Selasa, 05 September 2017

Sabda Bina Diri - Senin, 4 September (Hakim-Hakim 11:34-40)


BERNAZAR: JANGAN TERGESA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Banyak orang berpikir bahwa Nazar adalah cara yang terbaik untuk mendapatkan pertolongan Tuhan. Tetapi dalam banyak kejadian Nazar seringkali berbalik menjadi “kutuk” bagi orang yang bernazar.

 “Tak mengenal” pria.

Pada bacaan kita, khususnya ayat 34, tertulis: “Tampaklah anaknya perempuan keluar menyongsong dia”. Mungkin Yefta mengharapkan seorang budak yang keluar pertama kali. Ingatan akan nazarnya dan kenyataan bahwa putrinya sendiri yang keluar mengubah sukacita atas kemenangan menjadi dukacita seorang ayah yang akan kehilangan anak tunggalnya. Bagi Yefta nazar itu harus dipenuhi, dan hal itu memang dilakukan olehnya (ay. 35). Di Israel mempersembahkan manusia dilarang keras, tetapi Yefta selama ini tinggal di wilayah pinggiran di mana ide-ide kafir berlaku.

Dalam pada itu, Putri Yefta bersedia memenuhi nazar ayahnya tanpa takut. Dia hanya meminta waktu dua· bulan (ay. 37) untuk menangisi kegadisan(nya) bersama teman-temannya. Dia memandang kematiannya sesaat lagi sebagai tragedi ganda: bukan hanya bahwa dirinya akan menjadi kurban bakaran yang dipersembahkan, tetapi juga bahwa dia harus mati sebagai seorang perawan karena belum menikah. Setelah lewat kedua bulan itu, kembalilah ia kepada ayahnya, dan ayahnya melakukan kepadanya apa yang telah dinazarkannya itu (ay. 39). Sesudah dua bulan berlalu, Yefta menepati nazarnya. Sekalipun sejumlah penafsir berpendapat bahwa keperawanan kekalnya itulah yang merupakan penggenapan dari nazar tersebut, nas tampaknya secara tidak meragukan menegaskan bahwa putri Yefta mati di tangan ayahnya.

Jangan tergesa.

Yefta bertindak konsekuen. Yefta bersikap konsekuen terhadap Allah. Dalam keadaan yang sangat mengharukan dan memilukan, ia tega bersikap ksatria. Ia membayar nazarnya. Jelas ada hal yang sulit kita pahami dalam peristiwa ini dalam konteks kita sekarang. Terutama dalam terang bahwa Allah menolak pengorbanan manusia dari manusia. Mungkinkah nazar Yefta itu harus kita anggap gegabah? Paling tidak sikap Yefta yang konsekuen yang patut kita kagumi.

Roh Tuhan menjadikan perkasa. Inilah yang diperlukan setiap pahlawan iman. Roh itu menyebabkan orang gagah berani, berserah kepada Tuhan, bahkan berani bernazar kepada-Nya. Keperkasaan rohani menyebabkan orang jadi perkasa jasmani. Di medan perang, dalam usaha, dalam pelayanan, dalam perjuangan rohani, terutama dalam peperangan rohani masa kini kita perlu kuasa dari Roh Tuhan. Bukankah kita ingin berkemenangan?

Jangan tergesa mengucap janji atau nazar. Allah menginginkan hati yang terbuka pada kehendak-Nya bukan yang meluap-luap oleh semangat diri sendiri. Mereka yang telah dirubah Tuhan, memiliki kepribadian yang berpendirian dan sifat istimewa. Menjadi ciptaan baru!

YANG LEBIH BAIK DARI PADA NAZAR ADALAH BERTOBAT. MENJADI ORANG YANG DIBENARKAN.

#Salam_WOW

Sabda Bina Diri - Selasa, 5 September (Hakim-Hakim 12:8-15)


SUKSESI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Berebut untuk menjadi pelayan-Nya. Meski tak mampu melayani. Tak ada ilmu melayani. Yang penting tenar menjadi pelayan-Nya. Tapi IA telah memanggil dan mengutusmu. Jangan lari dari tanggungjawab presbiterialmu.

Suksesi Israel.

Ini bacaan tentang Suksesi. “Sesudah Yefta, maka Ebzan dari Betlehem memerintah sebagai hakim atas orang Israel (ay. 8). Hanya tiga hal yang dikatakan tentang Ebzan ini, yaitu: tempat kelahirannya, tempat dia dikubur dan besar keluarganya. Mungkin yang dimaksudkan adalah Betlehem di Yehuda. Sesudah Ebzan, maka Elon orang Zebulon memerintah sebagai hakim atas orang Israel (ay. 11). Yang dapat diketahui dari hakim ini hanyalah nama, tempat kelahiran, tempat penguburan dan masa tugasnya sebagai hakim.

Selanjutnya, pada ayat 13, tertulis: “Sesudah dia, maka Abdon bin Hilel”. Abdon disebut sebagai orang Piraton, penduduk Piraton yang terletak di wilayah Efraim, mungkin sama dengan Fer'ata, sekitar enam mil di sebelah barat daya Sikhem. Abdon dikenal mempunyai empat puluh orang putra dan tiga puluh orang cucu laki-laki yang mengendarai tujuh puluh ekor keledai.

Suksesi kekinian.

Tidak disebutkan dalam bacaan apakah ada persoalan yang dihadapi oleh Yefta sehubungan dengan suksesi atau pergantian penguasa. Tidak ada ribut-ribut! Apakah kelebihan Yefta dibandingkan dengan para penerusnya? Mungkinkah Yefta menunjukkan kepemimpinan rohani lebih dari lainnya? Pada waktu kepemimpinan hakim-hakim Ebzan, Elan, Abdon  tidak ada catatan mengenai kekacauan, pemberontakan atau kerusuhan. Mungkinkah para pengganti ini diberkati oleh kehidupan rohani Yefta, hamba Allah itu? Semoga.

Kita hari-hari belakangan ini baru saja menyelesaikan perhelatan suksesi majelis jemaat periode 2012-2017. Telah terpilih dan telah dibina, bahkan, Majelis Jemaat periode 2017-2022. Kalau suksesi Israel adalah peralihan kekuasaan dari satu Hakim kepada Hakim lain, maka suksesi kekinian adalah peralihan pelayanan dari satu periode kemajelisan ke periode berikut dengan susunan personalia yang berbeda. Bacaan kita mengajarkan untuk tidak selalu ribut dan bertengkar apabila bersuksesi. Sukacita dan penuh damai sejahteralah suksesi yang kita jalani. Jangan ada dusta diantara kita.

SATU KEBIJAKAN KEPEMIMPINAN TERTENTU TAK SELALU AKAN COCOK BAGI SEGALA KEADAAN.

#Salam_WOW

SAAT TEDUH - Rabu, 6 September (Hakim-Hakim 13:8-24)

DIKENAN DIPAKAI-NYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Jangan sesali sesuatu yg telah berakhir, meskipun itu baik. Tanpa akhir tak akan pernah ada awal baru yg mungkin lebih baik. Awal yang baik adalah ketika engkau dipakai oleh Tuhan untuk melayani.

Nama malaikat tak terucapkan.

Sesudah pendahuluan umum yang melukiskan kehidupan sepanjang masa para Hakim, kepada kita disajikan serangkaian episode khusus. Setiap episode mengisahkan kemurtadan Israel dengan penghajaran oleh Allah sebagai akibatnya. Bacaan kita salah satunya.

Ketika Manoah diberi tahu mengenai kunjungan malaikat tersebut oleh istrinya (ay. 8), dia menginginkan pengarahan selanjutnya mengenai cara mempersiapkan kelahiran anak yang dijanjikan tersebut. Selanjutnya ayat 15 tertulis: “Perkenankanlah kami menahan Engkau di sini, supaya kami mengolah anak kambing bagi-Mu. Malaikat itu muncul kembali kepada istri Manoah yang kini mencari suaminya sehingga pasangan itu bersama-sama mendengarkan pengarahan yang pada dasarnya sama mengenai cara memelihara sang anak. Manoah berusaha menahan si orang asing itu untuk menunjukkan kepadanya keramahan yang sepatutnya.

Sementara pada ayat 16, Malaikat itu mengatakan kepada Manoah bahwa diri-Nya tidak akan memakan hidangan yang disediakan dan bahwa kurban bakaran harus dipersembahkan kepada Tuhan. Disamping itu, Malaikat itu mengatakan bahwa namanya tidak terucapkan (ay. 18), di luar kemampuan manusia untuk mendengar dan memahaminya. Sesudah itu Manoah mengambil seekor anak kambing dan kurban sajian, lalu dipersembahkannya kepada Tuhan di atas batu (ay. 19). Lalu diperbuat-Nya keajaiban. Sebuah kurban bakaran dan kurban sajian dipersembahkan kepada Tuhan. Manoah dan istrinya menyaksikan Malaikat itu melakukan keajaiban. Sedang nyala api itu naik ke langit dari mezbah, maka naiklah malaikat Tuhan dalam nyala api mezbah itu (ay. 20). Ketika asap pembakaran kurban naik ke langit, Malaikat itu rupanya naik bersama dengan asap tersebut hingga Manoah dan istrinya tidak bisa melihat-Nya lagi.

Dikhususkan agar layak dipakai-Nya.

Andaikata Tuhan tidak peduli, lengah atau pasif seperti berhala yang mati, habislah riwayat Israel. Empat puluh tahun lamanya mereka ditindas bangsa Filistin. Tetapi Tuhan Allah hidup dan mengendalikan sejarah. Ia sendiri yang menghajar mereka lewat orang Filistin. Ia setia kepada perjanjian-Nya. Lebih ajaib lagi, Ia memberkati istri Manoah yang mandul hingga mengandung bayi yang kelak akan menjadi hakim yang akan dipakai-Nya untuk melepaskan Israel dari orang Filistin.

Bertanya kepada Tuhan. Hati, pikiran, perasaan manusia tak sanggup memahami rencana Allah. Wajar bila mulanya Manoah kurang percaya akan kabar dari istrinya. Tepat pula bila Manoah memohon untuk berjumpa Tuhan dan meminta petunjuk tentang cara mendidik putranya itu kelak. Ketika Malaikat Tuhan itu menolak untuk makan dan tidak memberitahukan Nama-Nya yang kudus, jelas bahwa yang berbicara itu bukan makhluk tetapi Tuhan sendiri. Manoah dan istrinya harus menerima dengan iman yang taat semua petunjuk dan rencana-Nya.

Karenanya, akui ketidaktahuan kita dan bertanyalah kepada Tuhan. Bukankah Ia sumber hikmat? Berdoa dan memohonlah pada-Nya: Tuhan Tolong aku agar dikhususkan diriku agar aku layak Kau pakai untuk tujuan muliaMu.

KETIKA KITA TELAH MENCOBA SEGALANYA, KITA TELAH LAKUKAN SEMAMPU KITA, TAPI TAK JUGA BISA, SERAHKANLAH PADA TUHAN. BERDOALAH!

#Salam_WOW