Kamis, 14 September 2017

SABDA BINA DIRI (88) Kamis, 14 September, 1Samuel 9:17-27

SIAPKAN PENGGANTIMU DENGAN BESAR HATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Pemimpin gereja adalah pembelajar. Berhenti belajar membuat kepemimpinannya basi dan buruk. Pemimpin gereja harus haus belajar. Berhenti belajar, berhenti memimpin.

Bukan pada penampilan, tapi pada kepribadian.
Bacaan kita menguraikan, bahwa Saul tidak mengenal Samuel karena ia hampir-hampir tidak memiliki perhatian baik pada masalah-masalah rohani maupun pada hal-hal rohani.Tidak heran ia sama sekali tidak mengenal Samuel yang menjadi pemimpin tertinggi umat Allah yaitu Israel. Tetapi hal ini juga memperlihatkan sesuatu tentang Samuel. Pertanyaan Saul kepada Samuel, "Dimanakah rumah pelihat?" (ay. 18), memberi kesan bahwa tidak ada yang istimewa dalam penampilan Samuel. Sebagai pemimpin tertinggi dan berpengaruh besar, tentu wajar bila ia mengenakan pakaian yang istimewa dengan berbagai atribut dan asesoris kepemimpinannya. Sebagai hamba Tuhan, Samuel hidup sederhana. Ia berpenampilan seperti orang kebanyakan. Bobot kepemimpinannya bukan pada penampilan, tapi pada kepribadiannya.

Samuel tahu bahwa Saul adalah orang yang akan menggantikannya. Tetapi tidak ada sedikitpun rasa cemburu dan iri hati padanya. Ia menyambut Saul dengan hangat. Ia memberikan tempat terhormat kepada Saul dalam suatu perjamuan (ay. 22) dengan hidangan terbaik (ay. 24). Ia juga menyediakan waktu untuk berbincang-bincang (ay. 25. Warisan yang diberikan seringkali bukan hal positif yang mendukung dan menyiapkan sang pengganti. Sebaliknya seorang pemimpin sering mewariskan banyak masalah, tumpukan hutang yang harus diselesaikan penggantinya, bahkan tidak jarang ada pemimpin yang menjelek-jelekkan penggantinya. Inti semuanya itu ialah, dirinya saja yang paling baik.

Rela berkorban.

Samuel rela berkorban. Jabatan tertinggi sebagai pemimpin bangsa Israel harus dia serahkan pada penggantinya. Begitupun kita hari-hari belakangan ini. Relakah kita memberikan jabatan gerejawi kita kepada pengganti kita? Adakah diantara kita yang menjelang pensiun dalam melayani pekerjaan-Nya? Sudikah kita dengan kerelaan hati membimbing pengganti kita, seperti Samuel membimbing Saul?

Seorang pemimpin harus rela berkorban. Seorang Pemimpin harus bersedia dengan rela memberikan dirinya, waktunya tenaganya untuk domba-dombanya. Seorang pemimpin harus dengan sukacita untuk menderita bagi domba-dombanya. Seorang pemimpin ikhlas hati menyerahkan, merelakan, melepaskan sesuatu bagi domba-dombanya.

Seorang Pemimpin harus rela memberikan dirinya. Seorang pemimpin hendaknya bersedia dan berkenan memberikan kesetiaannya bagi domba-dombanya. Bila kepemimpinan tidak diemban dalam semangat pelayanan bagi Tuhan dan bagi sesama, kepemimpinan itu akan dijangkiti dosa kultus individu

TINGGIKAN TUHAN DALAM KEBERHASILAN PELAYANANMU. JANGAN TINGGIKAN DIRI DAN HATIMU.

#Salam_WOW/Pkh. 12:10