Kamis, 25 Juni 2015

Memahami Fungsi ‘PENDAHULUAN’ Dalam Sebuah Khotbah


 

Reinhard Samah Kansil, M.Th

0818 0888 2611

 

Memahami Fungsi ‘PENDAHULUAN’ Dalam Sebuah Khotbah
 
Membuka KHOTBAH dengan baik merupakan langkah awal kesuksesan sebuah KHOTBAH.

Bahwa orang cenderung mengingat lebih baik apa-apa yang paling awal mereka lihat dan dengarkan. Dalam dunia Psikologi dikenal dengan istilah efek awalan (Primacy Effect).
Pembukaan yang baik akan menarik perhatian JEMAAT. Apa yang Anda sampaikan di awal ketika membuka KHOTBAH akan menjadi informasi yang paling diingat. Karena itu kekuatan KHOTBAH salah satunya terletak pada pembukaan yang baik dan menarik.

Tidak hanya itu, keberhasilan membuka KHOTBAH akan memudahkan Anda untuk melanjutkan sebuah KHOTBAH.
Anda akan diajak memahami fungsi pendahuluan dalam KHOTBAH dan teknik jitu untuk membuka KHOTBAH dengan baik dan menarik perhatian JEMAAT.


Tujuan PENDAHULUAN Dalam Sebuah Khotbah:
1) Agar Jemaat memahami tujuan KHOTBAH Anda.
JEMAAT datang mendengarkan KHOTBAH untuk suatu tujuan. Oleh karena itu, pembukaan berfungsi untuk menjelaskan dengan cepat apa tujuan KHOTBAHAnda. Jika JEMAAT sudah tahu tujuan KHOTBAH Anda, mereka akan lebih tertarik untuk mengikutinya sampai selesai. 

2) Mendapat Gambaran Umum atas Apa yang Disampaikan.
Pembukaan KHOTBAH mirip dengan opening sebuah film. Ketika Anda menonton film, 5 menit pertama sangat krusial karena akan menentukan apakah Anda akan menonton film tersebut sampai selesai atau segera meninggalkannya. Seperti sebuah film, pembukaan KHOTBAH berfungsi untuk memberikan gambaran umum kepada audiens apa yang akan mereka dengarkan dalam beberapa waktu ke depan. 

3) Menciptakan Motivasi dan Rasa Ingin Tahu JEMAAT
JEMAAT menghadiri sebuah KHOTBAH dengan motivasi awal yang berbeda-beda. Ada yang memang ingin mendapatkan informasi baru dari Anda. Namun ada pula yang sekedar datang karena MEMANG JADWAL. Oleh karena itu, inilah kesempatan Anda untuk menciptakan motivasi yang sama bagi JEMAAT agar mereka merasa perlu mendengarkan KHOTBAH Anda sampai selesai. Pembukaan yang baik juga akan menciptakan rasa ingin tahu jemaat sehingga mereka akan terus mendengarkan Anda.

Pembukaan Yang Kuat, JEMAAT Akan Ingat.
 
Sekarang Anda telah memahami betapa penting pembukaan yang baik dan menarik dalam sebuah KHOTBAH. Persiapkanlah pembukaan Anda. Latih terus menerus sehingga Anda lancar menyampaikannya.

Dengan demikian, sejak menit pertama tampil, Anda akan tampil memukau dan meyakinkan. JEMAAT pun tertarik untuk mengikuti KHOTBAH Anda sampai selesai karena sejak awal mereka sudah terpesona dengan pembukaan KHOTBAH Anda.
 
 
 
Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765









Khotbah Ekspositori, Apa itu...?

 
Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611


Hakikat khotbah ekspositori berkaitan dengan isi.
Khotbah Ekspositori adalah "pemasakinian pernyataan pokok teks Alkitab"  yang diperoleh dari metode penafsiran yang tepat serta dinyatakan melalui sarana komunikasi yang efektif untuk menasihati pikiran, menginsafkan hati, dan memengaruhi perilaku menuju kesalehan.

Berdasarkan Etimologi: Kata ekspositori mempunyai akar kata expose yang berasal dari kata exposen (Inggris), exposer (Perancis), atau exponere (Latin). Dalam bahasa Latin yang lebih modern (180- 600 M.), pengertian dari exponere berarti "menafsirkan atau menjelaskan." Dalam khotbah ekspositori faktor yang dominan adalah penjelasan.

Berdasarkan Morfologi: Pendekatan ini lebih menekankan definisi khotbah ekspositori berdasarkan bentuk khotbahnya. khotbah ekspositori adalah khotbah yang berpusat pada teks dan setiap poin dan sub-poin dalam kerangkanya diperoleh dari teks yang sedang dikhotbahkan. Khotbah berjalan dari kata ke kata dan ayat ke ayat dalam Nas.

Berdasarkan Substansi: Substansi dalam khotbah ekpositori adalah bahwa berita khotbah harus bersumber dari amanat teks Alkitab sebagaimana yang dimaksudkan oleh penulisnya. Bila pengkhotbah menafsirkannya sedemikian rupa sehingga ia dapat menemukan makna yang sesungguhnya sebagaimana yang dimaksud oleh penulisnya dan mengaplikasikannya dalam kehidupan pendengar masa kini, maka khotbah tersebut dapat digolongkan sebagai khotbah ekspositori.

Hakikat khotbah ekspositori berkaitan dengan bentuk & isi.
Sementara metode atau caranya disebut EKSEGESIS.

Metode eksegesis adalah suatu aplikasi prinsip-prinsip berKHOTBAH untuk memperoleh pengertian yang tepat mengenai teks. Kata depan "eks" dalam "eksegesis" (Yunani) berarti "keluar dari" atau "dari", yang menunjukkan pada ide bahwa PENGKHOTBAH berusaha mengerti "dari" teks, bukan memasukkan pengertian PENGKHOTBAH ke dalam teks (eisegesis).

 

Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765



7 Ciri PENGKHOTBAH yang Mempunyai Kecerdasan Spiritual Tinggi



Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611

Kecerdasan spiritual (SQ) sering dianggap sebagai kecerdasan tertinggi dari kecerdasan lain seperti kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ). Memiliki kecerdasan spiritual (SQ) berarti Anda berusaha menjadi Pengkhotbahdengan tingkat yang lebih baik. Hal ini dikarenakan orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) adalah orang yang telah mampu mengerti makna kehidupan.

Kecerdasan spiritual (SQ) sendiri adalah kecerdasan jiwa atau batin untuk tumbuh menjadi Pengkhotbah seutuhnya dengan selalu  berpikir positif dalam meyikapi setiap peristiwa yang dialaminya. Kecerdasan spiritual (SQ) akan membawa Anda menjadi Pengkhotbah yang bijaksana sehingga mengerti makna kehidupan. Kecerdasan spiritual (SQ) memiliki ciri-ciri umum yang membedakannya dengan kecerdasan lain. Ciri-ciri itu akan dijelaskan di bawah ini.
Tujuh Ciri:
1. Kemampuan untuk berpikir diluar materi fisik dan diluar panca indra
PENGKHOTBAH yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ) memiliki kemampuan untuk berpikir tentang segala sesuatu diluar materi fisik dan panca indra manusia. Kecerdasan spiritual (SQ) mampu berfikir dan percaya bahwa ada kekuatan lain yang melebihi kekuatan apapun didunia ini. Kecerdasan spiritual (SQ) meyakini bahwa segala sesuatu yang nampak atau materi bukanlah segala-galanya. Namun ada sebuah kekuatan yang menggerakkan manusia untuk menjadi orang yang lebih baik lagi. Ada kekuatan yang menjaga dan memberikan keseimbangan pada alam.

2. Mampu mengungkapkan & menemukan makna dari dari suatu hal
Kecerdasan spiritual (SQ) mengajarkan pada PENGKHOTBAH bagaimana harus bersikap dan melihat semua peristiwa dalam kehidupan Anda dari perspektif yang luas dan dari sudut pandang yang positif sehingga Anda mampu menemukan makna dibalik setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Anda. Makna hidup yang bisa Anda temukan adalah terbebasnya rohani Anda dari unsur duniawi seperti godaan nafsu, keserakahan, kesombongan, rasa benci, dendam dll.

3. Mampu mengabdi pada sesama dan membuat dunia mejadi lebih baik
Kecerdasan spiritual (SQ) membuat PENGKHOTBAH tumbuh menjadi manusia seutuhnya dan mampu meihat makna dari hubungan manusia dengan sesama dan alam semesta. Hal ini menjadikan Anda  mampu menjadi orang yang memiliki rasa kepedulian, simpati, empati, saling berbagi, dan menyatu dengan sesama maupun alam semesta. Dengan memiliki sifat yang seperti ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap perkembangan diri Anda sendiri, lingkungan Anda maupun alam semesta sehingga membuat diri Anda, lingkungan Anda dan alam semseta menjadi lebih baik.

 4. Memiliki Prinsip pijakan pada Nilai-nilai kebenaran universal
Memiliki prinsip dan pegangan hidup yang jelas dan kuat yang berpijak pada kebenaran universal, baik berupa kasih sayang, keadilan, kejujuran, toleransi, integritas dan lain-lain. Dengan prinsip hidup yang kuat, seseorang menjadi betul-betul merdeka dan tidak diperbudak oleh siapapun.

5. Mampu menghadapi sekaligus memanfaatkan penderitaan
Memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan, dan memiliki kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. Semua itu dihadapi dengan senyuman dan keteguhan hati, karena itu semua adalah bagian dari proses menuju kematangan kepribadian secara umum, baik moral dan spiritual.

6. Memiliki motivasi yang luhur
Mampu memaknai PELAYANAN dan aktivitasnya dalam kerangka dan bingkai yang lebih luas dan bermakna. Apapun profesinya, apakah presiden, menteri, dokter, dosen, bahkan nelayan, petani, buruh, atau tukang reparasi mobil, sepeda motor hingga tukang tambal ban, tukang sapu dan lain-lain, ia akan memaknai semua aktifitas yang dijalani dengan makna yang luas dan dalam. Dengan motivasi yang luhur dan suci.

7. Memiliki kesadaran diri (self-awareness) yang tinggi
Apapun yang dilakukan, dilakukan dengan penuh kesadaran melalui proses kontemplasi-perenungan. Ditambah sikap dan cara hidup fleksibel, memiliki kemampuan refleksi yang tinggi, memiliki kesadaran diri & lingkungan yang tinggi, memiliki kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), berani melawan arus dan tradisi, mempunyai prinsip sesedikit mungkin menimbulkan kerusakan.

Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765



 


5 Ciri PENGKHOTBAH yang Mempunyai Kecerdasan Emosional



 

Reinhard Samah Kansil,M.Th
0818 0888 2611
 
 
 
KECERDASAN emosional adalah kemampuan PENGKHOTBAH untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.

Lima Ciri:

1. Fokus pada Hal-hal yang Positif.
PENGKHOTBAH yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sadar bahwa percuma saja berlarut-larut dengan masalah. Fokus pada masalah tidak akan pernah membawa solusi, sebaliknya bersikap positif dalam menyikapi masalah akan membawa anda pada solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan anda.

2. PENGKHOTBAH yang Berpikiran Positif akan Berkumpul dengan ORANG yang Berpikir Positif Pula.
PENGKHOTBAH dengan kecerdasan emosional tinggi tidak akan menghabiskan banyak waktu dengan berkumpul bersama mereka yang suka mengeluh dan mengumpat. Mendengarkan keluh kesah dari mereka yang suka berpikir negatif hanya akan membawa menghabiskan energi kita pada hal yang percuma. Sebaliknya, berkumpul dengan orang yang memiliki pikiran positif dan penuh semangat akan membuat kita tertular juga. Dan inilah yang pada akhirnya akan meningkatkan kecerdasan emosional anda juga.

3. PENGKHOTBAH dengan Kecerdasan Emosional Tinggi selalu Assertive
Assertive adalah sebuah sikap tegas dalam mengemukakan suatu pendapat, tanpa harus melukai perasaan lawan bicaranya. PENGKHOTBAH yang assertive sangat tahu betul kapan mereka harus bicara, kapan mereka harus mengemukakan suatu pendapat dan bagaimana cara yang tepat untuk memberikan sebuah solusi tanpa harus menggurui. Dan yang pasti mereka yang memiliki sikap assertive selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bicara.

4. Mereka adalah Visioner yang siap Melupakan Kegagalan di Masa Lalu
PENGKHOTBAH dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan sibuk memikirkan apa yang akan dilakukannya di masa depan dan segera melupakan kegagalan di masa lalu. Baginya kegagalan di masa lalu adalah sebuah pelajaran yang penting diambil untuk mengambil langkah yang lebih mantab di masa yang akan datang.

5. Mereka Tahu Cara Membuat Hidup Lebih Bahagia dan Bermakna
Dimanapun mereka berada, apakah itu di Gereja, di rumah ataupun berkumpul dengan teman-teman, PENGKHOTBAH dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan membawa kebahagiaan bagi sesamanya. Terkadang arti bahagia bagi mereka tidak harus sebuah kekayaan. Bersyukur akan nikmat yang didapat hari ini dan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya akan membuat mereka merasa bahagia dan bermakna.

Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu, JakSel
Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765


 
 


7 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional



 
Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611
 

Kecerdasan emosional adalah kemampuan PENGKHOTBAH untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.

Tujuh Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional (EQ):
1) Mengenali emosi diri:
Ketrampilan ini meliputi kemampuan Anda untuk mengidentifikasi apa yang sesungguhnya Anda rasakan. Setiap kali suatu emosi tertentu muncul dalam pikiran, Anda harus dapat menangkap pesan apa yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa contoh pesan dari emosi: takut, sakit hati, marah, frustasi, kecewa, rasa bersalah, kesepian.
 
2) Melepaskan emosi negatif:
Ketrampilan ini berkaitan dengan kemampuan Anda untuk memahami dampak dari emosi negatif terhadap diri Anda. Sebagai contoh keinginan untuk memperbaiki situasi ataupun memenuhi target pelayanan yang membuat Anda mudah marah ataupun frustasi seringkali justru merusak hubungan Anda dengan jemaat maupun rekan sepelayanan serta dapat menyebabkan stres. Jadi, selama Anda dikendalikan oleh emosi negatif Anda justru Anda tidak bisa mencapai potensi terbaik dari diri Anda. Solusinya, lepaskan emosi negatif melalui teknik pendayagunaan pikiran bawah sadar sehingga Anda maupun orang-orang di sekitar Anda tidak menerima dampak negatif dari emosi negatif yang muncul.

3) Mengelola emosi diri sendiri
Anda jangan pernah menganggap emosi negatif atau positif itu baik atau buruk. Emosi adalah sekedar sinyal bagi kita untuk melakukan tindakan untuk mengatasi penyebab munculnya perasaan itu. Jadi emosi adalah awal bukan hasil akhir dari kejadian atau peristiwa. Kemampuan kita untuk mengendalikan dan mengelola emosi dapat membantu Anda mencapai kesuksesan. Ada beberapa langkah dalam mengelola emosi diri sendiri, yaitu : Pertama adalah menghargai emosi dan menyadari dukungannya kepada Anda. Kedua berusaha mengetahui pesan yang disampaikan emosi, dan meyakini bahwa kita pernah berhasil menangani emosi ini sebelumnya. Ketiga adalah dengan bergembira kita mengambil tindakan untuk menanganinya.
Kemampuan kita mengelola emosi adalah bentuk pengendalian diri yang paling penting dalam manajemen diri, karena kitalah sesungguhnya yang mengendalikan emosi atau perasaan kita, bukan sebaliknya.

4) Memotivasi diri sendiri
Menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan merupakan hal yang sangat penting dalam kaitan untuk memberi perhatian, untuk memotivasi diri sendiri dan menguasai diri sendiri, dan untuk berkreasi. Kendali diri emosional–menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati–adalah landasan keberhasilan dalam berkhotbah. Ketrampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang tinggi dalam segala bidang. Pengkhotbah yang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apapun yang mereka kerjakan.

5) Mengenali emosi orang lain
Mengenali emosi orang lain berarti kita memiliki empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Penguasaan ketrampilan ini membuat kita lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain. Inilah yang disebut sebagai komunikasi empatik. Berusaha mengerti terlebih dahulu sebelum dimengerti. Ketrampilan ini merupakan dasar dalam berhubungan dengan manusia secara efektif.

6.Mengelola emosi orang lain
Jika ketrampilan mengenali emosi orang lain merupakan dasar dalam berhubungan antar pribadi, maka ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan pilar dalam membina hubungan dengan orang lain. Manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian besar dibangun atas dasar emosi yang muncul dari interaksi antar manusia. Sebagai pengkhotbah, ketrampilan mengelola emosi orang lain merupakan kemampuan yang dahsyat jika kita dapat mengoptimalkannya. Sehingga kita mampu membangun hubungan antar pribadi yang kokoh dan berkelanjutan. Dalam pelayanan hubungan antar Jemaat atau organisasi sebenarnya dibangun atas hubungan antar pelayan dengan jemaat. Semakin tinggi kemampuan pelayan dalam organisasi untuk mengelola emosi orang lain, semakin baik.

7.Memotivasi orang lain.
Ketrampilan memotivasi orang lain adalah kelanjutan dari ketrampilan mengenali dan mengelola emosi orang lain. Ketrampilan ini adalah bentuk lain dari kemampuan kepemimpinan, yaitu kemampuan menginspirasi, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini erat kaitannya dengan kemampuan membangun kerja sama tim yang tangguh dan andal.

Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah No 5d, Cilandak Timur,
Pasar Minggu, JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765
 
 







Doa dan Pembacaan Kitab Suci

Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611


Doa adalah Nafas orang Kristen oleh sebab itu sudah seharusnya
tidak ada satu haripun boleh dilalui tanpa berdoa.
Kitab Suci merupakan kesaksian karya Allah dan kesaksian akan Yesus Kristus yang membuka selubung kemuliaan kasih Allah. Katekisan perlu diajak memasuki dunia  pembacaan Kitab Suci yang mengantar orang dalam pengalaman pengenalan akan Allah.


A. doa 
Begitu pentingnya doa sehingga pemazmur mengawali hari-hari nya dengan doa kepada Tuhan (Maz. 5:3–4). Dan mengakhirinya pada malam hari juga dengan doa (Maz.4:8–9).

1) Pengertian Doa
Doa, adalah permohonan kepada Tuhan. Marthin Luther katakan Doa adalah Nafas orang percaya. Itu berarti Doa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai orang yang percaya (beriman pada Yesus Kristus). Yohanes Calvin katakan bahwa Doa adalah setengah dari pekerjaan. Ada pendapat, Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan. Doa dalam Perjanjian Lama mencakup permohonan(Maz. 116:1–8) Syafaat, pengakuan dosa (Mazmur 50) dan pengucapan Syukur (Maz.150 dll). Dalam Perjanjian Baru diceritakan tentang Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya (Mat. 6:9–13; Luk. 1:2–4). Surat-surat dalam Perjanjian Baru mengajarkan Doa kepada Allah dilakukan melalui Kristus (Rom.1:8). Doa dalam Perjanjian Baru mencakup pujian (Kis. 2:47), pengucapan syukur (I Kor.14:16–17) dan permohonan (Flp.4:6) termasuk Syafaat. Doa menjadi tanda bahwa kita menjalin keakraban dengan Tuhan.
Doa mempunyai cakupan yang luas seperti keluh kesah, berteriak, bersorak sorai, bersujud, berseru, bersyukur, memuji, memuja, meratap, mengadu, menyembah, mengagungkan, dst.


2) Hakikat Doa
Dalam Perjanjian Lama kata (berdoa) selalu dengan subyek manusia yang memanjatkan doa kepada Tuhan. Manusia perlu berdoa karena melalui doa manusia dapat berdialog kepada Tuhan yang didalamnya
baik Tuhan maupun manusia masing-masing secara aktif terlibat.
Doa adalah salah satu wujud komunikasi kita dengan Allah, dengan demikian doa yang kita panjatkan sangat tergantung bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, kalau kita akrab denganTuhan doa menjadi saat yang menyenangkan. Sebaliknya jika hubungan kita dengan Tuhan terganggu maka kita mengalami ke sulitan dalam berdoa.


3) Sikap Dalam Berdoa
Umumnya Doa dalam Perjanjian Lama dilakukan dalam: 
a) Sambil berdiri (1Sam. l1:26;1Raj. 8:22; 2Taw. 20:5,13);
b) Rebah dengan muka sampai ke tanah (Kej. 24:26, 48; Kel. 34:8; Bil. 16:22; Ul. 9:25);
c) Berlutut (1 Raj 8 : 54; 2 Taw. 6 : 13; Ezr. 9 : 5; Dan. 6 : 10);
d) Menundukkan kepala (Kej. 24:26; 1 Taw. 29:30);
e) Bersujud (Maz.29:2).


Sedangkan di dalamPerjanjian Baru nampaknya meneruskan kebiasaan di Perjanjian Lama; antara lain:
a) Berdiri (Mat. 6:5; Mrk. 11:25; Luk. 18:11,13);
b) Rebah dengan muka ketanah (Mat. 26:39);
c) Berlutut (Efs. 3:14).


Menutup mata supayakita lebih berkonsentrasi, melipat tangan supaya kita bisa menyerahkan diri kepada Tuhan yang Maha kasih, menggenggam tangan kita dalam rencana-Nya yang penuh damai sejahtera. Menundukkan kepala kita sebagai lambang kerendahan hati; sampaikan segala sesuatu namun jangan bertele-tele (Mat. 6 : 7). Jangan berdoa seperti orang munafik/pamer kesalehan (Mat. 6 :6). Berdoa harus dengan keyakinan bahwa kita mempunyai Allah selaku Bapa Yang Maha Kasih, Bapa Yang Maha Tahu, bahkan yang peduli dengan kita (Luk. 11 : 13, Mat. 7 : 11). 


4) Kesimpulan
a) Doa bukanlah jalan keluar untuk kita menghindari kesulitan, tapi dengan berdoa kita mempunyai kekuatan untuk menghadapi kesulitan;
b) Doa adalah tindakan Iman;
c) Doa memerlukan ketekunan;
d) Doa memerlukan kejujuran.

B. Pembacaan kitab suci
 Begitu penting membaca Kitab Suci untuk pengembangan hidup rohani, namun sesungguhnya tidak begitu mudah pelaksanaannya. Membaca Kitab Suci dan menarik hikmat bagi kehidupanrohani, membutuhkan latihan, yaitu cara membaca dalam iman dan membaca sambil merenungkan.
Dasar Firman Tuhan untuk pembacaan Kitab Suci adalah: Ulangan 30:14:  “Tetapi firman ini sangat dekat denganmu,yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan”.
Sebelum melakukan pembacaan Kitab Suci adalah, perlu diperhatikan:
a) Siapkan bagian/perikop yang akan dibaca;
b) Menyanyikan lagu pujian;
c) Doa pembuka dan mohon bimbingan Roh Kudus.

Langkah-langkah melakukan Pembacaan bagian Kitab Suci:

1) Pembacaan
Pembacaan bagian Kitab Suci ini dilakukan dengan:
a) Suara yang terdengar dan perlahan-lahan dengan tujuan untuk membantu pikiran berkonsentrasi kepada bacaan dan bersiap memasuki langkah kedua (saat teduh); 
b) Ketelitian dan kecermatan, tidak bisa hanya sambil lalu;
c) Mengulang lagi dalam hati, dengan penuh perhatian sambil bertanya:  Apakah aku mengerti apa yang dikatakan teks? dan Apakah sebenarnya isi teks ini?

2) Saat Teduh
Pada langkah ini orang ditarik mempersiapkan hati untuk meresapkan Firman Tuhan. merenungkan Firman dan meresapkannya dengan tenang. Mengulang-ulang kata/kalimat/ayat/peristiwa dalam bacaan yang memberi kesan istimewa. Merenungkan:
a) Apa yang ingin Tuhan katakan kepadaku melalui kata/kalimat/ayat/peristiwa yang memberikan kesan khusus tersebut?;
b)Bagaimana sebenarnya keadaan saya saat ini?

3) Berdoa
Langkah ini berarti doa yang digerakkan/diilhami oleh Firman Tuhan. Dalam doa ini orang menanggapi apa yang telah Tuhan katakan kepadanya. Doa bisa berupa: doa penyesalan, doa pertobatan, doa syukur/pujian, doa permohonan.

4) Berkontemplasi
Hadir di hadapan Tuhan dalam keheningan, mengangkat jiwa dan memandang Tuhan. Di sini tidak ada lagi kata-kata atau gagasan-gagasan. Manusia menjadi pasif hanya menerima anugerah berkat Tuhan dan membuka hati untuk mengalami limpahan kasihNya.

5) Bertindak
Apa yang diperolehdari pembacaan Kitab Suci ini direalisasikan dalam tindakan kongkrit/nyata pada kehidupan (Yak 1:22-25). Firman Tuhan yang dilakukan akan membuat manusia berbuah dalam hidupnya.
Kita akan melanjutkan pembahasan tentang Cara Alkitabiah dalam Membaca Kitab Suci, yaitu cara membaca dalam iman dan membaca sambil merenungkan.

1) Membaca Dalam Iman
Bila membaca Kitab Suci sekedar untuk mengenal dan belajar, maka membaca Kitab Suci bukan sebagai pengalaman rohani. Agar menjadi pengalaman rohani dibutuhkan syarat tertentu yakni dalam iman akan karya Allah pengelola hidup ini. Bila membaca Kitab Suci dengan maksud mendengarkan Firman Allah dan mencari jalan untuk melaksanakan Firman itu maka syarat di atas harus dilaksanakan. Membaca demikian ada pentahapannya:

a) Membaca Secara Lisan:
Membaca sambil mendengarkan apa yang dibacanya akan mengalami hal yang lain dari pada hanya membaca secara batin. Membaca lisan melibatkan seluruh indera, sehingga lebih merasakan apa yang difirmankan;

b) Membaca Kalimat -Membaca Kisah:
Membaca memang lewat kalimat tertulis, tetapi kalimat itu dalam rangkaian suatu kisah. Bila membaca sambil memperhatikan sejarah panjang dalam rangkaian kisah tersebut, maka akan dipahami peristiwa-peristiwa yang bernilai, dan mungkin melibatkan diriNya. Disitulah karya Allah Sang Pencipta - Penyelenggara menjadi nyata secara bertahap. Sejarah manusia yang dikisahkan dalam Kitab Suci menjadi sejarah penyelamatan Allah yang memperhatikan hidup manusia.

c) Membaca dengan cara demikian membutuhkan latihan:
           * Bisa dengan menentukan waktu: Hari, saat sore hari, setiap hari, satu jam,  dan lain-lain. Dalam hal ini usaha secara teratur sangat bermanfaat.
           * Bila menentukan lama waktu, maka harus ditepati. Bahaya besar bila waktu yang ditentukan kemudian dikurangi. Lebih baik menambah daripada mengurangi.
           * Perlu memperhatikan tempat. Tempat tenang, tidak gaduh atau ribut sangat membantu latihan untuk membaca.
           * Dianjurkan untuk membaca terus-menerus. Misalnya keseluruhan dari setiap Injil. Dengan demikian akan mengenali isi buku itu.Bila Kitab Suci dibaca rata-rata satu pasal sehari, maka dibutuhkan kurang lebih 3 tahun 8 bulan untuk menyelesaikannya.

2. Membaca Sambil Merenungkan
Orang yang saling mengasihi bisa diam, sambil berpegangan tangan. Kata-kata menjadi tidak penting, kehadiran satu terhadap yang lain ditunggu-tunggu. Orang yang mencintai Allah akan membaca Kitab Suci dalam sikap seperti itu. Awalnya kata-kata memang perlu, lalu lama kelamaan kehadiran Allah dirasakan secara penuh makna. Seperti membaca surat cinta, kata demi kata mengandung nilai. Siapa mencintai membaca dengan teliti, seolah-olah sayang akan ada sesuatu yang hilang bila tergesa-gesa membaca.
Membaca sambil merenungkan akan mendalami apa yang dibacanya, mengalami peristiwa yang dilukiskan, memetik nilai bagi kehidupannya.  Misalnya, bila membaca kisah para gembala yang ada di padang pada saat diberi kabar gembira, kemudian mendengar paduan suara para malaikat, terus bergegas menuju ke Betlehem (Luk 2:7-15). Katekisan bisa membayangkan kegembiraan, gairah, sorak-sorai dan teriakan saling memanggil teman. Nilai peristiwa kelahiran Yesus juga menjadi lebih hidup dan mendalam.

Salam 'WOW'
Drs. Reinhard Samah, M.Th
Founder & Master Trainer
Next Level Training
0818 0888 2611
pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765




Meningkatkan Kecerdasan Spiritual


Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611
"Cerdas secara spiritual atau dekat dengan Tuhan itu harus dibuktikan dengan berada di zona ‘berserah’ yang mensyaratkan tiga hal, yaitu gelombang otaknya harus lebih banyak dalam posisi Alfa dan Tetha, kemudian sistem perkabelan otaknya (neuropeptide) serasi dan memunculkan perasaan tertentu kepada Tuhan, lalu tubuhnya harus cukup mengandung hormon serotonin, endorfin, dan melantonin dalam komposisi yang pas. Dalam kondisi itu, maka dengan sendirinya ciri-ciri kecerdasan spiritual akan muncul."

"Tanpa ketiga syarat itu, agak sulit dipercaya. Misalnya seseorang mengaku dekat dengan Tuhan tapi hormon di tubuhnya dominan kortisol, yaitu hormon yang muncul pada saat orang stres, bagaimana mungkin? Seseorang yang dekat dengan Tuhan mestinya lebih banyak berada dalam kondisi ‘bersaat teduh’, kondisi rileks, dan hormon di tubuhnya pasti hormon yang bagus seperti hormon DHEA, serotonin, endorfin, dan melantonin".

Mempelajari kecerdasan spiritual tidak bisa begitu saja lewat buku, karena hasilnya hanyalah pemahaman kecerdasan spiritual lewat logika, apalagi kalau membacanya sambil stres. Akan lebih efektif jika menggunakar brainwave technology, yaitu dengan mendengarkan CD musik yang berfungsi menarik gelornbang otak ke Alfa-Theta selama 20 menit pada pagi dan 20 menit petang hari.

Kita juga bisa melatih kecerdasan spiritual lewat puasa. Karena puasa bisa menurunkan gelombang otak dari Beta ke Alfa-Theta sehingga rnembuat orang lebih sabar dan memunculkan keinginan untuk berbuat baik. Kalau itu berlanjut hingga 10 hari maka otaknya akan stabil beroperasi di Alfa-Theta. "Kalau hal itu bisa berlanjut hingga 20 hari, maka hormon-hormon yang baik dan menenangkan akan diproduksi oleh tubuh. Saat itu dia akan melihat hidup ini dengan cara lain, menjadi mudah bersyukur, mudah merasa terharu."

"Memunculkan perasaan mudah bersyukur itu penting sekali karena rasa syukur bisa diartikan sebagai kemampuan menikmati hidup ini apapun kondisinya, sehingga susah atau senang rasanya tetap nikmat. Rasa syukur yang benar, dalam arti betul-betul menghayati nikmatnya hidup, juga sangat membantu memunculkan kecerdasan spiritual.


Salam 'WOW'
Drs. Reinhard Samah, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training
0818 0888 2611


pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765