Sabtu, 05 Oktober 2019

Sabda Bina Diri (Hari ke 561) Minggu, 6 Oktober 2019, Rut 2:1-14

KEKRISTENAN DALAM PERBUATAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing? (ay. 10)

Bacaan kita mengisahkan tentang Naomi yang mempunyai seorang sanak bernama Boas. Sanak atau kerabat Naomi ini dilukiskan sebagai orang yang kaya raya, yang biasanya berarti seorang perkasa yang berani. Seorang kesatria yang mengandung pengertian sifat kejantanan yang paling luhur.

Setelah kembali dari Moab dan menetap di Bethlehem, tidak pernah Naomi menceritakan kepada Rut bahwa ia masih memiliki keluarga bernama Boas. Naomi menyuruh Rut mengumpulkan sisa-sisa gandum yang tertinggal di ladang milik Boas.

Seandainya Naomi mau berterus terang tentang siapa Boas, pasti Rut tidak akan berlelah-lelah mengumpulkan sisa gandum di ladangnya. Namun itu tidak dilakukannya. Sama sekali tak terbersit keinginannya memanfaatkan hubungan saudara untuk memperoleh kemudahan dan fasilitas.

Dalam pada itu, berkat Tuhan diterima Rut dengan penuh syukur. Rut adalah seorang yang ulet berusaha dan penuh semangat dalam bekerja. Sikap ini meyakinkan kita bahwa seandainya Naomi menceritakanpun itu tidak mempengaruhinya. Bagi Rut, ketika keputusan diambil, ketika itu pula ia siap menghadapi segala kemungkinan, tanpa jaminan keamanan dan kenyamanan, yang akan dihadapinya di negeri orang. Bahkan ia tidak canggung ketika harus mengumpulkan sisa-sisa gandum.

Semua itu dilakukan Rut dengan penuh syukur. Seseorang yang menyaksikan kebesaran, kedaulatan dan kehadiran Allah melalui sebuah keluarga, tanpa merasakan langsung, ternyata mampu memiliki semangat bersyukur yang luar biasa.

Sikap Rut menyodorkan pelajaran berarti bagi hidup kekristenan kita. Selama ini kita menganggap bahwa hanya orang yang telah lama mengikut Kristus yang paling lurus meresponi kasih Allah sedangkan Kristen baru harus lebih banyak belajar.

Melalui Rut, anggapan itu tumpas! Dia yang baru mengenal Allah telah mampu meresponi penuh syukur kebaikan Allah dalam hidupnya.

Kebaikan

Di salah satu ujung pangkalan truk tempat seorang Bapak bekerja, terdapat perusahaan batu bara. Di dekat pangkalan itu terdapat rel kereta api, dan setiap hari beberapa kereta barang lewat.

Bapak tersebut sering memerhatikan bahwa pemilik perusahaan batu bara itu, seorang kristen, suka melemparkan gumpalan-gumpalan batu bara di beberapa tempat melewati pagar pembatas sepanjang rel. Suatu hari ia bertanya kepada pemilik perusahaan batu bara itu mengapa ia melakukannya?

Pemilik perusahaan itu menjawab, "Ada seorang wanita tua yang tinggal di seberang jalan ini, dan saya tahu uang pensiunnya tidak cukup untuk membeli batu bara. Setelah kereta-kereta lewat, ia akan menyusuri rel dan memunguti butiran-butiran yang ia kira telah jatuh dari kereta batu bara.

Ia tidak tahu bahwa lokomotif uap telah digantikan oleh mesin disel. Saya tidak ingin mengecewakan dia, maka saya melemparkan beberapa butir batu bara melewati pagar."

Itulah kekristenan yang ditunjukkan dalam perbuatan!

Kitab Rut dengan jelas melukiskan prinsip memberi ini. Saat Boas melihat Rut mengumpulkan butiran gandum di belakang para penuai di ladang gandum miliknya, ia memerintahkan para penuai itu meninggalkan beberapa genggam gandum baginya.

Bagi Rut, ini berkat Tuhan.

Begitu pula, orang-orang sekitar kita, hidupnya perlu kita sentuh untuk mengalami kasih Allah melalui belas kasihan dan kemurahan hati kita. Oleh karena, itu kita perlu memohon kepada Tuhan agar Dia membuat kita peka terhadap kesempatan-kesempatan untuk menunjukkan kebaikan.

KEBAIKAN BAK OLI YANG MELUMASI HIDUP

#Salam_WOW




Harga Buku 60.000 + Ongkir