Rabu, 27 September 2017

Sabda Bina Diri (93), Selasa, 19 September, Amsal 13:20-25

HIKMAT MENDIDIK ANAK
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Anak Kecil Adalah Peniru Ulung. Bagaimana Cara Orangtuanya Menjaga dan Merspons, Mengekspresikan Serta Mengarahkan Emosinya, Itulah Pula yang Akan Ditiru Anak-anaknya, Kelak.

Kekayaan disimpan bagi orang benar.

Orang-orang yang mau menjadi baik harus bergaul dengan kawan-kawan yang baik, yang merupakan bukti bagi mereka bahwa mereka akan menjadi baik (ay. 20), dan akan menjadi sarana untuk menjadikan mereka baik, untuk menunjukkan jalan kepada mereka, dan untuk menyemangati serta mendorong mereka di dalamnya. Orang yang ingin menjadi bijak dengan sendirinya harus berjalan dengan orang-orang yang bijak, harus memilih orang-orang seperti itu sebagai sahabat karib mereka, dan bergaul dengan mereka.

Dalam pada itu, betapa tak terkalahkannya kebahagiaan orang-orang kudus itu (ay. 21). Allah yang tidak dapat berdusta sudah menetapkan bahwa orang benar akan dibalas dengan kebahagiaan. Bagaimana harta itu bertambah dengan masuknya kekayaan orang berdosa ke dalamnya (ay. 22), sebab kekayaan itu disimpan bagi orang benar. Jika ada yang bertanya, bagaimana orang baik sampai menjadi amat kaya, sedangkan mereka tidak begitu menginginkan harta duniawi seperti orang lain, dan biasanya menderita karena perbuatan baik mereka.

Kebajikan dan kesalehan adalah karakter mulia.

Tuhan mendidik umat-Nya dalam kebenaran dengan tujuan untuk mendorong orang yang sudah hidup benar agar bertahan, bahkan memaksimalkan kebenaran. Tujuan lainnya adalah untuk memperlihatkan sikap dan akibat kefasikan. Di sini Tuhan mendidik orang dengan memperhadapkan orang pada akibat-akibat yang harus ditanggung bila hidup dalam ketidakbenaran.

Amsal juga mendorong pendengarnya untuk ambil bagian dalam mendidik orang lain, terutama anak-anak sendiri. Meski tidak mudah, orang tua bertanggung jawab terhadap pertumbuhan iman dan karakter anak-anak mereka. Itulah tanggung jawab yang diberikan Tuhan kepada para orang tua. Orang tua yang tidak mendisiplin anaknya, perlu dipertanyakan kasihnya. Itu menunjukkan kurangnya perhatian mereka pada perkembangan karakter anak-anak mereka. Oleh karena itu, orang tua perlu meninggalkan kesaksian dan warisan yang baik untuk anak-anak. Bukan semata-mata berupa harta materi, tetapi juga kebajikan, kesalehan, dan karakter yang mulia. Kalau diperlukan, jangan takut untuk mendisiplin anak dengan tegas agar mereka tetap tinggal dalam kebenaran (ay. 24).

Anak yang tidak pernah mendapat koreksi dari orang tua, dapat tumbuh tanpa memiliki pengertian tentang kebenaran.
Kiranya, diusia saya yang ke 54 tahun hari ini, dan setiap orang tua lain yang membaca renungan ini, meminta hikmat dari Tuhan agar memiliki cara mendidik yang benar. Tentu saja agar setiap anak kita hidup berdasarkan hikmat Tuhan.

MELIHAT ANAK-ANAK KITA TUMBUH DALAM PENGENALAN DAN HORMAT PADA TUHAN, ADALAH KEBAHAGIAAN SEJATI KITA SEBAGAI ORANG TUA.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar