Jumat, 19 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 157) Minggu, 21 Januari 2018, Mazmur 11:1-7

NASIHAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Kegagalan bukanlah disaat seseorang jatuh,
tapi saat seseorang menolak bangkit.


Teguran bagi penasihat
Bacaan kita menjelaskan bahwa, nasihat para sahabat yang bermaksud baik ialah menggunakan jalan kebijaksanaan (ay. 1-2). "Pergilah ke gunung di mana ada banyak tempat untuk bersembunyi" merupakan cara dunia untuk lolos dari ancaman. Bahkan pada saat berhadapan dengan busur lawan yang sudah ditarik, pemazmur menegaskan bahwa harapannya adalah kepada Tuhan. Bukannya mengambil jalan yang mudah, pemazmur memilih untuk memakai jalan iman.

Sementara pada bagian lain Nas ini (ay. 3-7), ada frasa “Apabila dasar-dasar dihancurkan”, maksudnya disini adalah dasar-dasar Iman. Pemazmur sadar bahwa tindakan melarikan diri hanya berarti meruntuhkan iman dasarnya. Bagaimanapun juga, Allah berada dalam bait-Nya yang kudus, takhta-Nya ada di surga dan mata-Nya senantiasa melihat terus apa yang terjadi di bawah sini. Oleh karena itu, hukuman Allah pasti akan menimpa orang fasik seperti yang terjadi atas Sodom, sedangkan orang benar akan melihat wajah Allah.

Pemazmur menegur orang yang menasihati untuk lari atau berkompromi bila prinsip-prinsip alkitabiah sedang dipertaruhkan. Orang percaya yang setia akan berlindung pada Tuhan dan tetap berabdi kepada kebenaran sekalipun "dasar-dasar dihancurkan" dalam gereja dan masyarakat; hasilnya ialah bahwa "orang yang tulus akan memandang wajah-Nya".

Jangan ikut sembarang nasihat
Dikekinian hari ini, bila kita baca sepintas Nas kita ini, kita akan mendapatkan kesan bahwa pemazmur sangat sombong dan tidak mau menghargai nasihat orang lain yang memperhatikan dirinya. Namun bila kita merenungkan dengan seksama, pemazmur bukanlah sombong ataupun meremehkan nasihat orang lain, tetapi pemazmur dapat melihat motivasi dan prinsip yang tersembunyi di balik nasihat yang ia terima.

Ketika ia berlindung pada Tuhan, ia dinasihatkan untuk terbang ke gunung seperti burung. Artinya Tuhan digantikan dengan gunung sedangkan kemampuan Tuhan untuk melindungi digantikan dengan kemampuan pemazmur untuk terbang. Arti lebih jauh lagi adalah jangan bersandar kepada Tuhan namun bersandarlah kepada kemampuan diri sendiri dan kekuatan-kekuatan lain yang nampak seperti kekayaan yang kita miliki. Keraguan kepada Tuhan lebih ditiupkan lewat pemaparan betapa dahsyat dan dekatnya bahaya yang akan menyerang pemazmur.

Pemazmur dengan tegas menolak nasihat yang berlandaskan prinsip-prinsip yang salah. Ia berlindung kepada Tuhan sebab di sanalah dasar- dasar kehidupan orang percaya. Apa saja dasar- dasar kehidupan itu? Allah ada dan bukan sekadar ada, tetapi Ia berkuasa. Ia mengamati dan menguji apa yang dilakukan setiap manusia. Ia bukan Allah yang tidak memperdulikan kehidupan manusia, karena Ia adalah Allah yang kudus maka Ia membenci orang-orang yang berdosa, menghukum mereka, dan menghancurkan apa pun yang dimiliki. Orang benar akan memandang wajah-Nya dan mendapatkan kasih Allah. Dasar-dasar inilah yang memampukan orang benar untuk tetap bertahan walau serangan begitu dahsyat. 

Karena itu ketika kita sedang menghadapi masalah dan penderitaan, waspadalah ketika ada orang yang memberikan nasihat, sebab iblis mungkin dapat menggunakan orang itu untuk menggoyahkan Iman kita.

JIKA DASAR DASAR IMAN SUDAH TERBANGUN KARENA TUHAN
TIDAK AKAN ADA RINTANGAN YANG BISA 
MENGHENTIKAN SESEORANG MELAKUKAN SESUATU. 
JADIKAN TUHAN SEBAGAI PENASIHAT YANG UTAMA 
DAN (SEHARUSNYA) MENJADI SATU-SATUNYA PENASIHAT KITA.



#Salam_WOW 

NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611






Sabda Bina Diri (Hari ke 156) Sabtu, 20 Januari 2018, Yohanes 9:1-11

CELIK KARENA TAAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil 

Saat kita melakukan ketaatan saat itu pula kita sedang mempersiapkan diri mengalami sukacita besar.  

Bukan dosa tapi kemulian-Nya
Bacaan kita benderang menjelaskan, Yesus melihat orang yang buta sejak lahir (ay. 1). Kemudian para murid bertanya tentang orang itu (ay. 2). Pertanyaan para murid bersumber pada keyakinan bahwa cacat atau penderitaan jasmaniah disebabkan oleh dosa, mungkin dari orangtua atau dari orang itu sendiri. berdasarkan anggapan bahwa jiwa orang sudah ada sebelum dia dilahirkan secara jasmaniah, yaitu pandangan yang dianut oleh sebagian orang Yahudi. Yesus mengusir setiap pemikiran tentang dosa tertentu atau dosa orang tua sebagai penyebab suatu keadaan cacat dan Ia membuat orang berpikir dari suatu pendekatan yang sama sekali berbeda. Allah telah mengizinkan keadaan tersebut untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, karena kuasa-Nya akan dinyatakan di dalam kasus ini (ay. 3). Yesus mengajak murid-murid-Nya, kita harus bekerja. (ay. 4).  Yesus hendak menggunakan kebenaran tersebut terhadap mukjizat yang akan dilakukan (ay. 5). Pengolesan mata orang buta itu dengan tanah tidak diperlukan untuk kesembuhannya, tetapi dimaksudkan sebagai ujian yang berat terhadap imannya. Apakah dia akan taat? Yohanes menunjukkan makna simbolis pada nama dari kolam itu - Siloam (diutus). Mungkin nama itu bersumber pada "pengutusan" atau keluarnya air tersebut. Ketaatan menghasilkan penganugerahan penglihatan (ay. 7).

Dalam pada itu, pada bagian lain bacaan kita, orang yang selama ini dikenal sebagai pengemis - pekerjaan yang wajar untuk orang yang buta seperti dia - kini tampak begitu berbeda sehingga tidak dikenali. Siapakah orang ini? Pengakuannya tentang siapa dirinya mengakhiri semua dugaan (ay. 9). Pertanyaan berikutnya tentu saja berkenaan dengan cara ia disembuhkan. Dengan menahan setiap godaan untuk menambah-nambahkan kesaksiannya, orang yang sebelumnya buta itu dengan setia dan benar bercerita ulang tentang langkah-langkah kesembuhannya. Pertanyaannya yang ketiga juga tidak terelakkan. Siapakah yang telah mengolesi matanya dan menyuruh membasuhnya di kolam? Jawabnya adalah: Yesus! (ay. 10-11)

Ketaatan
Dewasa ini perdebatan dan penolakan kerap kita alami di gereja maupun di masyarakat. Tapi Yesus tidak. Tatkala Ia dan murid-murid-Nya berjumpa dengan seorang buta sejak lahir, murid-murid berdebat, Yesus bertindak mengadakan mukjizat, menyembuhkan si buta.. Tanpa membasuh mata di kolam Siloam pun sebenarnya Tuhan Yesus bisa mencelikkan mata si buta. Yang Yesus pentingkan dalam peristiwa ini adalah ketaatan. Ketaatan yang dibarengi rasa syukur kepada Tuhan memegang peranan penting, tidak hanya di saat kita membutuhkan pertolongan-Nya, tetapi di setiap saat. Mukjizat terjadi karena ketaatan terhadap firman Tuhan. Si buta yang celik matanya, mensyukuri pertolongan Tuhan. Ia tidak takut menghadapi orang-orang yang meragukan kesembuhan yang telah dialaminya.

Kita semua buta sebenarnya. Buta rohani. Untuk tidak menjadi buta, untuk menjadi CELIK, berdoalah memohon kepada Tuhan, begini: ” Ya, Tuhan, celikkanlah mata rohaniku untuk dapat setiap saat mensyukuri kasih-Mu kepadaku”. Lalu renungkan hal ini: Berbahagialah orang yang mempertahankan ketaatan karena percaya.

SUDAHI PERDEBATAN DAN PENOLAKAN. MULAILAH UNTUK TAAT.



#Salam_WOW


Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611