Rabu, 27 September 2017

SAAT TEDUH (hari ke 97) Sabtu, 23 September, Amsal 17:7-22

HIKMAT SEBAGAI ORIENTASI HIDUP
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Jalani hidup dengan sungguh.
Hadapi kenyataan dengan sabar.
Maka kebahagiaan kan kau dapati.
Orang bebal tidak menghargai kebaikan.

Bacaan kita menguraikan dengan jelas, karakter buruk dapat ditandai dari kesukaan orang akan hal-hal yang buruk, dan juga dari perkataannya (ay. 7). Orang seperti itu sering bertindak salah dan bisa bergembira atas hal yang salah. Ia juga mengharapkan keuntungan dari tindakan yang salah, misalnya memberikan suap (ay. 8). Berbeda dengan orang berhikmat, ia tidak menutupi pelanggaran dengan menggunakan suap. Ia menutupi kesalahan orang lain dengan mengampuninya (ay. 9). Ini tidak mudah, sebab orang biasanya tergoda untuk membuka aib orang lain. Terutama bila dalam keadaan marah! Salah satu cara untuk menghindari kemarahan orang adalah dengan menghargai teguran. Orang bebal akan merasa sakit hati bila dinasihati. Memang kebebalan biasanya disertai kecongkakan (ay. 10). Tentu tak enak bila berjumpa orang bebal (ay. 12). Terlebih orang bebal tidak menghargai kebaikan. Bukan tak mungkin ia membalas kebaikan dengan kejahatan (ay. 13).

Sementara itu, ketidakadilan dan membalikkan fakta merupakan hal yang dibenci Tuhan (ay. 15). Namun hal ini banyak terjadi di dunia ini. Sebagai orang beriman, tentu saja kita harus berani menyatakan kebenaran dan bertindak di atas kebenaran karena itulah yang Tuhan inginkan. Keadilan juga dapat diperlihatkan melalui hubungan persahabatan. Orang yang bersikap adil dalam suatu persahabatan, bukan hanya mau menerima kasih dan perhatian dari sahabatnya. Sebaliknya, ia juga mau mengasihi dan memberi perhatian bila sahabatnya berada dalam kesukaran (ay. 17), bukan malah meninggalkan dia. Saat-saat sulit akan membuktikan ketulusan dan loyalitas seseorang dalam suatu persahabatan. Namun bukan berarti orang harus menjadi korban konyol dari kesalahan orang lain (ay. 18).

Pengujian perlu untuk memurnikan karakter.

Bagaimana keadaan kita hari ini? Orang yang berhikmat menyadari bahwa Tuhanlah yang mengenal manusia sedalam-dalamnya, karena Dialah yang menguji hati manusia. Proses pengujian itu bagaikan panasnya api peleburan yang dipakai untuk memurnikan logam mulia. Sangat panas dan menyakitkan! Akan tetapi, pengujian itu diperlukan untuk memurnikan dan menyempurnakan iman dan karakter seseorang. Lebih celaka lagi bila kita yang menjadi orang bebal. Bukan hanya karena kita akan dijauhi orang lain, tetapi juga kita sudah hidup tidak berkenan di hadapan Allah! Karena itu berusahalah untuk hidup sesuai dengan firman-Nya.

Periksalah diri kita sekarang. Adakah hikmat Tuhan sudah menjadi orientasi hidup kita? Alangkah baiknya bila hikmat Tuhan mendasari gerak hidup dan perumusan tujuan hidup kita! Dengan demikian kita akan menjadi orang yang hidup seperti yang Tuhan inginkan. Hikmat, kejujuran, keadilan, kesetiaan, dan nilai-nilai semacam itu mungkin terlihat tidak menarik, dan mengharuskan orang menjauhkan diri dari kesenangan duniawi. Akan tetapi, nilai-nilai semacam itu bermakna kekal karena berasal dari Tuhan yang kekal.

HIDUP ADALAH TANTANGAN,-HADAPILAH!
HIDUP ADALAH MELODI, DENDANGKANLAH!
HIDUP ADALAH IMPIAN, WUJUDKANLAH!
HIDUP ADALAH PERMAINAN, MAINKANLAH!
HIDUP ADALAH KASIH, MENGASIHILAH!

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar