Sabtu, 08 Juli 2017

Sabda Bina Diri – Minggu, 9 Juli 2017 (MAZMUR 119:1-8)

KUBERBAHAGIA DIKENAN-NYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kebanyakan kita mencari kebahagiaan diluar diri kita. Itu salah. Sejatinya, kebahagiaan berada didalam diri kita. Kebahagiaan adalah keputusan yang kita buat. Bukan perasaan yang kita rasakan.

Kebahagiaan kita adalah perkenan-NYA.

Dalam bacaan kita, Pemazmur memaparkan: “Orang-orang yang menjadikan kehendak Allah sebagai pedoman bagi semua perbuatan mereka serta mengendalikan perilaku mereka sesuai dengan pedoman itu, mereka hidup menurut Taurat Tuhan (ay. 1).
Mereka berjalan di dalam jalan-jalan Taurat itu, yang tidak akan pernah mereka remehkan, tetapi berlari-lari kepada tujuan, menyelaraskan setiap langkah dengan pedoman itu dan tidak pernah berjalan tanpa arah. Inilah yang disebut hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya (ay. 3), menurut jalan-jalan yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita dan yang telah dikaruniakan-NYA untuk kita jalani.

Mereka yang matanya hanya tertuju kepada Tuhan sebagai kebaikan utama dan tujuan tertinggi dalam kehidupan persekutuan mereka (ay. 2). Mereka yang mencari Dia dengan segenap hati. Mereka tidak mencari diri sendiri dan urusan mereka sendiri, melainkan hanya Tuhan saja. Inilah yang menjadi tujuan utama mereka, supaya Tuhan dimuliakan dalam ketaatan mereka dan supaya mereka berbahagia dalam perkenan Tuhan”.

Berbahagialah dan kuduslah mereka yang hidupnya dikenan Tuhan.

Selama ini banyak orang beranggapan salah tentang sumber kebahagiaan. Kebahagiaan diukur pada keberhasilan "memperoleh" bukan pada kerelaan "memberi". Orang-orang berlomba-lomba mengejar kebahagiaan sekalipun dengan menggerogoti kebahagiaan orang lain. Cara seperti ini kasar, rakus, memalukan, dan menyeramkan. Kebahagiaan yang sebenarnya bersumber pada kehidupan yang bersih, berkepribadian seimbang, benar, dan jujur di hadapan Allah. Kebahagiaan sejati adalah kebahagiaan yang bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga orang lain. Itu sebabnya kebahagiaan hanya di dapat dalam Tuhan, di dalam ketaatan kepada hukum-hukum-Nya. Diatas semuanya itu, kebahagiaan didapat karena kita dikenan-NYA.

Kebahagiaan dan kegembiraan hidup bersumber pada kehidupan yang bersih. Mungkinkah seseorang tetap mempertahankan dan memelihara kehidupannya bersih dari dosa dan salah? Bukankah godaan-godaan di sekitar kita, kelemahan diri sendiri, dan aturan-aturan dalam masyarakat seolah membuat kita tidak bisa menjaga hidup bersih? Apa yang diusulkan pemazmur? Pengenalan akan Tuhan dan ketaatan pada firman Tuhan yang diikuti tekad untuk taat pada hukum-hukum Tuhan, mendasari kehidupan yang dikenan-NYA.

Dalam bukunya yang berjudul Laugh Again (Tertawa Lagi), Charles Swindoll mendefinisikan kekhawatiran sebagai "kegelisahan yang berlebihan akan suatu hal yang mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi". (Dan biasanya tidak terjadi.) Tekanan batin diartikan sebagai "ketegangan yang berlebihan terhadap situasi yang tidak dapat kita ubah atau kontrol". (Padahal Tuhan mampu.) Dan ketakutan, menurut Swindoll, adalah "kecemasan yang sangat terhadap bahaya, kejahatan, atau penderitaan". (Dan hal itu hanya akan memperbesar masalah kita.) Swindoll mengatakan, apa pun yang membuat kita khawatir, tertekan, dan ketakutan, tidak dapat menghalangi Tuhan untuk terus bekerja dalam hidup kita. Kita dapat hidup dengan keyakinan bahwa Dia mengatur segalanya. Kita dapat memasrahkan segalanya kepada-NYA. Perbaharui keyakinan kita kepada Tuhan setiap pagi. Lalu tenangkan hati kita dan berbahagialah.

Bukan memiliki tapi menjadi.

Kebahagiaan tidak didapat dengan mengejarnya. Sebaliknya, kebahagiaan merupakan hasil ikutan dari pencarian kita untuk berjalan lebih dekat dengan Tuhan. Saat melakukannya, kita akan menemukan kebahagiaan mendalam yang tak dapat diberikan oleh seseorang atau sesuatu. Itulah yang dimaksudkan Pemazmur ketika ia berkata, “Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!”

Jadikan hati kita selalu damai agar kita dapat membahagiakan diri sendiri dan sesama. Kebahagiaan bukan terletak pada apa yang kita miliki tapi pada apa yang ada dalam diri kita.
Kebahagiaan bukan memiliki tapi menjadi. Not “To Have” but “To Be”.

KEBAHAGIAAN SEJATI ADALAH APABILA HIDUP KITA DI KENAN-NYA

Salam WOW


Sabda Bina Diri – Sabtu, 8 Juli 2017

(Kisah Para Rasul 12:1-11)

PENGHARAPAN DAN DOA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Pengharapan itu seperti jalan di dalam hutan. Di sana tak pernah ada jalan. Tapi jika kita mendoakannya, jalan itu menjadi ada.

DOA senjata jemaat.

Bacaan kita mencatat, pembebasan Petrus dari penjara yang membuat rancangan Herodes terhadap dirinya menjadi berantakan, dan hidup Petrus pun terpelihara untuk pelayanan selanjutnya. Satu hal yang memuliakan pembebasan Petrus adalah bahwa pembebasan itu merupakan jawaban terhadap DOA (ay. 5). Petrus ditahan di dalam penjara dengan penjagaan yang sangat ketat (ay. 4), sehingga sama sekali mustahil untuk dapat membebaskan dia, baik dengan kekerasan maupun dengan diam-diam. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah, sebab DOA merupakan senjata jemaat.

Bila kita memperhatikan peristiwa yang dialami Petrus dalam penjara, belenggu di tangannya terlepas (ay. 7-8), dan akhirnya bebas dari penjara itu (ay. 9-10), tidaklah berlebihan jika Petrus menyadari bahwa itulah yang dinamakan mukjizat (ay. 11).
Petrus yakin bahwa campur tangan Tuhan membuat bermacam-macam terobosan yang mengejutkan dan tidak terduga. Membebaskan manusia ketika sudah tidak ada PENGHARAPAN.

Pengharapan melahirkan doa, doa melahirkan mukjizat.

Ada begitu banyak peristiwa-peristiwa yang tak terduga terjadi di sekitar kita. Ada peristiwa yang melibatkan diri kita, ada juga peristiwa yang melibatkan orang lain. Kadang-kadang hati kecil kita bertanya: "bagaimana mungkin aku atau dia atau mereka dapat mengalami peristiwa itu?" Berbagai pertanyaan akhirnya menutup keterkejutan tersebut.

Kehidupan manusia penuh dengan ceritera seperti itu. Ada orang yang sakit sekarat tidak ada lagi pengharapan, tiba-tiba bebas dari penjara dari kematian dan penderitaan yang mengerikan, tanpa disadari darimana mukjizat itu datang. Apakah kita akan mengatakan bahwa semua itu diatur oleh sang nasib, atau semua yang terjadi itu semata-mata hanyalah kebetulan saja? Tidak. Didalam Pengharapan dan Doa terkandung mukjizat Ilahi.

Kita dapat hidup 40 hari tanpa makan, sekitar 3 hari tanpa air, sekitar 8 menit tanpa udara. Tapi hanya 1 detik jika tanpa pengharapan. Kehidupan kita adalah indah bila kita tahu jalan mana yang benar, harapan ada bahkan mukjizat nyata, bila kita percaya.

DIMANA ADA PENGHARAPAN DAN DOA,
MUKJIZAT ITU NYATA.

Salam WOW