Minggu, 18 Juni 2017

Sabda Bina Diri , 19 Juni 2017 (1Kor. 7:17-24)

Senin, 19 Juni 2017

SUNAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Bersunat dalam rangka kesehatan adalah sah. Baik adanya.
Tapi, bersunat agar dikenanNYA, nanti dulu!

Contoh (ay. 18) yang diungkapkan oleh Paulus adalah mengenai bersunat atau tidak bersunat. Orang-orang Yahudi menekankan sunat sebagai wajib hukumnya. Apakah orang Kristen harus bersunat? Atau sebaliknya tidak perlu bersunat? Dalam hal ini, tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka. Perkenanan Tuhan tidak mengenal batas.

Sunat tak berhubungan dengan perkenan Tuhan.

Intisari nasihat Paulus (ay. 24): Hendaklah tiap-tiap orang tinggal di hadapan Allah dalam keadaan seperti pada waktu ia dipanggil, adalah bermaksud untuk mengatakan, apabila engkau dipanggil dalam keadaan tidak bersunat, tinggalah engkau dalam keadaan demikian. Dan engkau akan tetap dikenanNYA. Saat kita menanam padi, rumput ikut tumbuh, tetapi saat kita menanam rumput tidak pernah tumbuh padi. Ketika kita berbuat yang dikenan Tuhan, kita akan beroleh perkenan Tuhan.Ketika kita berbuat yang tidak dikenan Tuhan, kita tak akan beroleh perkenanNYA.

Sunat yang memotong lalu membuang bagian yang ‘kotor’ dari tubuh kita adalah sunat jasmani. Sunat yang memotong lalu membuang bagian yang kotor dari hati, pikiran dan jiwa kita adalah sunat rohani.

Namanya sunat hati.

Sunatlah hatimu yang dengki.  Pikiranmu yang selalu buruk dan kotor.  Sunatlah jiwamu yang kerdil dan hampa. Lakukan berulang setiap kali engkau merasa perlu melakukan sunat rohani.

Tapi, jangan lakukan sunat jasmani berulang, sebab akan fatal akibatnya.


Salam WOW