Selasa, 04 Juli 2017

Sabda Bina Diri – Rabu, 5 Juli 2017

(Kisah Para Rasul 10:25-33)

TULUS TAPI TAK BERLEBIHAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Cara terbaik menunjukkan hormat kepada Hamba Tuhan adalah memberi mereka kesempatan untuk menasihati kita dan kita mendengarkan mereka. Itu lebih dari cukup untuk menghormati mereka.

Jangan seperti hormat Kornelius kepada Petrus.

Bacaan kita menceritakan perbincangan dan penyambutan Kornelius terhadap Petrus. Penghargaan dan kehormatan yang tulus sekaligus tidak semestinya yang diberikan Kornelius kepada Petrus, ditunjukkan ketika Kornelius menyambut Petrus. Bukannya menyalami dan memeluknya sebagai sahabat, yang akan lebih disukai oleh Petrus, ia malah tersungkur di depan kakinya, ia menyembah Petrus (ay. 25).

Penolakan Petrus yang sopan sekaligus benar dan saleh atas kehormatan yang diberikan kepadanya ini, adalah tepat. Petrus membangunkan dia dan merangkulnya, dengan tangannya sendiri (meskipun ia tidak pernah menduga akan menerima kehormatan sebesar itu atau menunjukkan perhatian sebesar itu kepada seorang bukan-Yahudi yang tidak bersunat). Katanya, “Bangunlah, aku hanya manusia biasa saja (ay. 26), dan karena itu tidak boleh disembah seperti ini.

Begitupun sikap kita kepada Hamba Tuhan.

Menghormati, menghargai, dan mendukung, Hamba Tuhan, baik adanya. Apalagi bila tulus dilakukan. Tetapi diatas semuanya itu, janganlah berlebihan. Penghormatan yang berlebihan akan menjadi tak patut. Hamba Tuhan tidak selalu memberikan perintah yang benar. Karenanya, butuh dikoreksi. Butuh masukan dan diluruskan. Tidak selamanya Hamba Tuhan benar. Kadang mereka terpeleset. Sehingga butuh ketegasan mengoreksinya. Penghormatan yang berlebih terhadap Hamba Tuhan akan berdampak pada sungkannya kita memberi masukan.

Tokoh Perjanjian Lama Ayub dan Daniel mempunyai banyak kemiripan. Keduanya mengalami berbagai percobaan dan tantangan berat. Akan tetapi, keduanya juga memperoleh sukses besar berkat kehadiran Allah di dalam hidup mereka. Keduanya dipandang sebagai raksasa-raksasa iman, yang seorang karena kesabarannya dalam menanggung penderitaan, dan yang lain karena kesuciannya di tengah budaya yang najis.

Ayub dan Daniel mempunyai persamaan yang lain, yaitu masing-masing mempunyai tiga orang sahabat yang berarti. Akan tetapi, persamaan mereka berakhir di sini. Teman-teman Ayub menjadi duri dalam daging. Mereka justru menyalahkannya ketika ia membutuhkan belas kasih dan pendampingan. Pada saat Ayub bergumul dengan kehilangan dan kesedihan, Elifas, Bildad, dan Zofar tampaknya cenderung menambah kesakitannya daripada memberi pertolongan dalam kesengsaraannya.

Ketiga teman Daniel sangat berbeda. Ketika mereka bersama-sama ditangkap, Daniel dan sahabat-sahabatnya; Sadrakh, Mesakh, dan Abednego saling mendukung serta menguatkan dalam masa-masa sulit ini. Mereka berdiri bersama-sama untuk menghormati Allah dan berdoa, serta menolak untuk menyembah patung raja. Sahabat-sahabat seperti inilah yang dibutuhkan oleh para Hamba Tuhan!

Menghormati dengan tulus tapi tak berlebihan.

HORMATILAH PARA HAMBA TUHAN. JADILAH SAHABAT MEREKA. LAKUKAN DENGAN TULUS, TAPI JANGAN BERLEBIHAN. KARENA ITU TAK PATUT, SEBAB MEREKA HANYALAH MANUSIA BIASA.



Salam WOW