Rabu, 17 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 154) Kamis, 18 Januari 2018, Yohanes 6:16-21

BERSAKSILAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Penyertaan Tuhanlah yang menentukan keberhasilan langkah saudara hari ini.

Menjadi Takut
Setelah Yesus memenuhi kebutuhan orang banyak dengan memberi makan lima ribu orang pada bacaan sebelumnya (ay. 1-15), sekarang memenuhi kebutuhan para murid-Nya, yang dilanda badai di danau pada malam hari. Tanpa Yesus, tetapi tampaknya menunggu Dia untuk datang bergabung dengan mereka (ay. 17), para murid menuju ke Kapernaum. Keadaan hari yang sudah gelap kini ditambah lagi dengan kekhawatiran akan angin kencang dan danau yang bergelora. Waktu itu mereka sudah mendayung selama sekitar tiga sampai lima kilometer jauhnya dari pantai.

Di tengah perjalanan mereka melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kembali Yesus bersaksi melalui perbuatan dan bukannya perkataan. Melihat Yesus berjalan di atas air, mereka menjadi takut (ay. 19). Mereka menjadi takut bukan karena menghadapi danau yang sedang bergelora karena angin kencang. Mereka takut karena melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka takut karena melihat Yesus mendemonstrasikan ke-Allahan-Nya. Yesus berjalan di atas air bukan karena hendak menyelamatkan mereka dari danau yang sedang bergelora. Yesus berjalan di atas air karena ingin bersaksi bahwa Ia adalah Anak Allah.

Menjadi terdiam
Ketika Yesus sudah dekat, Ia berkata kepada mereka, "Aku ini, jangan takut" (ay. 20). Dalam bahasa Yunani frasa "Aku ini" adalah terjemahan dari `ego eimi'. Kombinasi frasa ini dengan perintah untuk tidak takut mengungkapkan ke-Allahan Yesus. Melihat Yesus berjalan di atas air dan mendengar kalimat Yesus yang biasa muncul dari mulut Allah, murid-murid tidak memberikan respons apa pun.

Mereka tetap membisu. Tidak jelas kepada kita apakah iman mereka semakin dalam melihat penyataan diri Yesus yang luar biasa. Di samping kedua hal ini, murid-murid juga mengalami mukjizat yang lain. Perahu mereka seketika tiba di tempat tujuan (ay. 21). Meski mengalami empat bentuk kesaksian (memberikan makan, berjalan di atas air, frasa ego eimi, dan tiba seketika), murid-murid tidak secara jelas mengungkapkan iman mereka.

Janganlah seperti murid yang ‘terdiam’ melihat kuasa-Nya. Tetapi responlah dengan sikap iman dan sikap hidup yang benar. Jangan terdiam. Bersikaplah lalu bersaksilah.

KEMURAHAN TUHAN LEBIH DARIPADA HIDUP.
HIDUP PASTI TIDAK ADA JIKA KEMURAHAN TUHAN ABSEN.
DIA CURAHKAN KEMURAHAN-NYA PADA SEMUA KITA HARI INI.

#Salam_WOW

 Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611





Sabda Bina Diri (Hari ke 154) Rabu, 17 Januari 2018, Yoh. 5:9b-18

IMANMU BUKAN HARI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kalau sesuatu layak dilakukan, itu layak untuk dilakukan dengan baik.

Salah kaprah 
Nas kita kali ini berbicara hal lain dari yang seringkali Yesus lakukan. Dalam hal menyembuhkan, Yesus menyembuhkan sebagai tanggapan terhadap iman seseorang. Akan tetapi, dalam bacaan ini Yesus menyembuhkan tanpa ada unsur iman; Ia hanya berkata dan orang itu sembuh (ay. 9).

Dalam pada itu, pada ayat 10 - 13, digambarkan bahwa dengan cepat penyembuhan tersebut menjadi pokok perdebatan, karena dilaksanakan pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi, dalam hal ini bukan orang-orang biasa, tetapi para pemimpin mereka. Rupanya mereka melihat orang itu berjalan ke rumahnya sambil membawa tilam. Peristiwa ini melanggar perintah untuk berhenti pada hari sabat.

Dalam keadaan bingung orang yang disembuhkan ini hanya dapat mengatakan bahwa Penolongnya yang menyuruhnya melakukan hal itu. Dia tidak bisa menyebut orang yang telah menyembuhkan dirinya karena dia tidak mengetahui nama-Nya, dan sekarang kelihatannya mustahil untuk mencari tahu sebab Yesus sudah pergi. Orang-orang Yahudi itu salah kaprah.

Kekinian
Dewasa ini pun orang mungkin disembuhkan menurut maksud Allah sekalipun mereka tidak beriman kepada Yesus. Alkitab mengajarkan bahwa ada tiga hubungan untuk iman yang menyembuhkan: 1) Iman dari penderita yang mau disembuhkan; 2) Iman orang lain untuk si penderita; dan 3) Iman dari seseorang yang diurapi untuk menyembuhkan. Sudahkan saudara mengimani dan mengamininya?

Bacaan kita memperlihatkan sebuah perspektif baru. Bukan melulu mukjizat yang dibuat Yesus, namun dampak dari perbuatan-Nya. Yesus kini harus berhadapan dengan orang Yahudi.

Di kalangan orang Yahudi, melakukan pekerjaan di hari sabat tidak dibenarkan. Lepas dari apa yang dipersoalkan, kita melihat bahwa tuduhan mereka terhadap Yesus ternyata keliru. Yesus tidak pernah bermaksud untuk meniadakan hari Sabat seperti yang dituduhkan kepada-Nya (ay. 18).

Pemahaman keliru tentang Sabat. Sabat diadakan bukan untuk menyusahkan, tetapi agar menjadi berkat. Orang Yahudi menambahkan banyak peraturan tentang Sabat yang pada awalnya tidak demikian, lalu akhirnya menyusahkan mereka sendiri.

Yesus adalah Tuhan atas Sabat. Di sini kita melihat bahwa Yesus bebas untuk melakukan pelayanan-Nya (ay. 17), apalagi yang diperbuat-Nya itu adalah perbuatan yang baik. Dia bukan pelanggar hukum Sabat. Di mana wewenang-Nya? Wewenang-Nya ada pada diri-Nya sendiri, sebab Ia adalah Tuhan atas segalanya termasuk Sabat.

JANGAN MENYEMBAH HARI. 
SEMUA HARI BAIK ADANYA. 
ASALKAN UNTUK PELAYANAN.


#Salam_WOW


Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak di jual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611