Sabtu, 29 Juli 2017

Sabda Bina Diri - Minggu, 30 Juli 2017 (Titus 1:5-11)

SATUNYA HATI DAN TINDAKAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tiga hal penting dalam pelayanan adalah: Pengetahuan, antusiasme, dan integritas. Integritas adalah melakukan hal yang benar dalam pelayanan, ketika tidak ada orang yang melihat.
Tak ada celah diperguncingkan.

Bacaan kita menceritakan, tugas yang harus diselesaikan oleh Titus adalah menetapkan para penatua (ay. 5). Tentu tidak setiap orang dapat ditempatkan dalam pelayanan itu. Ada kualifikasi yang harus dipenuhi. Karakter dan moral harus berkualitas (ay. 6-7). Orang yang akan dipilih untuk menjadi penatua haruslah orang yang dinilai baik, dari segi perkataan (ay. 9) maupun perbuatan (ay. 8). Ia harus memiliki pemahaman iman yang benar agar dapat mengajar orang lain. Pemahaman itu akan memampukan dia juga untuk mempertanggung-jawabkan iman di hadapan musuh-musuh imannya (ay. 9). Selain kualifikasi diri, kehidupan rumah tangganya pun harus bisa menjadi panutan (ay. 6). Ini akan memperlihatkan bahwa kehidupannya di dalam rumah tangga tidak berbeda dengan kehidupannya di gereja. Pemimpin demikian membuat orang lain tak mungkin dapat mencari celah untuk memperguncingkan dia.

Satunya kata dan perbuatan, satunya hati dan tindakan.

Terkesan berat? Tidak juga! Sebenarnya yang diperlukan adalah integritas diri, yakni satunya kata dan perbuatan, satunya hati dan tindakan. Bila Kita dicalonkan untuk menjadi penatua atau diaken, jangan takut! Ingatlah bahwa banyak orang yang membutuhkan pelayanan Kita. Tuhan, niscaya akan menolong Kita. Bila Kita telah menjadi penatua atau Diaken, tetaplah teguh dalam panggilan Kita. Jangan menunggu siap baru melayani. Melayanilah, maka engkau akan disiapkan.
Suatu hari seorang karyawan diminta membuat laporan palsu di tempat kerjanya. Dengan alasan untuk menyelamatkan reputasi perusahaan dan menjaga agar klien tidak tahu bahwa perusahaannya telah menggelembungkan proyeknya. Pesan atasannya saat itu, "Klien tidak perlu tahu yang sebenarnya terjadi, karena jika mereka mengetahuinya, akan merugikan kita. Jadi kita perlu memberi mereka versi cerita yang lain."

Versi cerita yang lain itu tentu saja sama artinya dengan berbohong, dan karyawan tersebut ditugaskan untuk menjelaskan hal itu pada klien. Selama beberapa jam karyawan tersebut merasa tersiksa, ia harus membuat keputusan mengikuti apa yang diminta atasannya dan apa yang ingin ia lakukan sebagai seorang yang memiliki integritas.

Satu jam sebelum pertemuan dengan klien, ia akhirnya membuat keputusan. Ia menelepon atasannya dan mengatakan bahwa ia tidak bisa berbohong kepada klien, dan bahwa harus ada solusi, lebih baik jujur dalam mengatasi masalah tersebut. Setelah menutup telepon, ia tahu bahwa waktu pemutusan hubungan kerja sudah dekat. Benar saja, ia diminta untuk mencari pekerjaan lain karena ia dianggap tidak cocok dengan budaya perusahaan.

Integritas adalah sifat jiwa yang menunjukkan kesatuan yang utuh antara memiliki potensi dengan memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Integritas adalah Karakter yang harus dimiliki seorang pemimpin Gereja.

INTEGRITAS YANG SEJATI AKAN MENGHASILKAN BUAH DAN MANFAAT, BAIK BAGI DIRI SENDIRI MAUPUN BAGI ORANG LAIN. TAPI KEPALSUAN HANYA MENDATANGKAN KERUGIAN PADA AKHIRNYA.
 
#Salam_WOW