Minggu, 10 September 2017

SABDA BINA DIRI (87) Rabu, 13 September, 1Samuel 6:10-21

KU MULAI DARI DIRI SENDIRI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Ketika kita menjauhi rasa takut, ia akan membesar.
Tapi, ketika kita mendekatinya, rasa takut itu akan mengecil.

Introspeksi lalu tobat.

Berkali-kali kekristenan mengalami deraan bencana silih ganti: Pembakaran dan penutupan gereja, jemaat lari mengosongkan gereja, pertikaian soal harta milik gereja yang berujung pengadilan, perbantahan dan perkelahian di gereja akibat banyak sebab, dan lain sebagainya. Siapa yang patut dipersalahkan? Tak seorang pun boleh menyalahkan orang lain. KITA HARUS MULAI DENGAN MEMERIKSA DIRI SENDIRI. Jangan-jangan karena dosa dan salah kita juga.

Bacaan kita mencontohkan, itu semua terjadi karena mereka merendahkan diri-Nya di hadapan Dagon. Saat menyadari bahwa penderitaan yang terjadi adalah akibat kesalahan mereka kepada Tuhan, mereka berupaya mengembalikan tabut perjanjian ke tanah Israel. Cara-cara yang mereka gunakan, yang berdasarkan budaya dan ritual agama mereka, jelas berbeda dari peraturan Taurat tentang bagaimana seharusnya memperlakukan Tabut Perjanjian. Namun paling sedikit mereka menyadari bahwa Tuhan Israel kudus sehingga perbuatan mereka yang telah menajiskan Tuhan, harus dibayar dengan kurban tebusan salah. Sebaliknya umat Israel di Bet-Semes bersukacita menerima kembali Tabut Perjanjian tersebut sebagai tanda bahwa Tuhan sudah berkenan lagi kepada umat-Nya. Mereka menyambut dengan cara yang benar dan tepat, yaitu memakai orang Lewi dan dengan mempersembahkan kurban bakaran dan sembelihan (ay. 15).

Tuhan mungkin sedang memakai berbagai musibah yang melanda kekristenan, sebagai cara untuk mengingatkan, bahwa Dia tidak bisa dipermainkan. Oleh karena itu, kita yang sudah menjadi milik-Nya harus lebih sungguh-sungguh lagi memuliakan nama-Nya. Kita harus tetap setia hanya beribadah kepada Tuhan. Dengan hidup kudus serta mengerjakan kebenaran dan kebajikan, kiranya orang yang hidup jauh dari Tuhan melihat kesaksian umat Tuhan. Sehingga dalam anugerah-Nya, mereka bertobat dan kekristenan tidak harus terus menerus menghadapi murka dan penghukuman-Nya.

Tobat  lalu menang.

Tabut Tuhan memang sudah kembali ke wilayah Israel, tetapi perkenan Tuhan belum! Kekudusan Tuhan tetap menghajar umat-Nya yang memperlakukan Dia secara sembarangan (ay. 19-20). Selama dua puluh tahun Israel masih menderita di bawah tekanan penjajahan Filistin. Mengapa demikian? Karena mereka belum bertobat dan sungguh-sungguh berpaling kepada Tuhan. Tuhan bukan tidak peduli. Bukan juga karena Dia kurang berkuasa. Namun umat Tuhan mendua hati. Mereka memang melihat Tabut Perjanjian sebagai lambang kehadiran Tuhan, tetapi hati mereka masih berpaut pada Baal dan Asytoret sesembahan mereka. Bagaimana mungkin mereka masih mengharapkan Tuhan mem-berkati mereka?

Samuel muncul untuk mendorong pertobatan sejati. Baru setelah umat Israel benar-benar meninggalkan ilah-ilah palsu dan menyatakan pertobatan dengan sungguh-sungguh. Tuhan menyertai bahkan menolong mereka dalam menyingkirkan musuh bebuyutan mereka, yaitu Filistin. Tuhan kembali berperang bagi mereka, seperti telah dialami nenek moyang mereka alami dulu, ketika menaklukkan Kanaan (ay. 10). Kemenangan yang mereka alami kini, sungguh-sungguh mereka sadari sebagai karya Tuhan. Tuhan adalah Batu Pertolongan (Eben-Haezer) yang teguh. Sepanjang masa pelayanan Samuel sebagai hakim atas Israel, bangsa Filistin tidak lagi menjadi rongrongan bagi mereka.

Mungkin kekalahan demi kekalahan dalam hidup kita, ketika bergumul dengan pencobaan, disebabkan hati kita yang mendua. Walau kita mengaku Kristen dan berTuhankan Kristus, tetapi mata kita melirik pada ilah-ilah dunia ini. Bisa berupa kepercayaan-kepercayaan tradisi suku kita, bisa berupa pendewaan terhadap jabatan, benda, harta, atau teknologi. Tidak heran Tuhan mendiamkan kita, membiarkan kita tergantung pada ilah palsu yang kita sembah. Hanya pertobatan sungguh-sungguh yang menjadi kunci agar Tuhan berkenan lagi mengampuni dan menolong kita!

JANGAN HITUNG BERAPA KALI ORANG MENYAKITI DAN MENINGGALKAN KITA,TAPI INGATLAH BETAPA SERING KITA MENYAKITI TUHAN, DAN DIA TAK PERNAH MENINGGALKAN KITA.

#Salam_WOW/Pkh. 12:10