Rabu, 18 April 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 241) Kamis, 19 April 2018, Yosua 18:8-10

GEREJA BUKAN TEMPAT BERGOSIP
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Gosip akan berakhir di telinga orang yang bijaksana.

Bacaan kita hari ini menggambarkan tentang pemilihan Silo serta pengumpulan seluruh bangsa di tempat tersebut (ay. 8). Suku-suku tersebut sangat enggan berangkat berperang untuk menguasai Wilayah Kanaan yang masih tersisa. Yosua harus menyusun sebuah ekspedisi yang terdiri atas dua puluh satu orang untuk mencatat (ay. 9) dan membuat sketsa wilayah tersebut dalam tujuh bagian (ay. 10).

Saling menguatkan
Silo adalah tempat kumpul rohani dan nasional. Kumpul, entah yang bersifat rohani maupun sosial bukan untuk memupuk berbagai sikap dan perbuatan salah. Orang bisa bertamengkan "persekutuan" padahal intinya adalah persekongkolan, kemalasan, gosip, dan boikot. Umat Tuhan berkumpul, berjumpa Tuhan untuk sama-sama meninggikan Allah dan rencana-Nya atas semua. Umat Tuhan kumpul untuk menyatukan tekad menyambut rencana Allah, dan pergi dengan iman bergerak sehati mengayunkan langkah juang serasi dengan gerakan Allah sendiri.
Memang ada tempat untuk membagikan kegalauan hati, dan saling menguatkan, tatkala kita bertemu dalam persekutuan. Namun tujuan bersekutu adalah untuk pergi mengerjakan kehendak Allah. Dikuatkan untuk menguatkan, disegarkan untuk menyegarkan, diberi visi baru untuk mewujudnyatakan visi itu.
Jangan jadikan gereja tempat orang bermalasan dan bergosip. Jadikan gereja markas tempat para prajurit Kristus memperlengkapi diri dengan visi dan kekuatan baru!

Tukang gosip
Alkisah, di sebuah desa kecil, tinggallah seorang pria yang tiap harinya gemar bergosip, dia selalu saja menggosipkan tetangga-tetangganya meskipun dia tak mengenal siapa mereka. Namun karena ingin berubah, suatu hari dia mendatangi seorang tua bijak untuk meminta saran. Pria bijak ini memerintahkannya untuk membeli ayam segar di pasar dan membawakan untuknya sesegera mungkin.
Dan ayam itu harus ia cabuti bulu-bulunya sementara ia berlari, tak boleh sehelai bulu pun tersisa. Si penggosip ini menuruti semua, dia mencabuti bulu-bulu ayam sementara ia berlari kembali ke rumah pria bijak itu. Sesampainya disana ia menyerahkan ayam tersebut, namun pria bijak lagi-lagi memintanya untuk pergi mengumpulkan semua helai bulu yang sudah dia cabuti dan membawanya kembali.
Si penggosip ini tentu saja protes, hal itu tidak masuk akal untuk dilakukan. Angin pasti sudah menerbangkan bulu ayam itu ke segala penjuru dan dia takkan pernah bisa mengumpulkannya lagi. Pria bijak itu kembali berkata, "Hal itu benar. Dan begitu pulalah halnya dengan gosip. satu gosip dapat terbang ke segala sudut, lalu bagaimana kamu akan mengembalikannya? Jadi sebaiknya jangan pernah bergosip sejak awal."

KETAHUILAH, GOSIP PANAS
MENGALAHKAN SUHU NERAKA.
KARENANYA, HINDARILAH!




NOTE:
Ini renungan ke 241 saya.
Renungan 1 s/d 116 telah saya bukukan seperti gambar diatas.

Pesan buku ke 0818 0888 2611
Harga Rp. 110.000 (+Ongkir)