Kamis, 05 Januari 2017

Catatan Natal 2016: KESEHARIAN HIDUP ADALAH LITURGI AGUNG

Arak-arakan Mengingatrayakan


Natal tahun ini saya merayakannya di Yogya. Mulai dari 24 Desember Pagi sampai nanti 27 Malam kembali ke Jakarta, saya memaknainya sebagai sebuah ibadah. Ibadah Natal.

Arak-arakan mengingatrayakan perjumpaan dengan bayi Natal dalam tata tertentu, kita kenal sebagai ibadah ritual. mengingatrayakan perjumpaan dengan bayi Natal tersebut, apabila terjadi dalam kehidupan sehari hari, kita kenal sebagai ibadah aktual.

Ibadah itu terjadi dan diadakan dengan tata tertentu yang sedemikian, disebut dengan LITURGI.

Ada sedikitnya empat rumpun dalam sebuah liturgi di ibadah ritual: 1) Menghadap Tuhan; 2) Pelayanan Firman; 3) Jawaban Umat; 4) Pengutusan. Menghadap Tuhan terdiri dari: Votum, Nas pembimbing, Pengakuan dosa, Berita anugerah dan petunjuk hidup baru.
Sementara Pelayanan Firman terdiri dari: Doa Epiklese, Pembacaan Firman dan Khotbah. Dalam pada itu, Jawaban Umat adalah: Nyanyian sambutan, Pengakuan Iman Rasuli, Doa Syafaat dan Persembahan. Terakhir Pengutusan: Warta Jemaat, Amanat Pengutusan dan Berkat.
Sesungguhnya, LITURGI AGUNG itulah hidup keseharian kita.

Seperti pagi, 24 Desember kemarin lusa, kami sekeluarga bangun dengan nyanyian Suci-suci-suci. Lalu kami berkemas bersiap ke bandara menuju Yogya diiringi narasi Votum: Pertolongan kami ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Dan benar, kami tiba dengan tidak kurang suatu apa di Bandara.

Selesai check in, kami menuju kantin untuk sarapan. Ditengah kami sarapan, dibangku sebelah agak kebelakang, seorang bapak muda terdengar marah-marah kepada pelayan kantin: ‘Mbak ini nasi gorengnya terasa seperti makanan busuk’, ‘kok begini ya masakannya’? Saya tidak mendengar jawaban si mbak. Tapi saya menengok ke piring Bapak muda itu. Lha kok tandas nasi gorengnya? Apa benar busuk nasi goreng itu? Saya terheran-heran membatin di hati. Aha, ini liturgi pengakuan dosa. Hmmm…

Liturgi berlanjut, ketika pesawat take off, persis disebelah saya, seorang ibu tua bersama anak dan cucunya yang bayi, berdoa bersama dipimpin sang anak sambil mengendong bayinya. Selesai berdoa, mereka melakukan gerakan salib menggunakan tangan. Ya, mereka Katolik. Sementara itu, di belakang saya sekitar 2 baris, lamat-lamat terdengar Asma Alloh dikumandangkan mengiringi pesawat yang take off. Ah, sebuah liturgi menghadap Tuhan yang sungguh Agung.

Berita anugerah dan petunjuk hidup baru kami ejawantahkan setelah ibadah ritual malam Natal di GKJ Mergangsan, Taman Siswa, Yogyakarta dengan makan malam seluruh keluarga besar di Ikan Bakar Cianjur. Sebuah pengucapan syukur atas berkat yang Tuhan limpahkan bagi keluarga besar kami.

Pelayanan Firman akan saya kumandangkan pada besok siang 27 Desember. Adalah Trah Sastro Hadi Sadewo yang rutin tiap tahunnya mengadakan ibadah Natal. 3 Tahun terakhir ini saya pelayan Firmannya. Inipun sebuah Liturgi Agung, karena umat yang hadir dalam ibadah Natal tidak hanya Protestan dan Katolik saja melainkan Saudara-saudara kami yang Muslim pun hadir dan mengikuti ibadahnya. Sebuah hidup dan kehidupan yang Indah, bukan? Sebuah rumpun liturgi Jawaban Umat yang menginspirasi.

Akhirnya, Liturgi ditutup dengan, kembalinya kami ke Jakarta nanti 27 Desember malam. Pengutusan kami diiringi dengan narasi: “Pergilah, beritakanlah Bayi Natal yang baru lahir itu”. Arahkan hati dan pikirmu kepadaNYA, serta terimalah BerkatNYA: Kiranya Bapa yang pohon segala sejahtera, mau mengaruniakan sejahteraNYA, melalui Anaknya yang Tunggal, Tuhan Kita Yesus Kristus. Dan dengan perantaraan Roh Kudus, menyertai engkau dan seisi rumahmu serta seluruh handai taulanmu, mulai saat ini, sampai Maranatha.

Amin.

RSK
Yogyakarta, 26 Desember 2016