Selasa, 12 September 2017

SABDA BINA DIRI (85) Senin, 11 Sept, 1Samuel 4:12-22


KEMULIAAN DI TITIK NADIR
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Mereka yang bernafsu memiliki semua. seringkali berakhir dengan tidak memiliki apa-apa.

Kekalahan mutlak.

Bacaan kita, khususnya ayat 17, tertulis: “Jawab pembawa kabar itu: "Orang Israel melarikan diri dari hadapan orang Filistin; kekalahan yang besar telah diderita oleh rakyat; lagipula kedua anakmu, Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Tuhan sudah dirampas”. Ayat ini melukiskan dengan baik gaya klimaks dari Nas kita. Keempat pokok (pertempuran Israel, pembantaian umum, kematian putra-putra Eli dan perampasan tabut perjanjian) disajikan menurut arti yang makin meningkat bagi Eli.

Kemudian daripada itu, setelah mendengar kematian mertuanya dan tabut Tuhan telah dirampas, isteri Pinehas, yang hamil tua. duduk berlutut, lalu bersalin, sebab ia kedatangan sakit beranak (ay. 19). Lalu ia menamai anaknya Ikabod, yang artinya telah hilang kemuliaan Tuhan (ay. 21). Kata Ikabod ini bisa berarti "bobot," yang dipakai secara kiasan untuk menunjukkan reputasi dan martabat.  "Kemuliaan" juga dipakai sebagai kata yang berarti Tuhan. Di sini artinya, "Di manakah Tuhan?"

Orang Ibrani sering kali tidak bisa membedakan antara kehadiran Tuhan dan lambang-lambang religius dari kehadiran-Nya. Tuhan berada di mana benda-benda kudus itu berada. Ketika tabut perjanjian itu dirampas, Tuhan dianggap juga pergi dari Israel. Pada tahun-tahun kemudian, para nabi Israel menandaskan bahwa Tuhan menyertai umat-Nya baik pada saat mereka dihajar maupun pada saat mereka diberkati.

Mengapa kita kalah?

Itulah pertanyaan yang muncul ketika Israel dikalahkan Filistin. Pertanyaan yang tepat sekali bila membuat mereka introspeksi, merendahkan diri di hadapan Tuhan dan bertobat. Kesimpulan mereka sebenarnya sudah benar. Mereka kalah sebab Tuhan tidak menyertai. Namun jalan keluar yang diambil salah besar. Mereka berpikir tabut sebagai lambang kehadiran Tuhan sama dengan kehadiran Tuhan sendiri. Perbuatan mereka selanjutnya lebih parah lagi; menjadikan tabut semacam jimat. Tentu saja mereka kalah untuk kedua kalinya. Banyak korban berjatuhan terutama anak-anak Eli yang jahat dan Eli sendiri.

Tuhan bukan pelayan. Inti dosa adalah sikap tinggi hati dan tidak mau meninggikan Tuhan yang selayaknya Tuhan terima. Lawan dari meninggikan Tuhan adalah menjadikan diri sendiri sebagai tuhan dan raja atas hidupnya. Tuhan sendiri dijadikan pelayan. Orang yang bersikap demikian akan memakai berbagai alat rohani dan ritus rohani untuk kepentingan diri sendiri. Tuhan tidak akan pernah membiarkan kemuliaan-Nya direndahkan seperti itu.
Karenanya, renungkanlah ini, semua sarana anugerah-Nya seperti sakramen, ibadah, Alkitab, dan lain sebagainya, tak bermanfaat apa pun bila kita tidak menerimanya dengan hati yang lurus di hadapan Tuhan. Berdoalah, minta Tuhan meluruskan hatimu. Amin.

JARAK PALING JAUH ANTARA MASALAH DENGAN SOLUSI, HANYA SEJAUH LUTUT DENGAN LANTAI. ORANG YANG BERLUTUT PADA TUHAN, BISA BERDIRI UNTUK MELAKUKAN APAPUN.

#Salam_WOW/Pkh. 12:10


SABDA BINA DIRI (86) Selasa, 12 Sept, 1Samuel 5:1-12


KEMULIAAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

kita dipanggil bukan hanya untuk memulai hal yang baik,
tapi juga mengakhirinya dengan baik.

Dewa Dagon.

Ayat 2 bacaan kita, tertulis: Orang Filistin mengambil tabut Allah itu, dibawanya masuk ke kuil Dagon dan diletakkannya di sisi Dagon. Dagon, Mungkin berasal dari kata dag, "ikan," atau dari kata dagan, 'biji-bijian." Dewa ikan yang ditampilkan sebagai dewa yang kepala dan tangannya seperti manusia serta tubuhnya seperti seekor ikan, disembah di Siria dan dilukiskan pada sebuah ukiran timbul Asiria. Dalam pada itu, orang Filistin yang tinggal di daerah penghasil gandum yang subur yakni Sephelah, menyembah dewa gandum yang diambil dari wilayah Lembah Efrat. Dewa tersebut adalah Dagon yang disebutkan di dalam prasasti Ras Syamra sebagai ayah Baal. Di Asdod terdapat sebuah kuil untuk Dagon hingga zaman Makabe. Penempatan suatu tanda kenangan di dalam kuil Dagon bukan merupakan tindakan yang aneh. Di dalam tempat ibadah di Gezer dijumpai sebuah batu suci yang dibawa ke situ dari Yerusalem sesudah sebuah kemenangan militer. Juga batu peringatan Hamurabi diangkut pergi oleh orang Elam dan diletakkan di Susan.

Kemuliaan Tuhan tak tertandingi.

Israel kalah! Logisnya orang Filistin akan berpikir Tuhan Israel pun kalah. Apalagi tabutnya berhasil dirampas. Sebagai ungkapan kesan itu, mereka menawan tabut Allah; ditempatkan di kuil Dagon (ay. 2). Lengkaplah kemenangan Filistin dan kekalahan Israel: Dagon lebih besar daripada Allah Israel! Betapa bodoh mereka. Israel yang mengusung tabut memang tidak otomatis dibuat menang oleh Allah. Dagon dan Filistin tidak dibiarkan Allah mempermainkan kemuliaan-Nya. Tuhan menunjukkan bahwa Dagon sama sekali tak berdaya. Dua kali Dagon dibuat bertekuk lutut di hadapan tabut Allah (ay. 3-4).

Tangan Allah menekan kuat penduduk kota Asdod (ay. 6). Timbullah bala sampar, wabah yang disebabkan tikus-tikus. Penduduk Asdod menyadari kekuatan dan kuasa Allah. Mereka bukannya insyaf, meninggalkan Dagon dan menyembah Yahwe. Mereka hanya memindahkan tabut ke kota Gat (ay. 8). Pengalaman itu membuat mereka beranggapan bahwa tabut itu adalah sumber kemalangan. Di Gat Tuhan menghajar penduduknya. Tabut dipindahkan ke Ekron. Penduduk kota itu dilanda kepanikan sehingga ada yang mati ketika tabut baru saja muncul (ay. 10-11).

Dewa orang Filistin itu mutlak kalah. Hancur berkeping-keping karena kuasa Allah. Tak ada dewa di muka bumi ini yang sanggup melawan Allah. Begitupun kita, jangan ada padamu Ilah lain. Apapun itu. Karenanya menyembahlah hanya pada Tuhan. Bukan yang lain. Nyatakanlah kemuliaan Tuhan  dalam keseharian hidup berimanmu. Jangan curi  kemuliaan Tuhan dengan pelayanannmu. Tuhan semakin ditinggikan, kita semakin direndahkan.. Jangan terbalik.

 HIDUP YANG BERGUNA ADALAH HIDUP YANG MENCERMINKAN KEMULIAAN TUHAN

#Salam_WOW/Pkh. 12:10