Sabtu, 14 April 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 236) Minggu, 15 April 2018, Yosua 4:1-7

BAPA KAMI BUKAN BAPA KU
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th


Kita memerlukan kebersamaan dan bantuan
orang lain dalam menjalani kehidupan ini.


Bacaan kita hari menggambarkan bagaimana Allah memerintahkan Yosua agar mengambil batu dari Sungai Yordan yang terputus. Agar 12 batu yang diambil oleh 12 perwakilan suku Israel menjadi tanda penyertaan Allah atas Israel.

Tanah perjanjian
Sebagaimana telah difirmankan Tuhan (ay. 1),  sebab Yosua sudah menugaskan dua belas orang, dimaksudkan untuk mengisahkan pelaksanaannya. Sebelum para imam yang membawa tabut perjanjian meninggalkan tempat kedudukan mereka, dipilih terlebih dahulu sejumlah batu untuk membuat dua timbunan batu, satu di antaranya didirikan di tempat para imam berdiri di sungai.

Perintah Tuhan (ay. 2-7) agar setiap suku mengambil batu dari tengah-tengah Sungai Yordan dan mendirikan monumen di pantai barat sungai itu memiliki beberapa hal penting:

1) Agar mereka tidak melupakan karya Allah ini sebagaimana orang tua mereka dulu melupakan kebaikan Allah. Tanda-tanda kasat mata dalam Perjanjian Lama sering dijadikan sarana untuk pertumbuhan hubungan dengan-Nya.

2) Agar karya Allah ini kelak dapat diingat pula oleh anak cucu mereka yang akan menetap dan menikmati pemeliharaan Allah di Tanah Perjanjian. Melalui monumen ini, perbuatan dan rencana besar Allah dapat terus dikisahkan. Bercerita adalah cara untuk menumbuhkembangkan karya-Nya dalam umat.

3) Agar karya Allah membuat takut semua bangsa yang telah menyaksikan perbuatan dahsyat-Nya memimpin umat-Nya ke Tanah Perjanjian.

Keluarga
Sama seperti Israel, gereja pun ada dalam bahaya lupa anugerah Allah. Oleh karena itu, Kristus memberikan perintah merayakan Perjamuan Kudus yang secara berkala mengingatkan kita akan karya Salib Kristus. Juga Baptisan Kudus yang merupakan pengakuan iman orang percaya akan karya Kristus yang teraplikasi pada dirinya. Keluarga memiliki peran penting mendidik anak-anak dalam iman. Seni bercerita isi Alkitab dan pengalaman rohani Kristen keluarga hendaknya kita kembangkan agar Allah dan perbuatan-perbuatan-Nya jadi pusat keluarga kita.

Dalam hidup kebersamaan dimana tembok tembok pemisah telah diruntuhkan, biarlah kita memelihara dan membangun kesatuan dan persatuan ditengah jemaat . Adapun dasar kebersatuan kita, karena kita mendapatkan kasih Kristus dan darah-Nya yang sudah dicurahkan bagi kita. Ini kebersatuan yang bukan karena usaha manusia tetapi karena karya Allah.

Kebersatuan kita oleh darah Kristus membuat kita disebut sebagai anak-anak Allah dan bukan hanya sekedar anak Allah. Jika status kita hanya dirubah menjadi anak Allah, maka setelah kita diselamatkan sudah selesai. Tetapi status kita adalah anak-anak Allah. Itu artinya, kita bukan sendirian tetapi harus ada relasi.

Pada saat kita menyebut diri kita anak-anak Allah, berarti kita juga memiliki Bapa yang sama. Yesus mengajar kita doa Bapa kami, bukan doa Bapaku. Dengan ini kita mengingat bahwa kita bersama-sama dengan umat percaya yang lain memohon kepada Bapa yang satu. Dan kita semua adalah sama-sama ahli waris dari kekayaan kerajaan Allah.
Biarlah Yesus ditinggikan. Dia yang superior, Alfa dan Omega. Siapapun kita, apapun pangkat kita, kita dipersatukan untuk mengabdi kepada Tuhan Yesus dan meninggikan Dia. Yesus pantas untuk dimuliakan, karena Dia telah memberikan hidup baru dan menjanjikan sorga bagi kita sekalian.

ADA TIGA HAL YANG BERHARGA DALAM HIDUP KEBERSAMAAN: KASIHKELUARGA  DAN SAHABAT-SAHABAT  KITA.

#Salam_WOW