Rabu, 27 September 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 102) Kamis, 28 September, 2Samuel 6:1-10

MAKIN MULIA MAKIN HATI-HATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Semakin penting dan mulia sesuatu, maka semakin berhati-hati kita memperlakukannya.

Uza Teledor.

Bacaan kita terang benderang menggambarkan cerita Uza mati setelah menyentuh Tabut Tuhan. Ya, hanya menyentuh. Sangat keras hukuman bagi Uza. Mengapa? Karena terhadap hal yang mulia, seperti Tabut Tuhan, hendaknya berhati-hati memperlakukannya. Jangan sembarangan. Jangan menyepelekan.

Dalam hukum Taurat, Tuhan telah menetapkan bahwa orang yang diuntukkan bagi tugas mengangkat tabut harus menguduskan diri terlebih dahulu. Tugas tersebut adalah kehormatan yang hanya dipercayakan pada anggota suku Lewi. Karena aturan tersebut diabaikan. proses pemindahan tabut itu kemudian terhenti. Bahkan lebih buruk lagi, Uza yang telah berlaku teledor meski dengan tujuan baik, harus mati.

Tuhan beserta kita.

Tuhan hadir dan berkarya di tengah kehidupan ini. Ia dekat dan mengenal umat-Nya. Ia tahu dan memberikan apa yang diperlukan umat-Nya. Tuhan telah menciptakan manusia dengan satu kebutuhan hakiki, yaitu bersekutu dengan-Nya, menyembah Dia, dan mengalami hadirat-Nya. Dalam Perjanjian Lama Tuhan hadir di tengah umat-Nya dalam berbagai lambang berarti. Di antaranya melalui tabut perjanjian. Apa yang hanya berupa lambang itu sudah cukup untuk menjadi alasan bagi Daud dan rakyat mensyukuri Tuhan dengan kesukaan tak terkatakan. Lebih lagi sesudah Tuhan Yesus datang. Dalam Tuhan Yesus, yang melayani, mengajar, melakukan mukjizat, mati dan bangkit, Tuhan hadir untuk menyelamatkan kita. Hati yang terbuka untuk bertumbuh dalam iman kepada Kristus adalah langkah awal untuk menerima kehadiran Tuhan.

Tuhan adalah Tuhan yang kudus.

Menerima kehadiran-Nya tidak dapat dilakukan tanpa sikap kesungguhan atau sembarangan (ay. 7) Jika kita berharap Tuhan hadir memberkati hidup ini, selayaknya kita menyelaraskan segenap hidup seturut kehendak-Nya. Ia tidak berkenan jika kita hanya memberi-Nya tempat dalam hati, sementara dosa merajalela dalam pikiran dan perbuatan kita.

SEMUA KEJADIAN PASTI ADA HIKMAHNYA WALAU HATI MERASA SULIT UNTUK MENERIMANYA, NAMUN DI KESEMPATAN KEDUA SEMUANYA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Sabda Bina Diri - Rabu, 27 September (2Samuel 5:1-10)

YERUSALEM ROHANI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Di tengah dunia yang berubah ini, kita punya Tuhan yang tak berubah. Andalkan kuasa-Nya.

Tuhan beserta Daud.

Bacaan kita menunjukkan, seluruh suku Israel mendatangi Daud di Hebron (ay. 1). Mereka meminta Daud memimpin bangsa Israel (ay. 2). Kemudian Daud mengadakan perjanjian, dan tua-tua Israel mengurapi Daud, menjadi raja atas mereka (ay. 3). Daud menjadi Raja di Hebron tujuh tahun, sementara di Yerusalem selama tiga puluh tiga tahun (ay. 4-5). Total Daud memerintah selama empat puluh tahun.
Kemudian daripada itu, Daud bergerak dari Hebron menuju Yerusalem dan menyerbu orang-orang Yebus (ay. 6). Daud berhasil merebut kubu pertahanan Sion kemudian menetap disana dan menamai tempat itu: Kota Daud (ay. 7-9). Selanjutnya, bacaan kita menggambarkan betapa Daud semakin besar kuasanya, karena hal ini: Tuhan beserta Daud (ay. 10).

Yerusalem, kota Allah.

Penaklukan Yerusalem menandai sebuah titik yang sangat penting di dalam sejarah Israel. Sebelumnya, negeri itu tidak memiliki pusat yang nyata. Sekalipun demikian, kedudukan Yerusalem di tengah-tengah bukit batu yang gersang di Palestina tengah itu sebenarnya lebih cocok sebagai kubu pertahanan daripada ibu kota sebuah pusat perdagangan yang makmur sebagaimana Salomo berusaha lakukan.
Daud merebut Yerusalem dan menjadikannya ibu kota Israel. Secara rohani, kota ini kemudian menjadi kota terkemuka di bumi, pusat kegiatan penebusan Allah bagi umat manusia. Yesus disalibkan dan dibangkitkan dari antara orang mati di Yerusalem, dan Roh Kudus dicurahkan atas para pengikut Yesus yang berkumpul di sana. Alkitab menyebut Yerusalem kota Allah.

Dipanggil dan diutus.

Mencari dan menentukan pemimpin bukan soal gampang. Ada hal-hal yang dapat dipelajari dari bacaan kita ini: 1) Proses, memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan menentukan seorang karyawan; 2) Sadar atau tidak sadar, selalu terefleksi sifat kepemimpinannya; 3) Tuhan turut campur tangan atas keterpilihannya; 4) Kepemimpinan yang dipilih Tuhan selalu mengemban tugas penggembalaan, sehingga setiap pemimpin kristiani tidak boleh menganggap enteng kepemimpinannya. Kepemimpinan Kristiani selalu mengikat janji di hadapan Tuhan, karena Tuhanlah yang memberikan wibawa kepemimpinan.

Tindakan tepat di saat tepat. Sebaik apapun suatu gagasan, diperlukan pertimbangan akurat, agar menghasilkan yang optimal, bukan bahan tertawaan. Daud diuji kemampuannya untuk merebut kota Yerusalem, yang kelak menjadi ibu kota kerajaan. Ternyata penyertaan Tuhanlah yang membuat Daud semakin berkuasa.

Karenanya, berdoalah begini:Tuhan, sertailah kami dalam menempuh hidup ini. Hanya oleh penyertaan-Mu kami makin lama makin kuat. Amin.

TIAP KEPUTUSAN SELALU BERKONSEKUENSI DI KEMUDIAN HARI, KARENANYA, KITA HARUS MENGANDALKAN DIA YANG MEMEGANG MASA DEPAN KEPUTUSAN KITA.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10)

Sabda Bina Diri (hari ke 100) Selasa, 26 September, 2Samuel 4:9-12

SERAHKANLAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Saat kita akan menyerah, ingat kembali apa yang membuat kita sangat ingin mencapainya.

Menunggu perintah Tuhan.

Bacaan kita menjelaskan, penderitaan melanda keluarga raja Saul. Tak hentinya penderitaan menerpa keluarga raja Saul. Yonathan dan saudara-saudaranya serta pahlawan-pahlawannya berguguran di Gilbea; panglima besarnya, Abner telah gugur tanpa perlawanan, Raja Isybosyet dibunuh di tempat. Cucu raja Saul (putra Yonathan), Mefibosyet cacat seumur hidupnya. Generasi penerus dari raja Saul telah tamat sebagai wujud ucapan Samuel kepada Saul. Paling menyedihkan ialah adanya anak Saul yang menjadi kepala gerombolan, sekaligus pembunuh Isybosyet.

Dalam pada itu, tunas baru bertindak dengan tegas. Pada saat menghukum Yoab, Daud tidak bertindak tegas secara fisik ataupun administratif. Pada perikop ini terlintas ketegaran sikap seorang pemimpin yang menghukum si pembunuh (ay. 9-12). Daud tetap yakin bahwa kerajaan yang baik dan langgeng datangnya dari Tuhan (ay. 9), karenanya ia selalu menunggu saat dan perintah Tuhan. Untuk bersikap demikian diperlukan kepercayaan yang kokoh pada hak kedaulatan Allah.

Beban akan meningkat beratnya.

Demikianpun kita hari ini, sebaiknya kita menjadikan, Tuhan saja andalan pemecah masalah hidup kita, jangan yang lain. Karena, betapa banyak hal yang sulit kita pahami dalam hidup ini. Oleh dan karena itu berdoalah pada-Nya, minta tolong, supaya kita mengerti, dan dapat melewati pergumulan hidup ini seturut kehendak-Nya..

Seberapa berat segelas air? 200 gram atau 500 gram? Atau lebih berat lagi? Ini bukan soal berat absolutnya. Ini soal berapa lama kita memegang gelas air itu. Jika kita memegangnya selama 1 menit, tak masalah. Jika kita memegangnya selama 1 jam, lengan kanan kita akan sakit. Dan jika, kita memegangnya selama 1 hari penuh, mungkin perlu ambulans untuk membawa kita ke rumah sakit.

Beratnya sebenarnya sama, tapi semakin lama kita memegangnya, maka bebannya akan semakin berat. ”Jika kita membawa beban kita terus-menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya. Yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi. Dan, ini yang penting, serahkan bebanmu itu pada Tuhan sambil memohon kekuatan daripada-Nya untuk menjalani hidup dan kehidupan yang penuh pergumulan ini dengan kuat dan sukacita.

Serahkanlah, serahkanlah pada Tuhan, segala beban hidupmu. DIA kan ganti segala duka menjadi suka. Tak pernah DIA janji selalu kan panas, dan tak pernah DIA janji selalu ada hujan. Tapi DIA berjanji akan memberi kita kekuatan untuk melalui panas dan melalui hujan dengan kuat kuasa-Nya.

JANJI TUHAN TAK PERNAH TERLAMBAT.
JANJI-NYA SELALU TEPAT DISAAT YANG TEPAT.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Sabda Bina Diri (hari ke 99) Senin, 25 September, 2Samuel 3:30-39

RATAPAN DAUD
Oleh: Reinhard Samah Kansil

TUHAN akan buka jalan saat menurut kita sudah buntu jalan.
Tetaplah semangat dan andalkan TUHAN yang begitu baik.

Abner tak bersalah.

Latar belakang bacaan kita adalah: Yoab, putra Zeruya, saudara perempuan raja Daud, yang menjadikannya pemimpin bala tentara. Ia mempunyai 2 saudara laki-laki, Abisai dan Asael. Asael mati dibunuh oleh Abner, panglima Saul, sehingga kemudian Yoab membunuh Abner untuk membalas dendam, sekalipun ini melawan maksud Daud. Yoab berperan penting sebagai pemimpin tentara Daud selama pemberontakan Absalom. Di kemudian hari, Daud mengganti jabatan Yoab dengan keponakannya yang lain, Amasa. Yoab kemudian membunuh Amasa, tanpa Amasa sempat menyadari maksud jahatnya.

Menjelang matinya, Daud berpesan kepada Salomo, putra dan penggantinya, mengenai Yoab: "Dan lagi engkaupun mengetahui apa yang dilakukan kepadaku oleh Yoab, anak Zeruya, apa yang dilakukannya kepada kedua panglima Israel, yakni Abner bin Ner dan Amasa bin Yeter. Ia membunuh mereka dan menumpahkan darah dalam zaman damai seakan-akan ada perang, sehingga sabuk pinggangnya dan kasut kakinya berlumuran darah. Maka bertindaklah dengan bijaksana dan janganlah biarkan yang ubanan itu turun dengan selamat ke dalam dunia orang mati.

Kemenangan yang ternoda.

Apabila seseorang diperbudak sesuatu, tidak ada lagi analisis kritis dalam dirinya. Begitulah Yoab dan Abisai. Abner sebenarnya tidak bersalah, dalam hal kematian Asael di waktu perang. Tetapi Yoab dan Abisai tetap mendendam Abner. Yoab mempersalahkan Raja Daud dan menuduh Abner. Tanpa menunggu penjelasan Daud, Yoab segera mengirim utusan untuk membawa kembali Abner. Karena Abner tidak merasa curiga, Yoab dapat membunuhnya tanpa perlawanan.

Perjuangan telah ternoda. Raja Daud yang cinta jalan damai jelas tak seprinsip Yoab yang suka kekerasan. Raja Daud dengan tegas mengutuk perbuatan biadab yang dilakukan Yoab, walaupun ia tidak dapat melakukan hukuman fisik pada saat itu kepada Yoab (ay. 39). Tetapi ia tetap berharap bahwa hukuman itu kelak akan terjadi.

Daud melakukan tindakan yang mengharukan. Suatu ucapan yang disampaikan seorang pemimpin yang kharismatik, memiliki kekuatan. Waktu raja Daud menggubah suatu ratapan untuk mengenang Abner (ay. 33-34), semua rakyat mengikuti apa yang dilakukan raja dan dianggapnya baik (ay. 31-37).

Daud menunjukkan empatinya selaku pemimpin, walau ia difitnah, berada dibalik pembunuhan Abner. Begitupun kita, tetap memmimpin dengan baik walau difitnah kiri kanan. Jangan terpengaruh tetaplah memimpin dan melayani. Biarlah Tuhan yang menghukum mereka yang memfitnahmu. Teruslah melayani walau rintangan menghadang.

KEGELAPAN HANYA DAPAT DITAKLUKAN OLEH TERANG.
KEBENCIAN HANYA BISA DIHANCURKAN OLEH KASIH DARI TUHAN.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Sabda Bina Diri (hari ke 98) Minggu, 24 September, 2Samuel 3: 6-16

MEMANG LIDAH TAK BERTULANG
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Ketenangan seseorang didapat dari pemeliharaannya terhadap lidahnya. Lidah laksana binatang buas, jika dilepaskan niscaya menggigit. Jika lidah adalah alat untuk mengekspresikan pikiran, maka seharusnyalah kita menggunakannya untuk hal-hal baik.

Ucapan yang menusuk perasaan.

Kitab 2 Samuel mencatat peristiwa-peristiwa penting dalam pemerintahan Daud selama 40 tahun, termasuk perebutan Yerusalem dari suku Yebus dan penetapannya sebagai pusat politik dan keagamaan Israel. Bacaan kita menyatakan sebuah prinsip kepemimpinan yang penting dan abadi dalam kerajaan Allah: makin besar perkenan dan urapan Allah atas hidup sang pemimpin, makin besar pula hukuman Allah apabila ia melanggar kepercayaan Allah dengan melakukan pelanggaran moral atau etis.

Dalam pada itu, Tuhan selalu menyertai kehidupan Daud. Di kota Hebron, Tuhan tidak hanya memberkati dirinya, namun juga seisi rumahnya. Janji penyertaan Tuhan adalah jaminan kuat bagi setiap orang yang beriman. Di pihak lain, Tuhan akan berpaling dari kehidupan orang yang tidak setia kepada-Nya. Keadaan raja Isybosyet (keturunan raja Saul) semakin lemah dan. Kesalah-mengertian antara raja Isybosyet dengan panglimanya Abner membawa kehancuran. Ucapan Isybosyet telah menusuk perasaan Abner. Akibatnya ia marah, dan Isybosyet kehilangan orang yang selama ini diandalkannya (ay. 8-11).

Memberlakukan yang diucapkan.

Ucapan dalam keadaan marah seringkali hanyalah ancaman yang tidak dilaksanakan. Namun Abner benar-benar bertindak sesuai ucapannya. Ia tahu risiko dan tuntutan Raja Daud akan berat kepadanya tetapi sebagai pahlawan sejati, Abner tidak gentar menghadapinya. Perundingan antara panglima Abner dan Raja Daud berjalan dengan baik, karena kedua belah pihak sama-sama mempunyai prinsip untuk berdamai yang saling menguntungkan (ay. 12-16).

Ini kisah tentang seorang bapak dengan anak lelakinya. Mereka tidak tahu apa yang tidak beres. Si bapak dan anaknya membeli sebuah perahu motor tua untuk memancing, tetapi perahu itu tidak bisa berjalan dengan baik. Perahu itu tidak bisa berlari kencang, dan berguncang-guncang ketika mereka mencoba mempercepat jalannya. mereka menduga sumber masalahnya ada pada sistem pembakaran. Jadi mereka menyetel karburatornya dan mengganti filter bahan bakar. Namun, itu ternyata belum menyelesaikan masalah.

Ketika mereka mengeluarkan perahu tersebut dari air, anak laki-lakinya menemukan penyebab masalahnya. Salah satu baling-balingnya terkoyak sepanjang dua sentimeter. Si bapak pikir, pasti bukan itu penyebabnya. Koyakan itu terlalu kecil. Namun, ketika mereka memasang baling-baling yang baru, hasilnya benar-benar berbeda. Ternyata mereka telah diperlambat oleh koyakan kecil itu.

Dalam menjalani hidup sebagai orang kristiani, kita kerap mengalami masalah yang sama. Kesalahan Isyboset seperti yang digambarkan dalam bacaan kita berakar pada hal-hal yang tampaknya sepele. Salah ucap. Jika kita mengabaikan atau menoleransi salah-salah "kecil" ini, mereka akhirnya akan bertumbuh, membuat kerusakan yang lebih besar pada pikiran dan tingkah laku kita--bahkan membahayakan orang- orang di sekitar kita. Sama seperti sedikit ragi sudah mengkhamirkan seluruh adonan, kesalahan "kecil" akhirnya juga bisa melemahkan pelayanan kita bagi Kristus dan gereja-Nya.

Ingat, koyakan kecil dapat menyebabkan masalah besar. Salah kecil tidak akan tetap kecil. Karena lidah tak bertulang, perhatikan ucapanmu!

HATI-HATI DENGAN LISANMU. JAGA LIDAHMU. BERPIKIRLAH SEBELUM BERUCAP.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

SAAT TEDUH (hari ke 97) Sabtu, 23 September, Amsal 17:7-22

HIKMAT SEBAGAI ORIENTASI HIDUP
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Jalani hidup dengan sungguh.
Hadapi kenyataan dengan sabar.
Maka kebahagiaan kan kau dapati.
Orang bebal tidak menghargai kebaikan.

Bacaan kita menguraikan dengan jelas, karakter buruk dapat ditandai dari kesukaan orang akan hal-hal yang buruk, dan juga dari perkataannya (ay. 7). Orang seperti itu sering bertindak salah dan bisa bergembira atas hal yang salah. Ia juga mengharapkan keuntungan dari tindakan yang salah, misalnya memberikan suap (ay. 8). Berbeda dengan orang berhikmat, ia tidak menutupi pelanggaran dengan menggunakan suap. Ia menutupi kesalahan orang lain dengan mengampuninya (ay. 9). Ini tidak mudah, sebab orang biasanya tergoda untuk membuka aib orang lain. Terutama bila dalam keadaan marah! Salah satu cara untuk menghindari kemarahan orang adalah dengan menghargai teguran. Orang bebal akan merasa sakit hati bila dinasihati. Memang kebebalan biasanya disertai kecongkakan (ay. 10). Tentu tak enak bila berjumpa orang bebal (ay. 12). Terlebih orang bebal tidak menghargai kebaikan. Bukan tak mungkin ia membalas kebaikan dengan kejahatan (ay. 13).

Sementara itu, ketidakadilan dan membalikkan fakta merupakan hal yang dibenci Tuhan (ay. 15). Namun hal ini banyak terjadi di dunia ini. Sebagai orang beriman, tentu saja kita harus berani menyatakan kebenaran dan bertindak di atas kebenaran karena itulah yang Tuhan inginkan. Keadilan juga dapat diperlihatkan melalui hubungan persahabatan. Orang yang bersikap adil dalam suatu persahabatan, bukan hanya mau menerima kasih dan perhatian dari sahabatnya. Sebaliknya, ia juga mau mengasihi dan memberi perhatian bila sahabatnya berada dalam kesukaran (ay. 17), bukan malah meninggalkan dia. Saat-saat sulit akan membuktikan ketulusan dan loyalitas seseorang dalam suatu persahabatan. Namun bukan berarti orang harus menjadi korban konyol dari kesalahan orang lain (ay. 18).

Pengujian perlu untuk memurnikan karakter.

Bagaimana keadaan kita hari ini? Orang yang berhikmat menyadari bahwa Tuhanlah yang mengenal manusia sedalam-dalamnya, karena Dialah yang menguji hati manusia. Proses pengujian itu bagaikan panasnya api peleburan yang dipakai untuk memurnikan logam mulia. Sangat panas dan menyakitkan! Akan tetapi, pengujian itu diperlukan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman dan karakter seseorang. Lebih celaka lagi bila kita yang menjadi orang bebal. Bukan hanya karena kita akan dijauhi orang lain, tetapi juga kita sudah hidup tidak berkenan di hadapan Allah! Karena itu berusahalah untuk hidup sesuai dengan firman-Nya.

Periksalah diri kita sekarang. Adakah hikmat Tuhan sudah menjadi orientasi hidup kita? Alangkah baiknya bila hikmat Tuhan mendasari gerak hidup dan perumusan tujuan hidup kita! Dengan demikian kita akan menjadi orang yang hidup seperti yang Tuhan inginkan. Hikmat, kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan nilai-nilai semacam itu mungkin terlihat tidak menarik, dan mengharuskan orang menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Akan tetapi, nilai-nilai semacam itu bermakna kekal karena berasal dari Tuhan yang kekal.

HIDUP ADALAH TANTANGAN,-HADAPILAH!
HIDUP ADALAH MELODI, DENDANGKANLAH!
HIDUP ADALAH IMPIAN, WUJUDKANLAH!
HIDUP ADALAH PERMAINAN, MAINKANLAH!
HIDUP ADALAH KASIH, MENGASIHILAH!

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

SAAT TEDUH (hari ke 95) Kamis, 21 September, Amsal 16:10-15

JANGAN CONGKAK
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Lebih mudah Untuk melawan ribuan orang bersenjata lengkap
daripada melawan kesombongan diri sendiri.

Tak pernah terpuaskan.

Bacaan kita khususnya ayat 10, dapat dibaca sebagai perintah kepada raja-raja dan hakim-hakim di bumi untuk bersikap bijak dan terdidik. Hendaklah mereka adil, dan memerintah dengan takut akan Allah. Hendaklah mereka bertindak dengan hikmat dan hati nurani yang begitu murni sehingga tampaklah keilahian yang kudus dalam segala sesuatu yang mereka katakan dan lakukan, dan agar mereka dipimpin oleh asas-asas yang bersifat adikodrati: hendaklah mulut mereka tidak berbuat salah dalam menghakimi, karena itu adalah penghakiman Allah.

Dalam pada itu, sifat seorang raja yang baik, yang dimaksudkan Salomo bukan untuk memuji dirinya sendiri, melainkan untuk mendidik para penerusnya, sesama raja, dan para raja muda yang memerintah di bawah dia (ay. 12). Seorang raja yang baik tidak hanya berbuat adil, tetapi juga merupakan kekejian bagi dirinya untuk berbuat sesuatu yang sebaliknya. Ia benci membayangkan berbuat tidak adil dan menyelewengkan keadilan. Ia tidak hanya membenci kefasikan yang dilakukan orang lain, tetapi juga benci melakukannya sendiri, meskipun, karena mempunyai kekuasaan, ia bisa saja melakukannya dengan mudah dan aman.

Seorang anak berusia 7 tahun marah kepada ayahnya, karena ia dilarang bermain kembang api. Padahal beberapa malam sebelumnya ayahnya justru mengajak anaknya bermain kembang api. Maka dengan marah ia berkata: 'Kalau ayah yang mengajak boleh tapi kalau aku tidak boleh. Ayah curang, ayah egois'. Benarkah sang ayah curang dan egois? Tidak! Namun anak itu tidak mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan hikmat seperti sang ayah. Ia ingin bermain pada jam 9 malam dan saat itu hujan turun rintik-rintik. Kisah di atas bisa dikatakan sebagai 'pelakonan' dalam bentuk yang paling sederhana dari Amsal kita hari ini. Amsal menyatakan Allah adalah penentu tunggal bagi segala sesuatu. Hasil pertimbangan manusia asalnya dari Allah.

Adakah Allah `curang' dan egois? Sama sekali tidak! Sebab Allah selalu mendasari segala perbuatannya berdasarkan kasih dan kesetiaan, karena itu orang yang bersalah diampuni (ay. 6), arah langkah manusia ditentukan-Nya agar tidak tersesat. Jika Allah adalah tolok ukur bagi segala sesuatu yang kudus, ini disebabkan hanya di dalam diri-Nyalah terdapat kebenaran, kebaikan dan kekudusan (ay. 11). Karena itu Ia sangat membenci dan tidak bisa melihat kecongkakan, kejahatan, kebohongan (ay. 13), sebaliknya berpihak serta membela orang yang benar (ay. 12). Jadi Allah dengan segala kemahakuasaan-Nya mengatur dan mengarahkan hidup manusia demi kebaikan hidup manusia.

ORANG YANG SOMBONG SELALU DIKALAHKAN DENGAN ORANG YANG RENDAH HATI. MUNGKIN TIDAK SEGERA, TAPI PASTI.

#Salam_WOW
(Pkh. 12:10)

SAAT TEDUH (hari ke 94) Rabu, 20 September, Amsal 15:17-33

MEMILIH UNTUK PUAS
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tuhan tak berjanji jalan hidupmu tidak terjal dan tak bergelombang. Yang Tuhan janji, engkau akan dikuatkan melewati jalan yang terjal dan bergelombang itu.

Tak pernah terpuaskan.

Bacaan kita, Amsal, mengurai secara tegas pilihan-pilihan hidup, tentang, kasih dan kebencian. Si pemarah yang suka bertengkar dan orang sabar yang memadamkan perbantahan, si pemalas dan orang jujur, si bijak dan si bebal, si bodoh tak berakal budi. Orang congkak yang dirombak rumahnya dan janda yang kekayaannya tinggal tetap. Orang jahat dan orang ramah. Hati orang benar menimbang-nimbang dan mulut si fasik mencurahkan hal jahat. Orang yang mendenar teguran akan menjadi bijak. Takut akan Tuhan mendatangkan hikmat, dan kerendahan hati mendatangkan kehormatan.

Manusia tidak mungkin mendapatkan kepuasan dengan cara memenuhi segala keinginannya karena sifat keinginan tidak terbatas, tidak ada habisnya, dan tidak akan pernah berhenti selama manusia masih bernafas. Satu-satunya cara yang paling tepat adalah manusia harus belajar untuk memuaskan diri dan menikmati apa pun yang dimiliki (ay. 17). Ada tiga hal yang harus dimiliki manusia agar ia dapat puas dengan segala yang dimilikinya. 1) Takut akan Tuhan memberikan hati yang tenang. Hati yang tenang adalah tanda dari hati yang puas. Karena hatinya sudah terpuaskan maka ia tidak memerlukan hal-hal lain untuk memuaskan dirinya. Jadi sedikit atau banyak barang yang dimiliki, tidak akan berpengaruh; 2) Kebutuhan utama manusia adalah dikasihi dan mengasihi. Karena itu jika kasih ada di dalam kehidupan seseorang, tidak ada lagi yang akan memberikan kepuasan hatinya; 3) Hati manusia menentukan suasana kehidupannya. Sebab hati adalah pusat dari kehendak manusia. Karena itu penting untuk mempunyai hati yang dekat dengan Allah.

Kapankah terakhir kalinya kita ingin sekali membeli sesuatu? Setelah kita membelinya tentunya kita puas, bukan? Namun berapa lama kepuasan itu dapat bertahan? Ketiga hal di atas harus ada dalam kehidupan kita supaya kita tidak dikuasai oleh rupa-rupa keinginan kita, yang tak pernah terpuaskan.
Hidup adalah pilihan.

Sejak kita bangun pagi hari, kita sudah diperhadapkan pada pilihan: langsung bangun atau tidur lagi. Setelah memutuskan untuk bangun, pilihan lain sudah ada di depan mata: mau mandi dulu atau membereskan tempat tidur? Pilihan demi pilihan terus diperhadapkan kepada kita hingga kita tidur lagi di malam hari.

Amsal hari ini memperlihatkan kepada kita 2 pilihan yang harus dipilih salah satu. Pilihan-pilihan itu berkenaan dengan kehidupan sehari-hari seperti: pemarah atau sabar, bijak atau bebal, bodoh atau pandai, fasik atau benar, mengabaikan didikan atau mendengarkan teguran,dan lain sebagainya.

Amsal juga mengingatkan bahwa walau mempunyai kesempatan untuk memilih, tidak berarti manusia bisa seenaknya memilih. Sebab setelah melakukan pemilihan, manusia akan terikat pada pilihannya. Ada konsekuensi yang akan senantiasa mengikatnya hingga pilihan itu dilepaskan.

Pilihan yang dibuat antara malas atau jujur, tanpa pertimbangan atau dengan pertimbangan, mendengarkan atau mengabaikan teguran akan membawa dampak bagi jalan kehidupannya, kesuksesannya ataupun pengembangan pribadinya (ay. 19, 22, 31). Keharmonisan hubungan di dalam keluarga (ay. 20, 27) juga ditentukan dengan pilihan yang kita ambil. Kerusuhan yang terjadi di dalam masyarakat juga disebabkan karena manusia salah memilih dalam bersikap antara menunggu atau bertindak (ay. 18), dalam cara berkomunikasi baik non- verbal ataupun verbal (ay. 30). Dan yang paling utama dari semua itu, hubungan kita dengan Tuhan dapat menjadi renggang, jauh, atau bahkan Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya, jika kita telah menentukan pilihan-pilihan (ay. 25, 26, 29, 33).

PILIHAN-PILIHAN YANG KITA BUAT ATAS HIDUP KITA, SETIAP HARI, ADALAH JALAN SETAPAK YANG SEDANG KITA SUSURI. WALAU GELAP DIDEPAN SANA, NAMUN DENGAN HIKMAT-NYA, KITA DAPAT MEMASTIKAN, DI TEMPAT YANG SEPERTI APA JALAN SETAPAK KITA AKAN BERAKHIR.

#Salam_WOW
(Pkh. 12:10)

Sabda Bina Diri (93), Selasa, 19 September, Amsal 13:20-25

HIKMAT MENDIDIK ANAK
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Anak Kecil Adalah Peniru Ulung. Bagaimana Cara Orangtuanya Menjaga dan Merspons, Mengekspresikan Serta Mengarahkan Emosinya, Itulah Pula yang Akan Ditiru Anak-anaknya, Kelak.

Kekayaan disimpan bagi orang benar.

Orang-orang yang mau menjadi baik harus bergaul dengan kawan-kawan yang baik, yang merupakan bukti bagi mereka bahwa mereka akan menjadi baik (ay. 20), dan akan menjadi sarana untuk menjadikan mereka baik, untuk menunjukkan jalan kepada mereka, dan untuk menyemangati serta mendorong mereka di dalamnya. Orang yang ingin menjadi bijak dengan sendirinya harus berjalan dengan orang-orang yang bijak, harus memilih orang-orang seperti itu sebagai sahabat karib mereka, dan bergaul dengan mereka.

Dalam pada itu, betapa tak terkalahkannya kebahagiaan orang-orang kudus itu (ay. 21). Allah yang tidak dapat berdusta sudah menetapkan bahwa orang benar akan dibalas dengan kebahagiaan. Bagaimana harta itu bertambah dengan masuknya kekayaan orang berdosa ke dalamnya (ay. 22), sebab kekayaan itu disimpan bagi orang benar. Jika ada yang bertanya, bagaimana orang baik sampai menjadi amat kaya, sedangkan mereka tidak begitu menginginkan harta duniawi seperti orang lain, dan biasanya menderita karena perbuatan baik mereka.

Kebajikan dan kesalehan adalah karakter mulia.

Tuhan mendidik umat-Nya dalam kebenaran dengan tujuan untuk mendorong orang yang sudah hidup benar agar bertahan, bahkan memaksimalkan kebenaran. Tujuan lainnya adalah untuk memperlihatkan sikap dan akibat kefasikan. Di sini Tuhan mendidik orang dengan memperhadapkan orang pada akibat-akibat yang harus ditanggung bila hidup dalam ketidakbenaran.

Amsal juga mendorong pendengarnya untuk ambil bagian dalam mendidik orang lain, terutama anak-anak sendiri. Meski tidak mudah, orang tua bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman dan karakter anak-anak mereka. Itulah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada para orang tua. Orang tua yang tidak mendisiplin anaknya, perlu dipertanyakan kasihnya. Itu menunjukkan kurangnya perhatian mereka pada perkembangan karakter anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tua perlu meninggalkan kesaksian dan warisan yang baik untuk anak-anak. Bukan semata-mata berupa harta materi, tetapi juga kebajikan, kesalehan, dan karakter yang mulia. Kalau diperlukan, jangan takut untuk mendisiplin anak dengan tegas agar mereka tetap tinggal dalam kebenaran (ay. 24).

Anak yang tidak pernah mendapat koreksi dari orang tua, dapat tumbuh tanpa memiliki pengertian tentang kebenaran.
Kiranya, diusia saya yang ke 54 tahun hari ini, dan setiap orang tua lain yang membaca renungan ini, meminta hikmat dari Tuhan agar memiliki cara mendidik yang benar. Tentu saja agar setiap anak kita hidup berdasarkan hikmat Tuhan.

MELIHAT ANAK-ANAK KITA TUMBUH DALAM PENGENALAN DAN HORMAT PADA TUHAN, ADALAH KEBAHAGIAAN SEJATI KITA SEBAGAI ORANG TUA.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Sabda Bina Diri (92), Senin, 18 September, Amsal 13:7-12

HIKMAT PELAKU KEBENARAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Karena hikmat lebih berharga dari emas.
Apapun yang diinginkan orang, tak dapat menyamainya.

Menjaga ketenangan mencegah pertengkaran.

Bacaan kita menunjuk pada: Sebagian orang yang sebenarnya miskin dipandang kaya, dan benar-benar disangka demikian (ay. 7). Mereka berbelanja dan menghabiskan uang seolah-olah mereka kaya, mereka sibuk ke sana kemari dan senang pamer ini itu seolah-olah mereka menyimpan harta karun, padahal mungkin, jika mereka harus melunasi semua utang mereka, harta mereka tidaklah sampai sejuta rupiah. Ini adalah dosa, dan akan mendatangkan cela. Orang-orang yang kaya memang dihormati oleh sebagian orang karena kekayaan mereka, namun, untuk mengimbanginya, oleh sebagian yang lain mereka dicemburui dan diserang, dan nyawa mereka menjadi terancam, dan karena itu mereka terpaksa memberikan tebusan dengan kekayaan mereka (ay. 8).

Sementara itu, pelita orang fasik bersinar redup dan lemah (ay. 9). Pelita itu tampak menyedihkan, seperti lilin kecil di dalam kendi, dan akan segera padam meninggalkan kegelapan yang teramat pekat. Terang orang benar seperti terang matahari, yang mungkin tertutup gerhana dan diliputi awan, namun akan terus memancar. Terang orang fasik seperti terang yang mereka nyalakan sendiri, yang akan segera redup dan mudah dipadamkan. Tapi Orang-orang yang rendah hati dan menebarkan kedamaian berarti berhikmat dan mendengarkan nasihat (ay. 10). Orang-orang yang mau meminta dan menerima nasihat, yang mau bertanya pada suara hati mereka sendiri, pada Alkitab mereka, hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, teman-teman mereka, dan tidak mau berbuat sesuatu dengan gegabah, berarti berhikmat. Seperti dalam hal-hal lain, begitu pula dalam hal ini, mereka mau merendahkan diri, mau membungkuk dan tunduk, demi menjaga ketenangan dan mencegah pertengkaran.

Kebenaran yang mendasari hikmat.

Amsal menekankan pentingnya memiliki karakter yang baik. Itu dapat diperoleh melalui didikan jangka panjang, yang melibatkan juga ketaatan dan keterbukaan orang yang diajar. Terangnya akan bersinar cerlang, tambah benderang karena dia adalah seorang yang bertambah-tambah hikmat oleh nasihat-nasihat bijak.

Kebalikannya akan terjadi dalam hidup orang fasik, yaitu orang yang tidak mau berlajar kebenaran, hanya mau mengambil jalan pintas. Banyak keinginan namun malas bertindak. Akibatnya? Ambil jalan pintas dan merugikan orang lain! Maka terjadilah pencurian, korupsi, dan manipulasi. Hasilnya sia-sia karena kekayaan yang diperoleh dengan cepat, akan cepat pula habisnya (ay. 11). Atau orang yang biasa curang dalam mendapatkan kekayaan, tidak akan memiliki rasa aman karena ia akan curiga pada orang lain. Ia curiga orang lain akan berlaku sama licik dengan dirinya.

Maka satu-satunya yang dapat memberikan rasa aman di dalam diri kita adalah kehidupan yang benar sebagai dasar hidup yang berhikmat. Dengan kebenaran yang mendasari hikmat, akan membuat setiap pilihan hidup menjadi kesempatan untuk berbuat baik dan menjadi pelaku kebenaran.

TIDAK ADA YANG SUKAR BAGI ORANG BENAR. TIDAK ADA YANG BERAT BAGI ORANG TAAT. TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI ORANG YANG BERHIKMAT.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Sabda Bina Diri, Minggu, 1 Oktober, (1Raja-Raja 9:1-9)


PENSIUN KERJA, YES. PENSIUN MELAYANI, NO!
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Setiap orang ada masanya. Setiap masa ada orangnya.

Penampakan kedua kalinya.

Penulis Kitab 1 Raja-Raja  bercerita sekitar 120 tahun masa pemerintahan Salomo, selama 40 tahun (970-930 SM), dan sekitar 80 tahun sejarah kerajaan yang terpecah (sekitar 930-852 SM). Sementara, bagian bacaan kita, menunjukkan, Tuhan menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya (ay. 1-3). Pasal ini membahas janji dan peringatan. Penampakan Tuhan yang pertama kepada Salomo terjadi di Gibeon.

Penampakan kedua kalinya kepada Salomo ini, terjadi pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya. Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap setia dan taat kepada-Nya? Tak lain dan tak bukan, karena tujuan hidup dan eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ay. 6-9), jika Salomo sebagai rajanya tidak setia dan taat kepada Tuhan.

Ketika sampai dipuncak, yang tersisa hanyalah jalan turun.

Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Tuhan yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan yang menurun, antara tetap setia kepada Tuhan dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi Tuhan atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam pilihan hidup yang sulit.

Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Tuhan. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Tuhan, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Kebenaran sejati yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di simpang jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung cara pandang hidup dan pelayanan kita, yaitu, siapa kita di hadapan Tuhan. 



Tak ada pensiun dalam melayani.

Ketika pesawat kami mendarat di bandara Cengkareng, tepuk tangan meriah muncul dari antara sekelompok karyawan perusahaan penerbangan. Kami merasa hal itu agak tidak biasa terjadi, sampai akhirnya kami diberi tahu bahwa sang pilot baru saja menyelesaikan penerbangan yang terakhir dalam kariernya. Ia akan pensiun besok, dan saat itu rekan-rekannya mengungkapkan kebahagiaan mereka untuknya.

Bagi banyak orang, pensiun berarti mengerjakan apa yang selama ini selalu ingin mereka kerjakan: memancing; bermain gaple; bepergian. Orang-orang yang lain bekerja keras agar dapat pensiun lebih awal, sehingga mereka dapat menikmati buah dari kerja keras mereka selagi masih muda dan sehat.

Kita, pengikut Kristus harusnya melihat masa pensiun secara berbeda. Dalam hati kita harus ada tekad, begini: “Malam ini saya akan tidur. Besok pagi, jika Tuhan masih memberi saya kehidupan, saya akan bangun dan melayani-Nya.” Tujuan hidup kita satu-satunya adalah untuk memuliakan Kristus. Selalu ada pekerjaan yang dapat dilakukan bagi Tuhan. Sepanjang kita hidup, Kristus dapat bekerja di dalam dan melalui kita. Bagi kita, tidak ada masa pensiun dalam melayani. Pensiun dari pekerjaan, niscaya. Pensiun dari melayani Kristus, tak kan pernah! 

JANGAN PERNAH MERASA SUDAH TIBA DIPUNCAK PELAYANANMU. JANGAN. KARENA SETELAHNYA HANYA ADA JALAN TURUN. TAK ADA KATA “TURUN” DALAM PELAYANAN.

#Salam_WOW (Pkh. 12:10)