus untuk melakukan hal yang baik memperoleh perlawanan sengit dari apa yang ia namakan hukum lain (ay. 21).

Dalam pada itu, pada sisi lain yang lebih menyenangkan, Paulus menyatakan: di dalam batinku aku suka akan hukum Allah (ay. 22). Inilah tanggapan batin Paulus terhadap hukum Allah dan tanggapan ini ia berikan sebagai seorang anak Allah.

Pada saat yang bersamaan Paulus melihat dan berkata, "Di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain." Dirinya yang sejati, manusia batiniahnya, dengan hukum Allah. Tetapi ada hukum lain (hukum dosa) yang menawan "aku"-nya, menjadikan dia tawanan. Tetapi sebelum menawan Paulus, hukum dosa terlebih dahulu berjuang melawan hukum akal budi-nya. Yang dimaksudkan dengan hukum akal budi dan manusia batiniah, adalah diri Paulus sesungguhnya yang dikuasai oleh Allah (ay. 23)

Kitalah pemenangnya.

Syukur kepada Allah. Pembebasan datang melalui Yesus Kristus, Tuhan kita (ay. 25). Yesus Kristus sang pembebas membebaskan Paulus. Dengan akal budi Paulus terus melayani hukum Allah.

Bukan hanya untuk pembenaran kita harus sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah, dalam pergumulan melawan dosa untuk hidup kudus pun kita harus terus mengandalkan Kristus. Kemampuan Untuk Bertahan Bukanlah Sekadar Kemampuan Untuk Menanggung Perkara yang Sukar, Namun Kemampuan Untuk Mengubahnya Menjadi Kemuliaan.

Jangan pernah surut dalam perang melawan dosa. Berperanglah terus. Kita pasti akan menang, apabila kita mengikuti Kristus, Pahlawan digdaya itu!

Kamis, 22 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Jumat, 23 Juni 2017

(Roma 5:12-21)

MULIAKAN TUHAN DENGAN HIDUP DAN KEHIDUPANMU
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. (ay. 13). Paulus menunjukkan bahwa dosa tidak dimulai dengan hukum Taurat Musa, tetapi telah ada di dunia ini, atau telah ada sebelum hukum Taurat itu ada. Oleh karena itu, hukum Taurat Musa bukanlah satu-satunya peraturan kehidupan, karena sebelum hukum Taurat diberikan, sebelumnya sudah ada peraturan, dan peraturan itulah yang telah dilanggar.

Hal itu juga menunjukkan bahwa kita tidak dapat dibenarkan oleh ketaatan kita kepada hukum Musa lagi, seperti juga kita tidak bisa dihukum karena ketidaktaatan kita kepada hukum itu. Dosa sudah ada sebelum ada hukum Taurat.

Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran  untuk hidup (ay. 18)

Dosa masuk ke dunia oleh Adam, dosa itu ditebus oleh Yesus Kristus.

Kristus telah mengalahkan kuasa iblis, dosa dan maut. Tetapi sehari-hari dalam kehidupan sebagai orang beriman, kita berada di antara pelanggaran Adam dan kasih karunia Allah. Kita benar-benar mengalami dasyatnya pergumulan, kita harus menentukan pilihan yang tepat. Dalam pergumulan sengit itu acap kali kita merasa tak kuat melawan dosa, ingin menyerah saja. Ingat betapa besar korban kasih Kristus dan betapa kuat dahsyat kuasa anugerah-Nya mengalahkan dosa!

Ingatlah! Kita telah kehilangan kemuliaan karena Dosa. Tapi Ia dengan bilur dan darahNYA telah memuliakan kita. Diri Kita Adalah Kanvas yang Terlalu Sempit, Terlalu Terbatas, Untuk Memuat Kebesaran Kebenaran Tuhan.

Walau begitu, tetaplah,  muliakan DIA dengan hidup dan kehidupanmu.
Sekarang dan disini…!


Salam WOW

Rabu, 21 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Kamis, 22 Juni 2017

(Roma 3:9-20)

DIBENARKAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tanpa anugerah Allah, semua manusia tidak berdaya (ayat 9). Semua manusia berdosa dan tidak layak di hadapan Allah.  Tak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat (ay. 19).

Justru Taurat mengantarkan manusia pada pengenalan akan dosa.

Taurat memperkenalkan dosa bukan menyelamatkan. Hukum Taurat bukan jalan keselamatan. Terbukti orang Yahudi sendiri melanggarnya. Justru dengan mengandalkan ketaatan melakukan Taurat, orang Yahudi disadarkan bahwa mereka tak mungkin dibenarkan di hadapan Allah.

Dihadapan Allah, manusia dibenarkan bukan oleh pelaksanaan Hukum Taurat. Tapi oleh Iman, Firman dan AnugerahNYA. Sola Fide-Sola Scriptura-Sola Gratia.
Kita yang tadinya: 1) Tidak ada yang benar; 2) Tidak ada yang berakal budi (ay. 11); 3) Tidak ada yang mencari Allah; 4)  Tidak ada yang berguna (ay. 12); 
5)  Tidak ada yang berbuat baik.
Menjadi benar, berakal budi, mencari Allah, berguna dan berbuat baik, karena perkenan pengampunan dariNYA. Karena Iman, Firman dan AnugerahNYA.

Ribuan tahun usaha kita untuk dibenarkanNYA lewat hukum taurat, telah gagal. Kini, IA menghampiri kita dengan memberi anakNYA yang tunggal, supaya barang siapa yang percaya kepadaNYA, tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Tertinggal putusan pada kita. Percaya atau tidak?


Salam WOW

Selasa, 20 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Rabu, 21 Juni 2017

(Roma 3:1-8)

SETIALAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Rancangan Allah tentang keselamatanmu tak kan pernah gagal. Kesetiaan Allah tak tergantung pada kesetiaanmu. Ketidaksetiaanmu tak membatakan kesetiaan Allah. Bukan perbuatanmu yang menyelamatkanmu, tapi imanmu.

Tapi, tetaplah setia.

Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, sistematis dan paling teologis, serta paling berpengaruh. Paulus menulis kitab ini dengan gaya tanya-jawab atau gaya diskusi (ay. 1,4-6). Tema besar yang melingkupi surat ini, adalah soal keselamatan.

Kalau orang-orang Yahudi menitikberatkan pada perbuatan, Paulus mengatakan, kekristenan, tidak. Kalau hukum Taurat mengatakan engkau harus setia menjalankan hukum lalu Allah akan setia, Paulus mengatakan kesetiaan Allah tak bergantung pada kesetiaanmu (ay. 3).

Pada hakekatnya, manusia cenderung berbuat dosa. Tanpa penebusan dosa, tak ada manusia yang selamat. Kasih karunia Allah yang mengorbankan anakNYA yang Tunggal agar kita semua diselamatkan, haruslah diimani. Adapun perbuatan baikmu adalah ucapan syukur semata, KARENA telah diselamatkan. Bukan UNTUK diselamatkan.

Keselamatanmu tak akan pernah hilang. Allah dengan kedaulatanNYA telah merancangkan Keselamatan untuk dirimu.

Dan rancanganNYA tak pernah gagal.



Salam WOW

Senin, 19 Juni 2017

Sabda Bina Diri - Selasa, 20 Juni 2017

(Roma 2:1-11)

MENGHAKIMI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Menghakimi adalah: “Barang siapa berhati egois & terlampau mementingkan diri sendiri”,
Hakim-hakim amatir ini tidak akan beroleh kemudahan dalam hidupnya.


Tapi,

Barangsiapa berhati mulia & bertindak demi kepentingan orang banyak,
ia akan beroleh kemuliaan dalam hidupnya.

Paulus berkata:  ‘Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya’ (ay. 6)

“Dalam Hidup kekristenan sejati, ‘menghasikan’ adalah kata kunci dari kerja keras. ‘Melipatgandakan’ adalah kata kunci dari kerja cerdas. ‘Memenangkan’ adalah kata kunci dari kerja tulus.

Salam WOW


Minggu, 18 Juni 2017

Sabda Bina Diri , 19 Juni 2017 (1Kor. 7:17-24)

Senin, 19 Juni 2017

SUNAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Bersunat dalam rangka kesehatan adalah sah. Baik adanya.
Tapi, bersunat agar dikenanNYA, nanti dulu!

Contoh (ay. 18) yang diungkapkan oleh Paulus adalah mengenai bersunat atau tidak bersunat. Orang-orang Yahudi menekankan sunat sebagai wajib hukumnya. Apakah orang Kristen harus bersunat? Atau sebaliknya tidak perlu bersunat? Dalam hal ini, tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka. Perkenanan Tuhan tidak mengenal batas.

Sunat tak berhubungan dengan perkenan Tuhan.

Intisari nasihat Paulus (ay. 24): Hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil, adalah bermaksud untuk mengatakan, apabila engkau dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, tinggalah engkau dalam keadaan demikian. Dan engkau akan tetap dikenanNYA. Saat kita menanam padi, rumput ikut tumbuh, tetapi saat kita menanam rumput tidak pernah tumbuh padi. Ketika kita berbuat yang dikenan Tuhan, kita akan beroleh perkenan Tuhan.Ketika kita berbuat yang tidak dikenan Tuhan, kita tak akan beroleh perkenanNYA.

Sunat yang memotong lalu membuang bagian yang ‘kotor’ dari tubuh kita adalah sunat jasmani. Sunat yang memotong lalu membuang bagian yang kotor dari hati, pikiran dan jiwa kita adalah sunat rohani.

Namanya sunat hati.

Sunatlah hatimu yang dengki.  Pikiranmu yang selalu buruk dan kotor.  Sunatlah jiwamu yang kerdil dan hampa. Lakukan berulang setiap kali engkau merasa perlu melakukan sunat rohani.

Tapi, jangan lakukan sunat jasmani berulang, sebab akan fatal akibatnya.


Salam WOW

Sabtu, 17 Juni 2017

Sabda Bina Diri 18 Juni 2017 (1Kor. 7:1-11)

TAK ADA KATA CERAI DI KPK

Oleh: Reinhard Samah Kansil
Minggu 18 Juni 2017

"Ia sudah terlalu menyakiti hatiku. 
Aku tak tahan lagi hidup bersama dia.
Aku mau cerai saja!"

Cerai? Bolehkah? Apa jalan keluar terbaik bagi pasangan suami isteri yang konfliknya sudah memuncak? Siapa yang berhak memutuskan ikatan pernikahan? Suami? Atau isteri? Tidak ada! Tak satu pun manusia yang berhak memutuskan ikatan perjanjian pernikahan. Yang sudah dipersatukan oleh Tuhan tak dapat dipisahkan oleh manusia.

Saya dan VG. YUBAL dari GPIB Agape, beberapa kali menyanyikan lagu ini di pernikahan warga jemaat. Penggalannya: “Dengarkanlah, wanita pujaanku. Malam ini akan kusampaikan. Janji suci, satu untuk selamanya. Dengarkanlah kesungguhan ini. Aku ingin mempersuntingmu, tuk yang pertama dan terakhir…”. Yovie, pengarangnya, memberi judul lagu ini, ‘JANJI SUCI’

Tepat sekali! Pernikahan kudus adalah janji suci, Seperti ikatan perjanjian (covenant). Perjanjian Allah dengan umat-Nya. Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap pernikahan,

Paulus (ay. 5) dengan tegas menulis, "Janganlah kamu saling menjauhi, ..." Tentunya hal ini berlaku untuk pasangan yang diberkati di gereja yaitu bagi suami dan isteri yang sudah mengucapkan janji pernikahan di hadapan jemaat.

Hanya karena anugerah-Nya pasangan suami isteri dapat saling memberi diri, saling menerima apa adanya, saling mengampuni dan saling menguduskan. Kalau Saudara sedang mengalami konflik dengan pasangan hidup Saudara, berdoalah! Mintalah kasih setia Allah memenuhi hati Saudara kembali.

Ingatlah Yesus sudah memberi diri-Nya untuk Saudara dan pasangan Saudara.  Saudara dan dia adalah satu di dalam Tuhan.
Hai pasutri Kristen, janganlah sedetikpun punya pikiran untuk cerai. Tak ada kata 'cerai' di KPK. Kata ‘cerai’ tak dikenal dalam KAMUS PERNIKAHAN KRISTEN!


Salam WOW

Jumat, 16 Juni 2017

Sabda Bina Diri, Sabtu 170617 (1Kor. 6:1-11)

KONFLIK? TAK MENGAPA!
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Dalam hidup, kita tak pernah tak berkonflik. Petakan konflik tersebut. Ajak pihak yang berkonflik untuk melalui, melewati dan menyudahinya.
Konflik? Tak mengapa! Ini memperlihatkan relasi antar manusia yang nyata. Bila suatu relasi tak pernah mengalami konflik, jangan-jangan relasi itu tidak pernah ada. Semu belaka. Jadi, pertanyaannya bukan bagaimana membuat hubungan kita dengan sesama, bebas konflik. Melainkan bagaimana menyelesaikan konflik dengan baik. Lewat cara menjunjung tinggi kemanusiaan, menghormati kebenaran dan memenangi hati semua pihak dengan kasih.
Tetapi, tetap, konflik harus disudahi.
Menurut Rasul Paulus, semua perkara tidak layak untuk dipertengkarkan. Konflikmu dengan mudah dapat diselesaikan, jika kamu pertama-tama dapat menaklukkan dirimu sendiri dan tunduk kepada watak Kristen yang sejati.
Bersabarlah kamu seorang terhadap yang lain, niscaya, yang paling tidak terpelajar di antara kamu sekalipun dapat mengakhiri perselisihanmu Jika kamu mempunyai perkara-perkara yang belum terselesaikan seperti itu, serahkanlah perkara itu kepada mereka yang berhikmat di antara kamu. Dengan menyerahkan perkara itu kepada seseorang di dalam jemaat untuk diselesaikan: “Tidak adakah seorang di antara kamu yang berhikmat, yang dapat mengurus perkara-perkara dari saudara-saudaranya? (ay. 5). Jangan mencari keadilan dari orang yang tidak beriman. Selesaikan konflikmu diantara kamu sendiri.
Jangan melihat konflik sebagai sesuatu yang buruk. Konflik yang dikelola dengan baik akan membawa kemajuan bagi diri kita.
Sama seperti Kereta api bergerak maju karena terjadinya gesekan antara bantalan rel yang besi dengan roda kereta api yang juga besi.
S’bab ada tertulis, besi akan menajamkan besi, manusia menajamkan sesama.

Kamis, 15 Juni 2017

Sabda Bina Diri, Jumat 16.06.17 (1Kor. 5:1-8)

BANGGA AKAN DOSA
(Oleh: Reinhard Samah Kansil)

Sepenggal lirik lagu yang didendangkan Ebiet G. Ade: ‘Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kita, yang selalu salah dan BANGGA AKAN DOSA dosa…’, dikutip menjadi judul sabda bina diri ini.

Kondisi jemaat di Korintus sangat bobrok! Sebagai kota pelabuhan, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelektual, kaya secara materi, tapi bejat secara moral.

Ada di antara warga jemaat Korintus yang melakukan dosa memalukan. Bahkan, dosa yang orang kafir pun tidak melakukannya. Paulus sangat terpukul oleh kebobrokan tersebut. Namun, justru, jemaat Korintus sendiri bangga (ay. 2).

Mereka bangga karena menganggap bahwa sikap menerima orang-orang yang melakukan percabulan dalam persekutuan sebagai suatu kemajuan. Seharusnya jemaat berduka dan bertindak!

Kebanggaanmu terhadap dosa, tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Contoh buruk yaitu dosa yang dibanggakan sangatlah mencelakakan, serta menyebar sampai ke mana-mana. Seekor domba berkudis akan menulari seluruh kumpulan domba. Sedikit ragi akan segera menyebar dan mengkhamirkan seluruh adonan (ay. 6-7).

Bagaimana dan apa sikap kita?

Singkirkan Dosa! jika dibiarkan, dosa akan seperti ragi, menjalar ke seluruh jemaat. Dosa bukan hanya membinasakan pelakunya tetapi juga seluruh jemaat. Mereka akan terbiasa dengan dosa sehingga akhirnya tidak takut lagi berbuat dosa. Orang yang berdosa harus didisiplinkan. Disiplin yang dijatuhkan kepada orang berdosa itu adalah bukti bahwa jemaat mengasihinya. Disiplin gerejawi dijalankan demi menjaga kekudusan warga jemaat dan pribadi bersangkutan. Tidak mudah memang, terlebih masa kini, tetapi tindakan itu harus diambil.

Lakukan pendisiplinan itu sambil berdoa. Tuhan akan menghukumnya, tapi bukan untuk menghancurkannya melainkan untuk memulihkan dan memurnikan orang yang dikasihi-Nya.

Yang Baik Dari Masalah, Adalah Bukan Ketika Kita Sedang Berada Dalam Masalah, Melainkan Ketika Kita Keluar Dari Masalah.

Sabtu, 03 Juni 2017

BELAJAR 1-2 KORINTUS

MASALAH

Belajar Alkitab I Semester (BAIS) kelas Cibubur tadi pagi, membahas 1&2 Korintus. Setelah tuntas saya uraikan kedua kitab dimaksud.Tibalah giliran diskusi. Seorang peserta bertanya: “Minggu lalu, ketika bahas Kitab Roma, bapak hendak menjelaskan tentang karunia bahasa roh di Korintus hari  ini, gimana Pak?”

Oh, itu. Jadi begini, tadi saya sudah sampaikan bahwa di  2 Korintus tema besarnya adalah Penderitaan dan Kemuliaan. Sementara di 1 Korintus tema besarnya adalah: “Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya”. Nah, soal karunia bahasa Roh ini, adanya di 1 Korintus. Jadi, karunia bahasa Roh adalah salah satu penyebab, dari sekian banyak penyebab, timbulnya masalah di jemaat Korintus.

Paulus mengatakan, karunia bahasa Roh adalah bersifat membangun pribadi, tidak membangun jemaat. Justru sebaliknya, bagi orang-orang yang tidak mengerti ada jemaat yang berbahasa roh, menganggap orang tersebut gila dan menimbulkan pertentangan dikalangan jemaat di Korintus.

Paulus mengatakan karunia yang terbaik adalah karunia mengajar, bukan karunia berbahasa roh.
Masalah timbul karena karunia berbahasa roh ini dan Paulus mengusulkan  untuk diadakannya penerjemah bahasa roh itu agar jemaat mengerti.

Jadi, bagaimana Pak? Udah, ga penting itu. Yang penting justru karunia mengajar. Seperti yang sedang saya lakukan sekarang ini.

#Salam_WOW

KERJA

I Shall Return


Pagi-pagi benar, saya memberitakan Firman Tuhan pada ibadah Doa Subuh di Gereja. Nas bacaan terambil dari Yoh. 14:28-31. Saya mengajak umat membaca juga Yoh. 14:1-6.
Ada tiga hal yang menjadi pokok renungan pagi tadi. 1) Janji Yesus untuk kembali; 2) Yesus memberikan penghibur; 3) Yesus mengajak bangun berjalan.
Dirumah BapaKu banyak tempat. Aku akan kesana menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku sudah menyediakan tempat, Aku akan kembali. JanjiNya untuk kembali harus diimani akan ditepati.
Selama Ia dirumah Bapa, Ia akan menyediakan bagimu, penghibur. Dialah Roh Kudus. Oknum ketiga ini akan membimbing, mengarahkan setiap langkah hidupmu. Apabila engkau terjatuh, takkan sampai tergeletak. S'bab IA menopang tanganmu.
Tak hanya berjanji akan kembali dan memberikan penghibur ganti DiriNYA. Yesus juga mengajak kita melakukan langkah konkrit. Bangkit dari keterpurukan. Bangun dan berjalan bersama-sama dengan DIA melakukan kerja-kerja nyata di Dunia.
Doakan yang kita kerjakan, kerjakan yang kita doakan.😇