Selasa, 10 Juli 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 274) Rabu, 23 Mei 2018, Nehemia 4:1-14

BERSABAR DARI  OLOK-OLOK
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th


Ketika Sanbalat  mendengar, bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat sakit hati. Ia mengolok-olokkan kami.


Olok-olok
Sejak semula gubernur Samaria, Sanbalat, dan beberapa pemimpin wilayah tetangga lainnya mendengar rencana pembangunan tembok Yerusalem. Mereka kesal karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel. Serangan pertama yang dilontarkan oleh Sanbalat dan sekutunya adalah olok-olok (ay. 1-3). Olok-olok ini dapat melemahkan semangat orang Yahudi sebab mereka sedang diperhadapkan pada tugas yang sulit dan Olok-olok yang mereka lontarkan mengandung kebenaran.

Contohnya, batu yang ada pada zaman itu adalah batu yang lunak. Ketika dibakar, semua cairan yang terkandung dalam batu itu menguap sehingga batu itu akan hancur menjadi debu. Karena itu Olok-olok ini: "apakah mereka akan menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar habis?" merupakan serangan mental yang berat terhadap semangat Nehemia dan kawan-kawannya.

Bagaimana respon Nehemia? Ia berdoa kepada Allah agar Allah sendiri yang membalikkan Olok-olok itu kepada Sanbalat dan sekutunya. Nehemia tidak beragumentasi dengan Allah tentang panggilannya sebab ia yakin bahwa Allah dapat memimpin kepada keberhasilan. Keberhasilan inilah yang akan membungkam semua Olok-olok. Mereka tetap teguh melaksanakan pekerjaan mereka. Namun serangan tidak berhenti sampai di sini. Ketika Olok-olok tidak dapat melemahkan semangat orang Yahudi bahkan pekerjaan mereka semakin menampakkan kemajuan yang berarti (ay. 7), Sanbalat dan sekutunya mulai mengadakan serangan secara fisik. Nehemia menghadapi serangan ini dengan cara yang sama yaitu berdoa, keteguhan, dan kesiapan fisik maupun mental.

Jangan meragukan atau mempertanyakan penyertaan Allah ketika kita menghadapi banyak kesulitan, serangan, dan masalah dalam pelayanan ataupun pekerjaan kita. Masalah dan kesulitan akan selalu ada. Hanya dengan doa, keteguhan hati, dan kesiapan untuk terus bekerja, yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang sudah Allah sediakan bagi kita.


Bersabar
Kesabaran seharusnya menjadi ciri setiap orang percaya yang berusaha melakukan kehendak Allah. Sifat yang baik ini diungkapkan John Wooden dalam bukunya They Call Me Coach (Mereka Memanggilku Pelatih). Sang pengarang yang pernah menjadi kepala pelatih bola basket di UCLA selama beberapa tahun itu mengatakan, "Dalam permainan, sudah menjadi falsafah saya bahwa kesabaran akan menang. Yang saya maksudkan adalah bersikap sabar dalam mengikuti rencana permainan kita.

Jika kita sungguh-sungguh melakukannya, kita akan melemahkan lawan dan mengalahkan mereka. Namun bila kita lepas dari gaya permainan kita, dan memainkan gaya mereka, berarti kita dalam masalah. Dan bila kita membiarkan emosi lebih banyak mengatur permainan daripada pikiran sehat, kita tidak akan berhasil. Saya selalu mengingatkan tim kami, 'Mainkan permainanmu.

Dan akhirnya, bila kamu memainkan permainanmu, tetap pada gayamu, hasilnya akan terlihat di akhir pertandingan! Ini bukan berarti kita pasti dapat mengalahkan lawan, tetapi yang pasti kita tidak akan membuat diri kita kalah.

Tuhan mengatakan, "Lakukanlah apa yang benar dan percayalah pada-Ku. Sekalipun keadaan begitu buruk hingga seolah-olah engkau akan kalah, tetapi lakukanlah kehendak-Ku dan serahkan hasilnya pada-Ku. Aku berjanji bahwa pada akhirnya kau akan menjadi pemenang." Strategi semacam itu tidak hanya mencegah kita untuk tidak menyebabkan kekalahan bagi diri sendiri, tetapi juga akan memimpin kita pada kemenangan yang besar!

KITA TAK AKAN KALAH
BILA TETAP MENGIKUTI RENCANA PERMAINAN
TUHAN.

#Salam_WOW

Sabda Bina Diri (Hari ke 273) Selasa, 22 Mei 2018, Nehemia 3:1-15

KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Kepemimpinan partisipatif adalah persamaan dan saling berbagi antara pimpinan dengan anggota, dalam memecahkan masalah.

Partisipasi
Pemandangan yang sangat mengesankan dapat kita lihat dalam  pembangunan kembali tembok Yerusalem, yaitu partisipasi yang tinggi dari kelompok masyarakat yang beraneka ragam. Para pemuka agama maupun pemuka masyarakat melibatkan diri secara langsung (ay. 1, 9, 12, 16). Berbagai profesi terlibat dalam pembangunan itu seperti tukang emas dan juru rempah-rempah. Bukan hanya kaum laki-laki, tetapi kaum perempuan pun ikut menyumbangkan tenaganya (ay. 12).

Pembagian tugas dilakukan dengan jelas. Banyak rencana indah tidak berhasil dilaksanakan atau tidak mencapai tujuan karena tidak adanya pembagian tugas yang jelas. Catatan yang rinci pada pasal ini membuktikan bahwa pembagian tanggung jawab diberi perhatian yang sungguh-sungguh. Adanya sikap bijaksana dalam penentuan tugas masing-masing nampak dalam pemberian tanggung jawab kepada beberapa orang untuk memperbaiki tembok di depan rumahnya, nampak disini unsur efisiensi.

Partisipasi yang tinggi ini terjadi karena kepemimpinan yang efektif dari Nehemia. Ia membentuk tim dan memberi tanggung jawab yang spesifik. Pemberian nama tiap tim memperlihatkan kepedulian Nehemia untuk memberi kredit terhadap hasil kerja yang dicapai oleh tiap tim. Ia juga mengorganisasi tim kerja berdasarkan beberapa alasan. Beberapa tim dibentuk karena kedekatan tempat tinggal, yang lain berdasarkan keluarga, status sosial, maupun profesi. Selain itu Nehemia mampu memotivasi mereka untuk bekerja dengan tujuan dan komitmen yang sama.

Kepemimpinan
Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store di London yang merupakan salah satu Department store terbesar di dunia. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan mengembangkan pola kepemimpinan partisipatif  dan bukan menjadi "Boss".

Apa perbedaan antara Pemimpin dengan Boss?

Seorang boss mempekerjakan bawahannya;
tetapi seorang pemimpin mengilhami mereka.

Seorang boss mengandalkan kekuasaannya;
tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemauan baiknya.

Seorang boss menimbulkan ketakutan;
tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih.

Seorang bos mengatakan AKU ;
tetapi seorang pemimpin mengatakan KITA.

Seorang boss menunjuk siapa yang bersalah;
tetapi seorang pemimpin menunjuk apa yang salah.

Seorang boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan;
tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya

Seorang boss menuntut rasa hormat;
tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat.

Seorang boss berkata: “Pergi”...! ;
tetapi seorang pemimpin berkata: ”Mari kita pergi”.

Ketika Yesus membasuh kaki murid murid-Nya Ia bertanya, "Mengertikah kamu apa yang telah Ku perbuat kepadamu?" Yesus adalah Guru dan Tuhan kita. Kata Guru dan Tuhan menunjukan bahwa Yesus ada pada level yang lebih tinggi dari pada murid muridNya karena Ia tidak hanya mengajari atau memerintah mereka dengan kata kata tetapi Ia memberikan contoh terlebih dahulu bagaimana seharusnya melakukannya.

Jadilah seorang Pemimpin yang mengembangkan sikap Kepemimpinan Partisipatif, bukan seorang Boss.

ADAKAH YANG HARUS DIUBAH ATAU DIPERBAIKI DALAM GAYA KEPEMIMPINAN MAUPUN DALAM PARTISIPASI KITA? APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?

#Salam_WOW

Sabda Bina Diri (Hari ke 272) Senin, 21 Mei 2018, Nehemia 2:6-10

LAKUKAN PERUBAHAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Kemajuan, merupakan kata yang merdu,
tetapi perubahanlah penggeraknya
dan perubahan mempunyai banyak musuh.

Membangun
Permaisuri ini adalah Damaspia (ay. 6). Mungkin permaisuri ini ikut mempengaruhi Artahsasta agar mengabulkan permohonan Nehemia. Nehemia tetap tinggal di Yerusalem selama dua belas tahun dan sesudah itu kembali kepada raja selama beberapa tahun.

Dalam pada itu, dikeluarkannya surat-surat ini beserta wewenang untuk membangun kembali Yerusalem dan tembok-temboknya, hampir dapat dipastikan merupakan ketetapan untuk memulihkan dan membangun kembali Yerusalem yang akan mengawali tujuh puluh kali tujuh masa yang dinubuatkan (ay. 7). Anak kalimat pada ayat 8: “Untuk tembok kota dan untuk rumah yang akan kudiami” (ay. 8), dimaksudkan sebagai kubu pertahanan yang dibangun untuk melindungi Bait Suci dan menghadap ke bagian barat taut pelataran Bait Suci.

Sanbalat orang Horon (ay. 10), mungkin dia berasal dari Bet-Horon Atas atau Bawah yang terletak sekitar delapan mil di sebelah barat laut Yerusalem. Sebuah papirus Elefantin menyebutkan bahwa putra-putranya menjabat sebagai gubernur di Samaria pada tahun 408 sM. Tobia, orang Amon, pelayan itu. Mungkin dia adalah mantan budak di Amon, atau mungkin seorang pelayan raja Persia.


Perubahan
Ketika Ella Tryon yang berusia 7 tahun dirawat di rumah sakit 2016 lalu, ia mengalihkan kebosanannya dengan mewarnai. Sejak saat itu ia mengumpulkan krayon untuk memastikan pasien muda di seluruh negeri bisa berbagi kegembiraan.

"Saya suka ketika kalian bisa menemukan sesuatu dalam imajinasi kalian dan menggambarkannya di selembar kertas" kata Ella.

Dengan bantuan ibunya, Ella memutuskan untuk membuat rumah sakit itu penuh warna seperti namanya. Dengan proyeknya yang dinamakan 'Color Me A Rainbow', dia mulai meminta sumbangan dari mulut ke mulut dan media sosial. Pada bulan Oktober, dia menyerahkan 13.132 kotak krayon dan 254 buku mewarnai yang disumbangkan dari seluruh negeri.

Ella juga memiliki impian besar. Dia ingin menyumbangkan 1.000 kotak krayon ke rumah sakit setiap anak di Amerika dan merencanakan pengiriman 5.000 kotak khusus ke Rumah Sakit Penelitian St. Jude Children di Memphis, Tennessee. 

Nah, setelah dia sampai di rumah sakit setiap anak di negara ini, dia berencana untuk memulai lagi dan menyumbang lagi karena akan selalu ada pasien baru yang membutuhkan. "Saya ingin membantu sebanyak mungkin orang sesering mungkin," kata Ella. 

"Dan aku tidak akan berhenti!"
Tekadnya.

Sama seperti Nehemia yang mengumpulkan kayu-kayu untuk membuat perubahan bagi Yerusalem. Ella pun mengumpulkan barang-barang yang nampaknya tak berharga, tapi mendatangkan perubahan besar dalam hidupnya dan hidup anak-anak sakit lainnya. Kita pun selayaknya mengadakan perubahan bagi lingkungan dan diri kita sendiri dengan apa saja yang nampak tak berharga tapi sangat berharga di mata Tuhan.

BANYAK ORANG CENDERUNG MEMILIH UNTUK MENGGANTI PEKERJAANNYA, PASANGANNYA, DAN TEMAN-TEMANNYA. TAPI TIDAK PERNAH MEMPERTIMBANGKAN UNTUK MENGUBAH DIRINYA SENDIRI.

#Salam_WOW

Sabda Bina Diri (Hari ke 271) Sabtu, 19 Mei 2018, Kisah Para Rasul 9:26-31

KEBEBASAN SEJATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th


Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai. Tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang lain.
(Nelson Mandela)

Bacaan kita hari ini adalah penggambaran Lukas terhadap perjalanan pertobatan Paulus yang sebelumnya bernama Saulus menuju kebebasan sejati.


Saulus sang pendosa
Ketika Saulus kembali ke Yerusalem, dia tidak dapat bergabung dengan teman-teman Yahudinya yang dulu (ay. 26) dan beberapa orang Kristen yang tertinggal di kota itu curiga bahwa pengakuan iman Saulus mungkin hanya alasan untuk melanjutkan penganiayaan terhadap gereja. Sementara itu, Barnabas mungkin sudah mengenal Paulus sebelumnya atau dia adalah orang yang memiliki pandangan yang tajam, sebab dia mengetahui kesungguhan Saulus dan memperkenalkannya kepada rasul-rasul (ay. 27). Rasul-rasul yang masih tertinggal di Yerusalem ketika itu hanyalah Petrus dan Yakobus, saudara Yesus.

Dalam pada itu, Saulus sekarang sibuk dengan pelayanan Injil di Yerusalem (ay. 28-29). Pelayanannya belum menjangkau di luar ibu kota ke wilayah Yudea. Dia memusatkan perhatiannya terutama kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Saulus lolos dari kematian hanya karena pertolongan saudara-saudara Kristennya, yang membawanya ke kota pelabuhan Kaisarea (ay. 30) dari mana dia berlayar ke kota kelahirannya Tarsus di Kilikia. Lukas selanjutnya melukiskan pertumbuhan. baik jumlah maupun rohani, dari jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria (ay. 31).

Gereja menunjukkan pertumbuhannya yang hebat justru karena dianiaya. Alkitab menyaksikan kebebasan sejati seorang pendosa bernama Saulus,  untuk kita semua, secara luar biasa.


Bebas
Spartakus bukan sekadar tokoh film yang melegenda, ia juga seorang tokoh sejarah. Para sejarawan mengatakan bahwa ia mungkin seorang prajurit Roma yang kabur, lalu ditangkap kembali, kemudian dijual dalam sistem perbudakan sebagai seorang gladiator.

Semasa di sekolah gladiator di Capua, Spartakus memimpin sebuah pemberontakan. Aksi pembelotan ini menarik perhatian sejumlah besar budak, yang berkembang menjadi sekitar 70.000 budak. Mulanya, pasukan budak Spartakus mengalami kemenangan-kemenangan yang spektakuler. Namun akhirnya mereka kalah, dan para pemberontak yang tertangkap disalibkan di sepanjang jalan ke Roma.

Pengalaman Rasul Paulus sangat berbeda dengan Spartakus. Saulus dari Tarsus (dikenal juga sebagai Paulus) dilahirkan sebagai orang bebas, namun ditetapkan menjadi “budak”.  Sudah ditetapkan bahwa Saulus harus berhadapan muka dengan muka dengan Sang Juru Selamat yang ingin ia lawan. Sejak saat itu, ia melayani Yesus dengan sepenuh hati.

Spartakus dipaksa untuk melayani seorang majikan Roma. Namun Paulus, sebagai respons atas anugerah Allah, bersedia menjadi “budak” bagi Yesus Kristus.

Di dalam hati orang percaya berkecamuk peperangan rohani antara dosa dan kebenaran. Kita dapat menaati sang majikan dosa, atau kita berkata ya kepada Allah Sang Pemberi anugerah yang telah membebaskan kita. Kebebasan terbesar kita terletak dalam pelayanan kepada Dia yang menciptakan dan menebus kita.

KEBEBASAN SEJATI DITEMUKAN
DALAM PELAYANAN KEPADA KRISTUS.

#Salam_WOW