Senin, 03 Juli 2017

Sabda Bina Diri – Senin, 3 Juli 2017

(Kisah Para Rasul 9:1-9)

PENGAMPUNAN MEMBAWA PADA PERTOBATAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kejahatan di balas kejahatan, adalah dendam.
Kebaikan dibalas kebaikan, adalah lumrah.
kebaikan dibalas kejahatan, adalah bebal.
Tapi jika kejahatan dibalas kebaikan, itulah mulia dan agung.

Demikian perlakuan Tuhan pada Saulus.

Saulus  pergi ke Damsyik dengan hati yang berkobar-kobar untuk menganiaya orang-orang Kristen, dan dengan kekuasaan dan kekuatan (ay. 1). Tetapi kemudian keadaan berbalik, ia memasuki dan tinggal di Damsyik sebagai orang yang tidak makan dan minum selama tiga hari (ay. 9), sebagai orang yang tidak dapat melihat, dan harus dituntun orang lain (ay.8).
Saulus juga berangkat ke Damsyik sebagai orang yang membenci para pengikut Tuhan (ay. 2), tetapi kemudian ia memanggil Yesus sebagai Tuhan (ay. 5). Ia berangkat ke Damsyik dengan rencana jahat, tetapi kemudian memasuki Damsyik dengan penantian perintah selanjutnya dari Tuhan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi (ay. 6).

Pertobatan Saulus diawali oleh suatu pembalikan keadaan. Arogansi dan keyakinannya bahwa ia sedang melakukan sesuatu yang menyenangkan hati Allah hanya dapat dihancurkan melalui peristiwa ini. Secara dramatis Saulus disadarkan bahwa apa yang dilakukannya justru merupakan penganiayaan terhadap diri Tuhan sendiri, tidak hanya kepada pengikut Kristus. Dari sinilah jalan pertobatan Saulus dimulai.

Tuhan memakai perlakuan buruk orang lain terhadap kita sebagai jalan menuntun orang tersebut pada pertobatan melalui pengampunan.

Kalau Tuhan mengampuni orang yang menganiaya pengikutnya, apa yang sebaiknya kita lakukan? Kita pun harus mengampuni! Sekalipun itu musuhmu. Ampunilah dia. Karena, melakukan kesalahan adalah manusiawi, sementara mengampuni adalah ilahi. Dalam kehidupan sosial dan persekutuan, kita kerap mengalami perlakuan buruk dari orang lain. Bahkan mungkin kejahatan. Bacaan kita menganjurkan kita untuk mengampuni. Pengampunan dari kita akan membawa orang tersebut pada jalan pertobatannya.

Dari ketiga hal ini: Cinta, doa dan pengampunan. Lakukan terlebih dahulu pengampunan, maka dua yang sisa pasti terikut. Jadikan pengampunan bukan tindakan yang sesekali tapi terus menerus sampai kita tidak lagi mengalami kejahatan.

INDAHNYA HIDUP DAN KEHIDUPAN KEMANUSIAAN KITA ADALAH KETIKA KITA MEMAAFKAN DAN MENGAMPUNI ORANG LAIN.




SAAT TEDUH – Selasa, 4 Juli 2017

(Kisah Para Rasul 10:1-8)

PILIHAN-NYA TAK PERNAH SALAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Sering kali, pilihan Tuhan tidak seperti yang kita inginkan. Baru belakangan kita ketahui bahwa pilihanNYA lah yang terbaik.

Itulah kornelius.
Ketika itu belum ada seorang pun dari antara mereka yang telah dibaptis. Korneliuslah yang pertama. Dialah bukan Yahudi pertama yang menjadi pengikut Kristus. Walau bukan orang Israel, Kornelius percaya pada Allah. Dan itu dia wujudkan dalam hidup takut akan Allah Israel (ay. 2). Begitu juga seisi rumahnya. Rasa takut akan Tuhan itu mewujud dalam bentuk doa dan sedekah kepada umat Tuhan yang membutuhkan. Lalu apakah kesalehan Kornelius bertepuk sebelah tangan? Ternyata tidak. Allah melihat kesalehan Kornelius, dan ia kemudian memperoleh perkenan Tuhan.

Terbukti Tuhan sampai mengirim utusan untuk menyampaikan pesan-Nya kepada Kornelius. Ini memperlihatkan betapa dekat hubungan Kornelius dengan Tuhan. Malaikat berkata bahwa doa dan sedekah Kornelius sesungguhnya bagaikan aroma persembahan yang harum di hadapan Allah (ayat 3-6). Itulah sebabnya Allah menyuruh dia untuk mengusahakan pertemuan dengan rasul Allah, yaitu Petrus (ay. 7-8).

Mengapa Tuhan memilih petobat baru?

S’bab ada tertulis: “Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu”.

Saat Tuhan memilih pelayan-pelayanNYA untuk menjadi pejabat di Gereja, kadang pilihanNYA tak terselami. Kita bertanya-tanya, mengapa mereka yang terpiih, menjadi bakal calon, mendapatkan suara lebih banyak dari kita yang sudah puluhan tahun lebih lama melayani? Mengapa kita yang sudah sekian periode menjadi pejabat gereja bisa kalah banyak suaranya dari mereka yang baru saja melayani, bahkan ada yang belum pernah menjadi pejabat gereja? Mengapa dia yang menjadi Penatua? Mengapa bukan saya? Dan… mengapa-mengapa lainnya menggelayuti benak kita.

Agar menjadi pilihan Tuhan. bacaan kita mengajak kita merenungkan, apakah kita sudah seperti Kornelius, dengan bertanya: Sudahkah kita saleh? Sudahkah kita takut akan Tuhan, kita serta seisi rumah kita?. Sudahkah kita memberi banyak sedekah kepada banyak orang? Sudahkah kita senantiasa berdoa kepada Tuhan?

Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga, belum tentu bagus.

Percayalah,
PILIHAN-NYA TAK PERNAH SALAH.

Salam WOW