Rabu, 02 Agustus 2017

Sabda Bina Diri - Kamis, 3 Agustus 2017 (Titus 3:1-8)

MAU MENDENGAR DAN MINTA MAAF
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Pertengkaran terjadi karena kedua belah pihak ingin didengar 
dan kedua belah pihak tak mau mendengar.

Hendaklah selalu ramah.

Dalam bacaan kita, Paulus mengingatkan Titus agar memberitahu: Janganlah mereka bertengkar, jangan berkelahi (ay. 2), baik dengan tangan ataupun lidah, jangan menjadi orang-orang yang suka bersaing dan bertikai, yang selalu cepat membalas perkataan yang jahat dan membangkit kemarahan. Persaingan kudus hanyalah bagi hal-hal yang baik dan penting, dan dengan cara yang pantas dan layak, bukan dengan murka atau kekerasan yang merugikan. Orang Kristen harus mengikuti hal-hal yang menimbulkan kedamaian, dan dengan cara yang penuh damai.

Bukan dengan cara kasar, rusuh, dan membahayakan, tetapi dengan cara yang layak dijalankan oleh para hamba Allah damai sejahtera dan kasih. Hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut, adil dan benar, atau tulus dan jujur dalam menyikapi segala hal, tidak mengartikan perkataan atau perbuatan dalam artian terburuk. Memang demi perdamaian terkadang kita harus mengalah dengan mengorbankan hak kita.

Lemah lembut bukan hanya kepada kawan.

Bersikaplah lemah lembut terhadap semua orang. Kita harus memiliki sifat yang lembut, bukan hanya memiliki kelemahlembutan itu dalam hati saja, melainkan menunjukkannya juga dalam perkataan dan perbuatan kita. Bersikap lemah lembut sepenuhnya, lemah lembut dalam semua keadaan dan kesempatan, bukan hanya terhadap kawan-kawan kita saja, tetapi terhadap semua orang, meski tetap harus dengan hikmat. Sifat dan perilaku lemah lembut membuat kekristenan lebih disukai. Inilah teladan besar Kristus yang wajib kita amalkan.

Bagaimana mau lemah lembut kepada semua orang, kalau kepada semua orang kita tengkari. Susah kalau bertengkar menjadi gaya hidup. Sedikit-sedikit bertengkar. Sewaktu-waktu bertengkar. Kapan bersikap lemah lembutnya?

Dua hal yang bisa kita lakukan untuk mencegah pertengkaran. Pertama, Mengambil inisiatif untuk meminta maaf. Butuh keberanian besar dan kasih sayang luar biasa untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf pada orang lain, sekalipun bukan kita yang salah. Boleh jadi teman kita sebenarnya sadar dirinya sendiri yang salah, ketika kita minta maaf duluan akan lebih mudah baginya untuk mengakui kesalahan. Biasanya dia yang lalu meminta maaf. Kalau dua-duanya bersikeras, tak kan selesai pertengkarannya.

Kedua, mulailah menjadi pendengar yang baik. Pertengkaran biasanya terjadi karena kedua belah pihak ingin didengar tapi tak mau mendengarkan. Ketika kita ingin pertengkaran ini berakhir, cobalah untuk mendengarkan dia. Tapi, mendengarkan tak lantas membuat kita membenarkannya. Dengan mendengarkan, kita bisa memahami masalah lebih utuh karena tidak hanya melihat masalah dari sisi diri sendiri saja tapi juga dari sisi orang lain. Kita juga jadi tak egois dan bisa berempati jika berada di posisi dia. Ketika kita terbiasa mendengarkannya, akan ada fase di mana kita bisa mendengarkan dan memahami tanpa perlu dia mengucapkan satu patah kata pun.

SAHABAT BIASA, MENDENGARKAN APA YANG KITA KATAKAN. TAPI SAHABAT SEJATI SELALU MENDENGARKAN APA YANG TIDAK KITA KATAKAN.

#Salam_WOW