Minggu, 28 Januari 2018

BUKU KE 29

Akhirnya terbit juga walau lambat 45 hari dari waktu yang dijanjikan. Renungan-renungan yang saya tulis di Facebook sejak Juli 2017, saya pilih 116 buah diantaranya untuk menjadi buku ini.

Buku ini menggunakan hardcover sebagai teknik finishingnya. Ukurannya cukup besar (21 x 28 cm). Jumlah halamannya 304.

Tidak dijual bebas. Sila pesan disini atau inbox atau WA/SMS: 0818 0888 2611.
Harga 90.000,- (+Ongkir)




Happy Sunday All.

Seperti Senja, Perpisahan Itu Indah

Menjelang akhir tahun 2017, saya mengakhiri, tepat 25 tahun pelayanan saya sebagai Penatua. Saya telah nyelesaikan studi S2 Teologia. Apabila Tuhan berkenan saya rindu untuk melayani sebagai hamba-Nya di jabatan gerejawi lainnya. Banyak rekan sepelayanan yang bersedih karena saya mencukupkan tugas itu.

Perpisahan adalah awal dari sesuatu yang baru. Seperti Rajawali saat meninggalkan anak-anaknya. Seperti letupan pada buih, yang hentakannya melahirkan pencerahan yang terbekal bagi hari esok.
Tak perlu sedih, tak perlu kecewa. Seperti air yang selalu mengalir kebawah, perpisahan itu keniscayaan.

Meninggalkan dan ditinggalkan adalah bagian hidup seorang pelayan. Kelak, setiap orang akan meninggalkanmu. Atau justru, engkau yang akan meninggalkan mereka.
Selama masih didunia, tak ada kebersamaan abadi. Bumi selalu berputar. Seperti anak panah yang melesat, Anak panah itu akan berlari menuju sasaran. Dan busur bersiap lagi untuk melontarkan anak panah yang lain. Itulah hidup dan kehidupan. Itulah pelayanan.

Perpisahan pasti berbekas. Setap keratan dan sayatannya adalah hasil dari pisau tajam pelayanan yang mengukir lembut setiap jengkal tubuhmu. Terima dan renungkan hal itu. Kelak, karena perpisahan, engkau akan menjumpai bahwa setiap helai hatimu dan setiap lembar kisah pelayanannmu menjadi karya indah nan berwarna.

Bukankah benang sari harus meninggalkan tangkainya, lalu memeluk erat putik sari, untuk menjadi buah? Sama seperti senja yang indah, selalu hadir sebagai titik pisah antara siang dan malam. Begitupun perpisahan, ia sangat indah.

Mengapa?
Karena senja hanya berlaku singkat saja. Senja akan berangkat malam. Kemudian kita akan beristirahat memulihkan tubuh. Dan bangun esok pagi, dihari yang baru dengan semangat baru dan nafas kehidupan baru untuk memulai pelayanan yang baru diladang pelayanan yang lain. Ladang tuaian banyak, tapi pekerja sedikit. Selamat melayani. Tuhan memberkati pelayanan saudara.
Ini sehelai kisah layanku. Mana sehelai kisah layanmu?

JANGAN PERNAH MERASA SUDAH TIBA DIPUNCAK PELAYANANMU.
JANGAN. KARENA SETELAHNYA HANYA ADA JALAN TURUN. 
TAK ADA KATA “TURUN” DALAM PELAYANAN.

#Salam_WOW (Pkh. 12:10)

Kamis, 25 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 162) Jumat, 26 Januari 2018, Ayub 21:1-15

JANGAN MENGHAKIMI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Mengingatkan, sah.
Menghakimi, jangan.

Allah mengendalikan segala sesuatu
Bacaan kita separuh dari perikop Jawaban Ayub kepada Zofar (ay. 1-34). Para penuduh Ayub yang tidak melihat ketulusan Ayub telah menyangkal dan bukan menjelaskan penyebab penderitaannya. Namun karena harapan yang dimilikinya kini sudah lebih kuat, Ayub sanggup bangkit dari kekecewaannya terhadap mereka dan mulai mengambil alih pimpinan di dalam perdebatan itu. Telinga mereka yang terbuka memberikan lebih banyak penghiburan ketimbang mulut mereka yang terbuka (ay. 2). Kekuatan dari argumentasi Ayub akan menjadikan mereka semua bungkam (ay. 5).

Sementara itu, ketidakadilan yang nyata dalam kehidupan, sekalipun mendukung perkara Ayub, sangat menyulitkan dirinya justru karena Ayub mengakui bahwa Allah mengendalikan segala sesuatu (ay. 9). Merupakan petunjuk tentang integritas Ayub bahwa di dalam penderitaannya sekalipun Ayub tidak mau bertukar tempat dengan orang kaya yang fasik. Sekalipun demikian, Ayub tidak terlalu menghargai perlunya kasih karunia ilahi untuk tetap membiarkan umat manusia yang jatuh dalam dosa hidup di dunia ini. Selanjutnya, Ayub tidak memahami tujuan injili dari pemberian kasih karunia umum untuk dinikmati oleh orang tidak percaya.

Realitas yang rumit
Dewasa ini, kita harus memahami sebenarnya yang dapat menolong orang yang sedang dalam penderitaan adalah sahabat yang sedia sama menanggung dan mendengarkan, bukan mengecam dan menghakimi. Sama seperti Ayub yang terus terang menyatakan bahwa hatinya "terhenyak" oleh ketiadaan empati para sahabatnya itu, begitupun yang kita alami di kekinian pelayanan kita. Karena inti kecaman rekan sepelayanan berkisar di dua hal: bahwa masalah dalam pelayanan adalah akibat dosa dan bahwa itu berasal dari Tuhan yang menghukum, kini seperti Ayub kita dapat membantah di sekitar dua hal itu pula.

Daripada mendukung kesimpulan bahwa Allah menghukum orang berdosa, sama seperti Ayub, kita dapat mengajukan fakta-fakta tentang orang berdosa yang justru tidak sedikit pun memperlihatkan adanya hukuman Tuhan atas hidup mereka. Berlawanan dari pendapat Zofar yang mengatakan bahwa orang berdosa akan mati muda, ternyata mereka panjang umur bahkan semakin uzur semakin bertambah kuat (ay. 7). Keturunan mereka bukannya menderita, tetapi bertambah-tambah dan berhasil (ay. 8). Mereka tidak merana miskin, tetapi ternak mereka berkembang biak dan membuat mereka semakin kaya (ay.10-11). Bahkan sebaliknya dari mengalami penderitaan dan ketidakbahagiaan, hidup mereka penuh dengan keceriaan perayaan (ay. 12-13).

LANGKAH PERTAMA MENYELESAIKAN MASALAH 
DALAM PELAYANAN ADALAH DENGAN TIDAK MENGHAKIMI TERLEBIH DAHULU.



NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611



Rabu, 24 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 161) Kamis, 25 Januari 2018, Pengkhotbah 9:1-12

BERBAHAGIA TIAP RUMAH TANGGA II
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Diantara ‘b’ dan ‘d’ terdapat ‘c’.
Diantara Birth dan Death terdapat Choice.
Hidup adalah pilihan.
Selama hidup, pilihlah hidup di dalam Tuhan.

Negeri segala lupa
Bacaan kita mengajarkan, baik kasih maupun kebencian, manusia tidak mengetahui apapun yang dihadapinya (ay. 1). Frasa sulit ini lebih baik dipahami sebagai merujuk kepada Allah. Tidak seorang pun mengetahui apakah perbuatan benarnya akan mendapatkan kasih atau kebencian dari Allah. Pada bagian lain di ayat 5, pengkhotbah bertutur: “Tak ada upah lagi bagi mereka”. Manusia yang hidup dapat menerima upah, yaitu sedikit keuntungan dari hasil kerja kerasnya di bumi, sementara sekadar kenangan sekalipun kepada orang yang mati tidak ada lagi.

Dalam pada itu, pada ayat 10, penulis kitab ini menyampaikan, sekelompok kata yang membentuk anak kalimat: “Dalam dunia orang mati”. Bangsa Ibrani kuno menganggap dunia orang mati adalah sebuah lubang jauh di bawah bumi, di mana orang mati tinggal Secara seragam itu digambarkan sebagai tempat sementara baik untuk orang benar maupun orang fasik setelah mereka mati; di situ belum ada hukuman atau upah. Itu adalah "negeri segala lupa" dan kegelapan, di mana manusia hidup sebagai replika bayangan dari diri mereka sebelumnya. Inilah salah satu dari pernyataan paling keras dalam Perjanjian Lama mengenai kehampaan dalam dunia orang mati. Sehingga lahirlah sebuah kesimpulan yang salah, bahwa mengingat tujuan akhir Allah tidak diketahui sebab diasumsikan tidak ada alam baka (9:1-10) dan lamanya kehidupan ini tidak pasti (9:11-16), maka tindakan yang bijaksana ialah menikmati kehidupan sekarang ini.

Pilihan itu
Di kekinian, seharusnyalah kita menyadari, di balik kesimpulan sementara yang tidak pas diatas, bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang satu hal berharga dalam hidup: pernikahan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti.

Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ay.  9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan.

MEMELIHARA KASIH DAN MENGOBARKAN CINTA DARI WAKTU KE WAKTU, 
DALAM HIDUP PERNIKAHAN, 
ADALAH PILIHAN HIDUP YANG BERKENAN KEPADA-NYA.


#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini bersumber pada buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611






Sabda Bina Diri (Hari ke 158) Selasa, 22 Januari 2018, Yesaya 45:14-19

AKU BERSERAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Jangan takut jangan kuatir.
Serahkan pada-Nya segala susahmu.
Dia hidup dan tak kan terlelap.


Supaya kosong

Bacaan kita hari ini mengajarkan bahwa, harinya akan tiba ketika semua bangsa akan mengakui bahwa Allah Israel adalah satu-satunya Allah dan Israel tidak akan dipermalukan lagi. Bangsa-bangsa di Selatan Israel akan tunduk oleh kuasa kebenaran Allah, dan karenanya dipaksa mengakui TUHAN sebagai satu-satunya Allah sejati.  Setelah meninggalkan penyembahan berhala (ay. 16), mereka akan mengerti bahwa Allah hanya dapat dikenal melalui penyataan khusus dari Kitab Suci. Dalam Jangka panjang sejarah akan membuktikan bahwa kebenaran Allah dipercayakan kepada Israel sesudah semua agama lain dan filsafat-filsafat tidak lagi dipercayai (ay. 14). Melalui Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru Allah. menyingkapkan bahwa Ia mempunyai suatu maksud yang bijaksana waktu menciptakan bumi ini sebagai tempat untuk didiami manusia.

Sementara di ayat 18 Yesaya menulis tentang  “Supaya kosong”. Sebaiknya frasa ini diterjemahkan suatu kekacauan. Sehingga bunyinya, "Ia menciptakannya bukan sebagai suatu kekacauan. Tuhan tidak membiarkan umat manusia dengan kesimpulan-kesimpulan tanpa harapan mereka sendiri, tetapi telah berbicara kepada umat perjanjian-Nya lewat penyataan-penyataan yang jelas dan memadai dalam Kitab Suci, bahwa mereka bisa mengetahui secara pasti bagaimana agar memiliki hubungan yang menyelamatkan dengan Dia.

Serahkan diri utuh

Saat ini kita melihat, dipakai-Nya Koresy sebagai alat pembebas bangsa Israel dari tekanan bangsa-bangsa lain, menimbulkan pertanyaan. Siapakah manusia yang dengan sombong meragukan keberadaan Allah sehingga berani mempertanyakan kebenaran dan kedaulatan-Nya? Tak seorang pun dapat mengenal Allah dengan usahanya sendiri. Sebagai makhluk ciptaan-Nya, jelaslah bahwa keberadaan manusia jauh di bawah kebesaran dan kemuliaan Allah Sang Pencipta. Untuk itulah Allah menyatakan bahwa yang diperbuat-Nya adalah mutlak kedaulatan-Nya.

Tidak mudah bagi manusia, dengan telanjang mata memahami rencana Allah. Namun ketika Allah menyatakan bahwa semua yang dilakukan-Nya itu untuk kebaikan umat-Nya, seharusnya dengan mata iman umat mengerti bahwa itu adalah pernyataan kedaulatan-Nya. Yang diminta dari umat Kristen masa kini adalah percaya bahwa semua rancangan Allah yang agung dan mulia adalah untuk kebaikan dan keselamatan umat-Nya. Karena itu percaya dan serahkanlah diri utuh kepada Sang Khalik!

HIDUP TAK SELALU INDAH.
TAPI BIARKANLAH YANG INDAH ITU SELALU TETAP HIDUP.
SERAHKAN SEGALA KUATIRMU PADA-NYA.
NISCAYA TETAP INDAH HIDUPMU.



#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak di jual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611 



Jumat, 19 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 157) Minggu, 21 Januari 2018, Mazmur 11:1-7

NASIHAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Kegagalan bukanlah disaat seseorang jatuh,
tapi saat seseorang menolak bangkit.


Teguran bagi penasihat
Bacaan kita menjelaskan bahwa, nasihat para sahabat yang bermaksud baik ialah menggunakan jalan kebijaksanaan (ay. 1-2). "Pergilah ke gunung di mana ada banyak tempat untuk bersembunyi" merupakan cara dunia untuk lolos dari ancaman. Bahkan pada saat berhadapan dengan busur lawan yang sudah ditarik, pemazmur menegaskan bahwa harapannya adalah kepada Tuhan. Bukannya mengambil jalan yang mudah, pemazmur memilih untuk memakai jalan iman.

Sementara pada bagian lain Nas ini (ay. 3-7), ada frasa “Apabila dasar-dasar dihancurkan”, maksudnya disini adalah dasar-dasar Iman. Pemazmur sadar bahwa tindakan melarikan diri hanya berarti meruntuhkan iman dasarnya. Bagaimanapun juga, Allah berada dalam bait-Nya yang kudus, takhta-Nya ada di surga dan mata-Nya senantiasa melihat terus apa yang terjadi di bawah sini. Oleh karena itu, hukuman Allah pasti akan menimpa orang fasik seperti yang terjadi atas Sodom, sedangkan orang benar akan melihat wajah Allah.

Pemazmur menegur orang yang menasihati untuk lari atau berkompromi bila prinsip-prinsip alkitabiah sedang dipertaruhkan. Orang percaya yang setia akan berlindung pada Tuhan dan tetap berabdi kepada kebenaran sekalipun "dasar-dasar dihancurkan" dalam gereja dan masyarakat; hasilnya ialah bahwa "orang yang tulus akan memandang wajah-Nya".

Jangan ikut sembarang nasihat
Dikekinian hari ini, bila kita baca sepintas Nas kita ini, kita akan mendapatkan kesan bahwa pemazmur sangat sombong dan tidak mau menghargai nasihat orang lain yang memperhatikan dirinya. Namun bila kita merenungkan dengan seksama, pemazmur bukanlah sombong ataupun meremehkan nasihat orang lain, tetapi pemazmur dapat melihat motivasi dan prinsip yang tersembunyi di balik nasihat yang ia terima.

Ketika ia berlindung pada Tuhan, ia dinasihatkan untuk terbang ke gunung seperti burung. Artinya Tuhan digantikan dengan gunung sedangkan kemampuan Tuhan untuk melindungi digantikan dengan kemampuan pemazmur untuk terbang. Arti lebih jauh lagi adalah jangan bersandar kepada Tuhan namun bersandarlah kepada kemampuan diri sendiri dan kekuatan-kekuatan lain yang nampak seperti kekayaan yang kita miliki. Keraguan kepada Tuhan lebih ditiupkan lewat pemaparan betapa dahsyat dan dekatnya bahaya yang akan menyerang pemazmur.

Pemazmur dengan tegas menolak nasihat yang berlandaskan prinsip-prinsip yang salah. Ia berlindung kepada Tuhan sebab di sanalah dasar- dasar kehidupan orang percaya. Apa saja dasar- dasar kehidupan itu? Allah ada dan bukan sekadar ada, tetapi Ia berkuasa. Ia mengamati dan menguji apa yang dilakukan setiap manusia. Ia bukan Allah yang tidak memperdulikan kehidupan manusia, karena Ia adalah Allah yang kudus maka Ia membenci orang-orang yang berdosa, menghukum mereka, dan menghancurkan apa pun yang dimiliki. Orang benar akan memandang wajah-Nya dan mendapatkan kasih Allah. Dasar-dasar inilah yang memampukan orang benar untuk tetap bertahan walau serangan begitu dahsyat. 

Karena itu ketika kita sedang menghadapi masalah dan penderitaan, waspadalah ketika ada orang yang memberikan nasihat, sebab iblis mungkin dapat menggunakan orang itu untuk menggoyahkan Iman kita.

JIKA DASAR DASAR IMAN SUDAH TERBANGUN KARENA TUHAN
TIDAK AKAN ADA RINTANGAN YANG BISA 
MENGHENTIKAN SESEORANG MELAKUKAN SESUATU. 
JADIKAN TUHAN SEBAGAI PENASIHAT YANG UTAMA 
DAN (SEHARUSNYA) MENJADI SATU-SATUNYA PENASIHAT KITA.



#Salam_WOW 

NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611






Sabda Bina Diri (Hari ke 156) Sabtu, 20 Januari 2018, Yohanes 9:1-11

CELIK KARENA TAAT
Oleh: Reinhard Samah Kansil 

Saat kita melakukan ketaatan saat itu pula kita sedang mempersiapkan diri mengalami sukacita besar.  

Bukan dosa tapi kemulian-Nya
Bacaan kita benderang menjelaskan, Yesus melihat orang yang buta sejak lahir (ay. 1). Kemudian para murid bertanya tentang orang itu (ay. 2). Pertanyaan para murid bersumber pada keyakinan bahwa cacat atau penderitaan jasmaniah disebabkan oleh dosa, mungkin dari orangtua atau dari orang itu sendiri. berdasarkan anggapan bahwa jiwa orang sudah ada sebelum dia dilahirkan secara jasmaniah, yaitu pandangan yang dianut oleh sebagian orang Yahudi. Yesus mengusir setiap pemikiran tentang dosa tertentu atau dosa orang tua sebagai penyebab suatu keadaan cacat dan Ia membuat orang berpikir dari suatu pendekatan yang sama sekali berbeda. Allah telah mengizinkan keadaan tersebut untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, karena kuasa-Nya akan dinyatakan di dalam kasus ini (ay. 3). Yesus mengajak murid-murid-Nya, kita harus bekerja. (ay. 4).  Yesus hendak menggunakan kebenaran tersebut terhadap mukjizat yang akan dilakukan (ay. 5). Pengolesan mata orang buta itu dengan tanah tidak diperlukan untuk kesembuhannya, tetapi dimaksudkan sebagai ujian yang berat terhadap imannya. Apakah dia akan taat? Yohanes menunjukkan makna simbolis pada nama dari kolam itu - Siloam (diutus). Mungkin nama itu bersumber pada "pengutusan" atau keluarnya air tersebut. Ketaatan menghasilkan penganugerahan penglihatan (ay. 7).

Dalam pada itu, pada bagian lain bacaan kita, orang yang selama ini dikenal sebagai pengemis - pekerjaan yang wajar untuk orang yang buta seperti dia - kini tampak begitu berbeda sehingga tidak dikenali. Siapakah orang ini? Pengakuannya tentang siapa dirinya mengakhiri semua dugaan (ay. 9). Pertanyaan berikutnya tentu saja berkenaan dengan cara ia disembuhkan. Dengan menahan setiap godaan untuk menambah-nambahkan kesaksiannya, orang yang sebelumnya buta itu dengan setia dan benar bercerita ulang tentang langkah-langkah kesembuhannya. Pertanyaannya yang ketiga juga tidak terelakkan. Siapakah yang telah mengolesi matanya dan menyuruh membasuhnya di kolam? Jawabnya adalah: Yesus! (ay. 10-11)

Ketaatan
Dewasa ini perdebatan dan penolakan kerap kita alami di gereja maupun di masyarakat. Tapi Yesus tidak. Tatkala Ia dan murid-murid-Nya berjumpa dengan seorang buta sejak lahir, murid-murid berdebat, Yesus bertindak mengadakan mukjizat, menyembuhkan si buta.. Tanpa membasuh mata di kolam Siloam pun sebenarnya Tuhan Yesus bisa mencelikkan mata si buta. Yang Yesus pentingkan dalam peristiwa ini adalah ketaatan. Ketaatan yang dibarengi rasa syukur kepada Tuhan memegang peranan penting, tidak hanya di saat kita membutuhkan pertolongan-Nya, tetapi di setiap saat. Mukjizat terjadi karena ketaatan terhadap firman Tuhan. Si buta yang celik matanya, mensyukuri pertolongan Tuhan. Ia tidak takut menghadapi orang-orang yang meragukan kesembuhan yang telah dialaminya.

Kita semua buta sebenarnya. Buta rohani. Untuk tidak menjadi buta, untuk menjadi CELIK, berdoalah memohon kepada Tuhan, begini: ” Ya, Tuhan, celikkanlah mata rohaniku untuk dapat setiap saat mensyukuri kasih-Mu kepadaku”. Lalu renungkan hal ini: Berbahagialah orang yang mempertahankan ketaatan karena percaya.

SUDAHI PERDEBATAN DAN PENOLAKAN. MULAILAH UNTUK TAAT.



#Salam_WOW


Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611





Kamis, 18 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 160) Rabu, 24 Januari 2018, Yesaya 45:20-25

SUARAMU KUDENGAR
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th


Tuhan menganugerahkan dua telinga dan satu lidah. 
Hendaknya kita mendengar dua kali lipat lebih banyak dari berbicara.

Allah sejati
Perikop  ini ditulis selama tahun-tahun akhir hidup Yesaya. Allah menyatakan nubuat-nubuat ini supaya memberikan pengharapan dan penghiburan kepada umat-Nya selama mereka tertawan di Babel 150 tahun sesudah zaman Yesaya Secara umum, pasal 45  menekankan pelepasan.

Nas kita hari ini menggambarkan tentang bangsa-bangsa lain itu yang akan bertahan melewati hukuman yang akan menimpa bangsa mereka masing-masing, di sini diajak untuk meninggalkan penyembahan bodoh mereka kepada allah-allah khayalan yang sia-sia, dan beriman kepada Allah esa yang sejati, satu-satunya yang dapat menggenapi nubuat-nubuat yang Dia sampaikan, serta satu-satunya yang dapat menyelamatkan manusia dari dosa dan maut. Semua bangsa tercakup dalam ajakan ini, bahkan bangsa-bangsa yang paling terpencil sekalipun. Mereka akan diselamatkan semata-mata karena memandang dengan iman kepada Tuhan, sebagai satu-satunya Allah dan Juruselamat.


Yang mendengar, yang selamat
Tiada allah lain selain Allah Israel, yang tidak putus-putus memanggil orang-orang untuk berhimpun dan datang kepada-Nya. Bangsa-bangsa yang meletakkan harapannya pada patung kayu dan berdoa kepada allah yang tidak dapat menyelamatkan adalah bangsa yang tidak berpengetahuan (ay. 20). Semua orang yang bangkit terhadap Dia mendapat malu (ay. 24). Pada akhirnya semua orang akan bertekuk lutut di hadapan-Nya dan bersumpah setia dalam segala bahasa sambil berkata: keadilan dan kekuatan hanya ada di dalam Tuhan (ay. 23) Allah mengajak kita kembali kepada-Nya.

Keselamatan bagi bangsa-bangsa adalah rencana indah Allah bagi dunia. Semua orang yang mendengar, berpaling dan mengakui Allah yang benar, ada di dalam Yesus Kristus. Firman Tuhan, selain telah menyatakannya dengan jelas, juga memiliki kekuatan yang pasti. Pada akhir zaman nanti, di hadapan takhta kemuliaan Allah semua makhluk akan mengakui bahwa Allahlah satu-satunya Tuhan dan Penebus. Alangkah sedihnya bila pengakuan itu keluar karena terpaksa padahal belum selamat. Alangkah bahagianya bila Anda termasuk yang mengaku dalam kesukaan keselamatan-Nya.

JADILAH PEMBERITA KEBENARAN.  
SUPAYA BANYAK ORANG BOLEH MENDENGAR DAN DISELAMATKAN.


#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611








Sabda Bina Diri (Hari ke 156) Jumat, 19 Januari 2018, Yohanes 8:30-36

MERDEKA
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Hidup itu adalah pilihan, apapun yang kita pilih ya itulah hidup kita. 
Menjadi orang merdeka adalah juga pilihan.


Merasa Unggul 
Nas kita hari ini menggambarkan, betapa lemah lembutnya Tuhan Yesus memandang mereka yang gentar kepada firman-Nya, dan yang bersedia untuk menerimanya. Dia mempunyai sesuatu untuk disampaikan kepada mereka yang mempunyai telinga untuk mendengar, dan Dia tidak akan melewatkan begitu saja orang-orang yang sengaja berdiri di jalan-Nya tanpa berbicara kepada mereka (ay. 30-31).

Dalam pada itu, orang-orang itu tidak tetap di dalam firman-Nya - yang diperlukan bagi pemuridan sejati, dan yang membuka jalan menuju kepada pemahaman yang lebih lengkap tentang kebenaran - hingga mencapai tingkat dimerdekakan oleh firman itu (ay. 32). Orang-orang Yahudi itu tidak senang terhadap kesimpulan bahwa mereka tidak merdeka. Sebagai keturunan Abraham mereka memiliki kedudukan yang lebih unggul dibandingkan bangsa-bangsa lainnya (ay. 33). Mereka adalah anak-anak Raja surgawi.

Tetapi
Belenggu mereka lebih mendalam daripada berbagai hubungan kehidupan yang lahiriah. Dengan berbuat dosa seseorang berada di dalam kedudukan sebagai hamba dosa (ay. 34). Sang Anak (Kristus) tetap tinggal dalam rumah Bapa untuk selamanya (ay. 35).Kebenaran yang memerdekakan itu kini tampak sebagai pribadi. Sang Anak yang adalah kebenaran itu menjadikan manusia merdeka (ay. 36).

Kemerdekaan 
Menghadapi kita hari ini, Yesus melanjutkan pengajaran mengenai "kemerdekaan". Pengajaran ini ditujukan kepada kita yang mengaku anak-anak Tuhan. Ditekankan bahwa kemerdekaan yang di maksud menyangkut kemerdekaan jiwa, kebebasan dari belenggu dosa yang mengikat. Dan, hanya mereka yang sudah merdeka dan beriman kepada Anak Allah, Tuhan Yesus Kristus, yang sungguh-sungguh memperoleh kemerdekaan sejati.

Walaupun secara fisik orang Kristen mengalami penindasan, hambatan, dan lain sebagainya, tidak berarti bahwa secara jiwa pun mereka tertindas; namun secara praktis Kristen memiliki kemerdekaan jiwa yang sejati untuk beribadah dan berhubungan dengan Tuhan secara pribadi.

Kemerdekaan Kristen diperoleh hanya bila seseorang tetap hidup sesuai firman Tuhan dan melakukan kebenaran Allah, walau di tengah penindasan, tekanan dan ancaman.Karenanya, renungkanlah hal ini:” Sudahkah kita berterima kasih untuk kemerdekaan yang Tuhan anugerahkan buat kita, sehingga kita bebas dari dosa; dan kita juga beroleh kemerdekaan untuk melakukan segala hal di dalam kehendak-Nya? 

KEMAMPUAN UNTUK BERTAHAN BUKANLAH SEKADAR KEMAMPUAN UNTUK MENANGGUNG PERKARA YANG SUKAR, NAMUN KEMAMPUAN UNTUK MENGUBAHNYA MENJADI KEMERDEKAAN.


#Salam_WOW


NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Ttidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS: 0818 0888 2611









Rabu, 17 Januari 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 154) Kamis, 18 Januari 2018, Yohanes 6:16-21

BERSAKSILAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil


Penyertaan Tuhanlah yang menentukan keberhasilan langkah saudara hari ini.

Menjadi Takut
Setelah Yesus memenuhi kebutuhan orang banyak dengan memberi makan lima ribu orang pada bacaan sebelumnya (ay. 1-15), sekarang memenuhi kebutuhan para murid-Nya, yang dilanda badai di danau pada malam hari. Tanpa Yesus, tetapi tampaknya menunggu Dia untuk datang bergabung dengan mereka (ay. 17), para murid menuju ke Kapernaum. Keadaan hari yang sudah gelap kini ditambah lagi dengan kekhawatiran akan angin kencang dan danau yang bergelora. Waktu itu mereka sudah mendayung selama sekitar tiga sampai lima kilometer jauhnya dari pantai.

Di tengah perjalanan mereka melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kembali Yesus bersaksi melalui perbuatan dan bukannya perkataan. Melihat Yesus berjalan di atas air, mereka menjadi takut (ay. 19). Mereka menjadi takut bukan karena menghadapi danau yang sedang bergelora karena angin kencang. Mereka takut karena melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka takut karena melihat Yesus mendemonstrasikan ke-Allahan-Nya. Yesus berjalan di atas air bukan karena hendak menyelamatkan mereka dari danau yang sedang bergelora. Yesus berjalan di atas air karena ingin bersaksi bahwa Ia adalah Anak Allah.

Menjadi terdiam
Ketika Yesus sudah dekat, Ia berkata kepada mereka, "Aku ini, jangan takut" (ay. 20). Dalam bahasa Yunani frasa "Aku ini" adalah terjemahan dari `ego eimi'. Kombinasi frasa ini dengan perintah untuk tidak takut mengungkapkan ke-Allahan Yesus. Melihat Yesus berjalan di atas air dan mendengar kalimat Yesus yang biasa muncul dari mulut Allah, murid-murid tidak memberikan respons apa pun.

Mereka tetap membisu. Tidak jelas kepada kita apakah iman mereka semakin dalam melihat penyataan diri Yesus yang luar biasa. Di samping kedua hal ini, murid-murid juga mengalami mukjizat yang lain. Perahu mereka seketika tiba di tempat tujuan (ay. 21). Meski mengalami empat bentuk kesaksian (memberikan makan, berjalan di atas air, frasa ego eimi, dan tiba seketika), murid-murid tidak secara jelas mengungkapkan iman mereka.

Janganlah seperti murid yang ‘terdiam’ melihat kuasa-Nya. Tetapi responlah dengan sikap iman dan sikap hidup yang benar. Jangan terdiam. Bersikaplah lalu bersaksilah.

KEMURAHAN TUHAN LEBIH DARIPADA HIDUP.
HIDUP PASTI TIDAK ADA JIKA KEMURAHAN TUHAN ABSEN.
DIA CURAHKAN KEMURAHAN-NYA PADA SEMUA KITA HARI INI.

#Salam_WOW

 Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak dijual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611





Sabda Bina Diri (Hari ke 154) Rabu, 17 Januari 2018, Yoh. 5:9b-18

IMANMU BUKAN HARI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kalau sesuatu layak dilakukan, itu layak untuk dilakukan dengan baik.

Salah kaprah 
Nas kita kali ini berbicara hal lain dari yang seringkali Yesus lakukan. Dalam hal menyembuhkan, Yesus menyembuhkan sebagai tanggapan terhadap iman seseorang. Akan tetapi, dalam bacaan ini Yesus menyembuhkan tanpa ada unsur iman; Ia hanya berkata dan orang itu sembuh (ay. 9).

Dalam pada itu, pada ayat 10 - 13, digambarkan bahwa dengan cepat penyembuhan tersebut menjadi pokok perdebatan, karena dilaksanakan pada hari Sabat. Orang-orang Yahudi, dalam hal ini bukan orang-orang biasa, tetapi para pemimpin mereka. Rupanya mereka melihat orang itu berjalan ke rumahnya sambil membawa tilam. Peristiwa ini melanggar perintah untuk berhenti pada hari sabat.

Dalam keadaan bingung orang yang disembuhkan ini hanya dapat mengatakan bahwa Penolongnya yang menyuruhnya melakukan hal itu. Dia tidak bisa menyebut orang yang telah menyembuhkan dirinya karena dia tidak mengetahui nama-Nya, dan sekarang kelihatannya mustahil untuk mencari tahu sebab Yesus sudah pergi. Orang-orang Yahudi itu salah kaprah.

Kekinian
Dewasa ini pun orang mungkin disembuhkan menurut maksud Allah sekalipun mereka tidak beriman kepada Yesus. Alkitab mengajarkan bahwa ada tiga hubungan untuk iman yang menyembuhkan: 1) Iman dari penderita yang mau disembuhkan; 2) Iman orang lain untuk si penderita; dan 3) Iman dari seseorang yang diurapi untuk menyembuhkan. Sudahkan saudara mengimani dan mengamininya?

Bacaan kita memperlihatkan sebuah perspektif baru. Bukan melulu mukjizat yang dibuat Yesus, namun dampak dari perbuatan-Nya. Yesus kini harus berhadapan dengan orang Yahudi.

Di kalangan orang Yahudi, melakukan pekerjaan di hari sabat tidak dibenarkan. Lepas dari apa yang dipersoalkan, kita melihat bahwa tuduhan mereka terhadap Yesus ternyata keliru. Yesus tidak pernah bermaksud untuk meniadakan hari Sabat seperti yang dituduhkan kepada-Nya (ay. 18).

Pemahaman keliru tentang Sabat. Sabat diadakan bukan untuk menyusahkan, tetapi agar menjadi berkat. Orang Yahudi menambahkan banyak peraturan tentang Sabat yang pada awalnya tidak demikian, lalu akhirnya menyusahkan mereka sendiri.

Yesus adalah Tuhan atas Sabat. Di sini kita melihat bahwa Yesus bebas untuk melakukan pelayanan-Nya (ay. 17), apalagi yang diperbuat-Nya itu adalah perbuatan yang baik. Dia bukan pelanggar hukum Sabat. Di mana wewenang-Nya? Wewenang-Nya ada pada diri-Nya sendiri, sebab Ia adalah Tuhan atas segalanya termasuk Sabat.

JANGAN MENYEMBAH HARI. 
SEMUA HARI BAIK ADANYA. 
ASALKAN UNTUK PELAYANAN.


#Salam_WOW


Renungan ini bersumber dari buku saya dibawah ini.
Tidak di jual bebas. Sila pesan ke WA/SMS: 0818 0888 2611