Rabu, 27 September 2017

Sabda Bina Diri (92), Senin, 18 September, Amsal 13:7-12

HIKMAT PELAKU KEBENARAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Karena hikmat lebih berharga dari emas.
Apapun yang diinginkan orang, tak dapat menyamainya.

Menjaga ketenangan mencegah pertengkaran.

Bacaan kita menunjuk pada: Sebagian orang yang sebenarnya miskin dipandang kaya, dan benar-benar disangka demikian (ay. 7). Mereka berbelanja dan menghabiskan uang seolah-olah mereka kaya, mereka sibuk ke sana kemari dan senang pamer ini itu seolah-olah mereka menyimpan harta karun, padahal mungkin, jika mereka harus melunasi semua utang mereka, harta mereka tidaklah sampai sejuta rupiah. Ini adalah dosa, dan akan mendatangkan cela. Orang-orang yang kaya memang dihormati oleh sebagian orang karena kekayaan mereka, namun, untuk mengimbanginya, oleh sebagian yang lain mereka dicemburui dan diserang, dan nyawa mereka menjadi terancam, dan karena itu mereka terpaksa memberikan tebusan dengan kekayaan mereka (ay. 8).

Sementara itu, pelita orang fasik bersinar redup dan lemah (ay. 9). Pelita itu tampak menyedihkan, seperti lilin kecil di dalam kendi, dan akan segera padam meninggalkan kegelapan yang teramat pekat. Terang orang benar seperti terang matahari, yang mungkin tertutup gerhana dan diliputi awan, namun akan terus memancar. Terang orang fasik seperti terang yang mereka nyalakan sendiri, yang akan segera redup dan mudah dipadamkan. Tapi Orang-orang yang rendah hati dan menebarkan kedamaian berarti berhikmat dan mendengarkan nasihat (ay. 10). Orang-orang yang mau meminta dan menerima nasihat, yang mau bertanya pada suara hati mereka sendiri, pada Alkitab mereka, hamba-hamba Tuhan yang melayani mereka, teman-teman mereka, dan tidak mau berbuat sesuatu dengan gegabah, berarti berhikmat. Seperti dalam hal-hal lain, begitu pula dalam hal ini, mereka mau merendahkan diri, mau membungkuk dan tunduk, demi menjaga ketenangan dan mencegah pertengkaran.

Kebenaran yang mendasari hikmat.

Amsal menekankan pentingnya memiliki karakter yang baik. Itu dapat diperoleh melalui didikan jangka panjang, yang melibatkan juga ketaatan dan keterbukaan orang yang diajar. Terangnya akan bersinar cerlang, tambah benderang karena dia adalah seorang yang bertambah-tambah hikmat oleh nasihat-nasihat bijak.

Kebalikannya akan terjadi dalam hidup orang fasik, yaitu orang yang tidak mau berlajar kebenaran, hanya mau mengambil jalan pintas. Banyak keinginan namun malas bertindak. Akibatnya? Ambil jalan pintas dan merugikan orang lain! Maka terjadilah pencurian, korupsi, dan manipulasi. Hasilnya sia-sia karena kekayaan yang diperoleh dengan cepat, akan cepat pula habisnya (ay. 11). Atau orang yang biasa curang dalam mendapatkan kekayaan, tidak akan memiliki rasa aman karena ia akan curiga pada orang lain. Ia curiga orang lain akan berlaku sama licik dengan dirinya.

Maka satu-satunya yang dapat memberikan rasa aman di dalam diri kita adalah kehidupan yang benar sebagai dasar hidup yang berhikmat. Dengan kebenaran yang mendasari hikmat, akan membuat setiap pilihan hidup menjadi kesempatan untuk berbuat baik dan menjadi pelaku kebenaran.

TIDAK ADA YANG SUKAR BAGI ORANG BENAR. TIDAK ADA YANG BERAT BAGI ORANG TAAT. TIDAK ADA YANG MUSTAHIL BAGI ORANG YANG BERHIKMAT.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar