Selasa, 10 Juli 2018

Sabda Bina Diri (Hari ke 271) Sabtu, 19 Mei 2018, Kisah Para Rasul 9:26-31

KEBEBASAN SEJATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th


Untuk bebas tidak hanya membuang satu rantai. Tetapi untuk hidup dalam rasa saling menghargai dan memperbesar kebebasan orang lain.
(Nelson Mandela)

Bacaan kita hari ini adalah penggambaran Lukas terhadap perjalanan pertobatan Paulus yang sebelumnya bernama Saulus menuju kebebasan sejati.


Saulus sang pendosa
Ketika Saulus kembali ke Yerusalem, dia tidak dapat bergabung dengan teman-teman Yahudinya yang dulu (ay. 26) dan beberapa orang Kristen yang tertinggal di kota itu curiga bahwa pengakuan iman Saulus mungkin hanya alasan untuk melanjutkan penganiayaan terhadap gereja. Sementara itu, Barnabas mungkin sudah mengenal Paulus sebelumnya atau dia adalah orang yang memiliki pandangan yang tajam, sebab dia mengetahui kesungguhan Saulus dan memperkenalkannya kepada rasul-rasul (ay. 27). Rasul-rasul yang masih tertinggal di Yerusalem ketika itu hanyalah Petrus dan Yakobus, saudara Yesus.

Dalam pada itu, Saulus sekarang sibuk dengan pelayanan Injil di Yerusalem (ay. 28-29). Pelayanannya belum menjangkau di luar ibu kota ke wilayah Yudea. Dia memusatkan perhatiannya terutama kepada orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani. Saulus lolos dari kematian hanya karena pertolongan saudara-saudara Kristennya, yang membawanya ke kota pelabuhan Kaisarea (ay. 30) dari mana dia berlayar ke kota kelahirannya Tarsus di Kilikia. Lukas selanjutnya melukiskan pertumbuhan. baik jumlah maupun rohani, dari jemaat di seluruh Yudea, Galilea dan Samaria (ay. 31).

Gereja menunjukkan pertumbuhannya yang hebat justru karena dianiaya. Alkitab menyaksikan kebebasan sejati seorang pendosa bernama Saulus,  untuk kita semua, secara luar biasa.


Bebas
Spartakus bukan sekadar tokoh film yang melegenda, ia juga seorang tokoh sejarah. Para sejarawan mengatakan bahwa ia mungkin seorang prajurit Roma yang kabur, lalu ditangkap kembali, kemudian dijual dalam sistem perbudakan sebagai seorang gladiator.

Semasa di sekolah gladiator di Capua, Spartakus memimpin sebuah pemberontakan. Aksi pembelotan ini menarik perhatian sejumlah besar budak, yang berkembang menjadi sekitar 70.000 budak. Mulanya, pasukan budak Spartakus mengalami kemenangan-kemenangan yang spektakuler. Namun akhirnya mereka kalah, dan para pemberontak yang tertangkap disalibkan di sepanjang jalan ke Roma.

Pengalaman Rasul Paulus sangat berbeda dengan Spartakus. Saulus dari Tarsus (dikenal juga sebagai Paulus) dilahirkan sebagai orang bebas, namun ditetapkan menjadi “budak”.  Sudah ditetapkan bahwa Saulus harus berhadapan muka dengan muka dengan Sang Juru Selamat yang ingin ia lawan. Sejak saat itu, ia melayani Yesus dengan sepenuh hati.

Spartakus dipaksa untuk melayani seorang majikan Roma. Namun Paulus, sebagai respons atas anugerah Allah, bersedia menjadi “budak” bagi Yesus Kristus.

Di dalam hati orang percaya berkecamuk peperangan rohani antara dosa dan kebenaran. Kita dapat menaati sang majikan dosa, atau kita berkata ya kepada Allah Sang Pemberi anugerah yang telah membebaskan kita. Kebebasan terbesar kita terletak dalam pelayanan kepada Dia yang menciptakan dan menebus kita.

KEBEBASAN SEJATI DITEMUKAN
DALAM PELAYANAN KEPADA KRISTUS.

#Salam_WOW





Tidak ada komentar:

Posting Komentar