Selasa, 11 Juli 2017

Sabda Bina Diri – Rabu, 12 Juli 2017 (Mazmur 119:57-64)

3 B (BERPEGANGLAH-BERGEGASLAH-BERSYUKURLAH)
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Pertobatan dimulai dari keinsafan yang sungguh. Keinsafan yang mendalam diakhiri pertobatan yang sungguh. Jangan hanya mengharap kemudahan di setiap hidup kita, tapi haraplah penyertaan Tuhan di setiap kesulitan hidup kita.

Pernyataan Pemazmur dalam bacaan ini menyajikan tiga hal untuk direnungkan. Pertama, pemazmur mengungkapkan sikap hidupnya yang mengandalkan Tuhan sebagai satu-satunya sumber penghiburan dan pengharapan dalam kesengsaraan. Pemazmur menjadikan Taurat TUHAN sebagai aturannya: “AKU TELAH BERJANJI UNTUK BERPEGANG PADA FIRMAN-FIRMAN-MU, dan oleh anugerah-Mu aku akan melakukan apa yang telah kukatakan, serta akan tetap tinggal di dalamnya sampai akhir hayatku.” Perhatikanlah, orang-orang yang menjadikan Allah sebagai bagian mereka, harus menjadikan Dia sebagai raja mereka, bersumpah setia kepada-Nya, serta berjanji untuk BERPEGANG pada firman-Nya (ay. 57). 

Kedua, Pemazmur melaksanakan keputusannya ini dengan segera tanpa ragu-ragu (ay. 60). AKU BERSEGERA DAN TIDAK BERLAMBAT-LAMBAT. Ketika kita sedang berada di bawah penghakiman akan dosa, kita harus segera bertindak selagi keadaan hati kita masih panas dan jangan pernah berpikir untuk menunda pelaksanaannya, apabila ada kesempatan baik. Ketika tugas memanggil, kita tidak boleh membuang-buang waktu, segera lakukan hari ini juga, selama masih dapat dikatakan hari ini. Catatan yang diberikan Pemazmur tentang dirinya di sini mungkin merujuk kepada perbuatan yang biasa ia lakukan setiap hari. Pemazmur memikirkan jalan-jalannya pada malam hari, melangkahkan kakinya kepada peringatan-peringatan Allah pada paginya, dan apa yang dapat ia lakukan, BERGEGAS dikerjakannya tanpa berlambat-lambat.

Ketiga, Pemazmur tidak melupakan kewajibannya untuk mengucap syukur. Karena orang-orang yang banyak berdoa juga harus banyak mengucap syukur. Ia hendak BANGUN PADA TENGAH MALAM UNTUK BERSYUKUR KEPADA ALLAH (ay. 62). Pikiran-pikiran yang mulia dan baik membuatnya tetap terjaga dan menyegarkan tubuhnya, bukannya tertidur. Begitu bersemangatnya dia bagi kemuliaan Allah sehingga ketika orang lain tengah berbaring di tempat tidur, ia malah berlutut untuk beribadah. Ia tidak ingin dilihat orang tatkala beribadah, tetapi ia menaikkan SYUKUR di tempat tersembunyi, di tempat yang hanya dilihat oleh Bapa sorgawi. Ia telah memuji Allah di pelataran rumah TUHAN, dan sekarang ia ingin melakukannya di kamar tidurnya.

Hendaknya kita meneladani Pemazmur.

Mengapa? Oleh karena, tak ada janji yang lebih indah selain berpegang pada firman-Nya. Tuhan akan senantiasa memperhatikan langkah-langkah hidup kita. Apakah sesuai dengan peringatan-peringatan-Nya. Seorang yang hidup sepenuhnya bagi Tuhan tak pernah berlambat-lambat meninggalkan dosa, dan bersegera melangkahkan kaki menuju jalan-jalan-Nya. Segera naikkan doa syukur kepada-Nya, jangan menunda-nunda. Supaya suasana hati kita tidak mendingin. Mengucapkan syukur sambil tidak berbaring, tetapi bangkit dari tempat tidurmu, walau mungkin di tengah dingin dan gelapnya malam, supaya dapat melakukannya dengan lebih khidmat. Tatkala tak dapat berbaring dan tidur, lebih baik bangun dan berdoa.

Berpeganglah-Bergegaslah-Bersyukurlah

Dalam hidupmu hendaknya berpegang teguh pada kebenaran Firman Tuhan. Kemudian daripada itu, bertobatlah. Lakukan dengan bergegas jangan berlambat-lambat. Barulah kemudian diatasnya, kita bersyukur karena kehormatan Allah diteguhkan lewat pertobatan kita, dan firman-Nya digenapi di dalam segala yang kita lakukan di kekinian. Pegang teguh firmanNYA. Bergegas jangan berlambat-lambat. Lalu ucap syukur atas hidup dan kehidupanmu yang indah itu.

Mungkin Tuhan menempatkan kita di tempat yang tidak nyaman supaya kita bisa selalu bersyukur padaNYA. Kasih dan pemeliharaan Tuhan tak pernah luntur.

KARENANYA, DIMANAPUN DAN KAPANPUN KITA HARUS BERSYUKUR PADA-NYA. 
AMIN.

Salam WOW




Sabda Bina Diri – Selasa,11 Juli 2017 (MAZMUR 119:33-40)

YA TUHAN AJAR KU MENGERTI
Oleh: Reinhard Samah Kansil
John Lennon berujar: Aku tidak mengklaim kemuliaan. Aku tidak pernah mengklaim kesucian jiwa. Aku tidak pernah mengaku memiliki jawaban hidup. Aku hanya membuat lagu dan menjawab sejujur yang aku bisa, tapi aku masih percaya akan perdamaian, cinta dan PENGERTIAN.
Jangan enggan berkata: “Buatlah aku mengerti”
Bacaan kita memaparkan, Pemazmur berdoa dengan sungguh: ‘Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir (ay. 33). Pemazmur didampingi oleh banyak nabi, orang bijak, dan imam-imam yang mengabdi di sekitarnya, dan ia sendiri sangat mahir dalam Taurat TUHAN. Namun, ia tetap memohon supaya diajar oleh Tuhan sendiri. Ia memohon pengertian.
Bagaimana Pemazmur ingin diajar?. Ia ingin diajar dengan cara sedemikian rupa seperti yang tidak dapat diajarkan oleh seorang manusia: TUHAN, buatlah aku mengerti (ay. 34). Sebagai Allah alam semesta ini, Ia telah memberikan kita kekuatan akal budi dan panca indra. Tetapi di sini, kita diajar berdoa bahwa sebagai Allah anugerah, Ia akan memberikan pengertian untuk menggunakan kekuatan-kekuatan dan segala kecakapan guna memahami perkara-perkara besar yang berkaitan dengan kedamaian kita, yang karena kebobrokan atau kerusakan alami membuat kita enggan berkata: Buatlah aku mengerti, sebuah pengertian yang dicerahkan. Karena, tidak memiliki pengertian sama buruknya seperti memiliki pengertian tetapi tidak dikuduskan.
Yang terbaik, mengerti dalam diam.
Dalam persekutuan dan pelayanan, banyak perbantahan. Perhatikan, mereka yang sering berbantahan secara lisan, sesungguhnya, hanya mengerti sejengkal saja, sepanjang apa yang diperkatakan. Terhadap masalah yang diperbantahkan, pengertian mereka sebanyak (hanya) yang diperbantahkan. Dalam pada itu, lebih banyak diantara mereka yang tidak larut dalam perbantahan, justru mereka yang sangat mengerti apa yang diperbantahkan.
Ketika perdebatan tak berkesudahan terjadi dalam sebuah persekutuan dan pelayanan, maka pengertian dalam diam adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan. Teduhnya persekutuan dan pelayanan tidak dapat dijaga dengan perbantahan. Hal itu hanya dapat diraih dengan pengertian.
Tinimbang menghabiskan waktu berbantahan, lebih baik kita berdoa, sedemikian: Tuhan, ajar aku mengerti,
Agar tidak terlalu banyak omong, tapi juga tidak diam sesaja.
Agar tidak pesimis, tapi juga tak terlalu percaya diri.
Agar tidak sombong, tapi juga tak minder.
Agar tidak minder, tapi juga tak sombong.
Agar bekerja lebih giat, tapi juga tak mengatakan doa lebih penting.
Agar lebih kerap berdoa, tapi juga tidak mengatakan bekerja tak penting.
TEDUHNYA PERSEKUTUAN DAN PELAYANAN DAPAT DIUMPAMAKAN SEPERTI POHON, TIAP HARI HARUS DISIRAM DAN DIBERI PUPUK PENGERTIAN.
Salam WOW