Kamis, 25 Juni 2015

Doa dan Pembacaan Kitab Suci

Reinhard Samah Kansil, M.Th
0818 0888 2611


Doa adalah Nafas orang Kristen oleh sebab itu sudah seharusnya
tidak ada satu haripun boleh dilalui tanpa berdoa.
Kitab Suci merupakan kesaksian karya Allah dan kesaksian akan Yesus Kristus yang membuka selubung kemuliaan kasih Allah. Katekisan perlu diajak memasuki dunia  pembacaan Kitab Suci yang mengantar orang dalam pengalaman pengenalan akan Allah.


A. doa 
Begitu pentingnya doa sehingga pemazmur mengawali hari-hari nya dengan doa kepada Tuhan (Maz. 5:3–4). Dan mengakhirinya pada malam hari juga dengan doa (Maz.4:8–9).

1) Pengertian Doa
Doa, adalah permohonan kepada Tuhan. Marthin Luther katakan Doa adalah Nafas orang percaya. Itu berarti Doa menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sebagai orang yang percaya (beriman pada Yesus Kristus). Yohanes Calvin katakan bahwa Doa adalah setengah dari pekerjaan. Ada pendapat, Doa adalah tindakan menghubungkan diri dengan Tuhan. Doa dalam Perjanjian Lama mencakup permohonan(Maz. 116:1–8) Syafaat, pengakuan dosa (Mazmur 50) dan pengucapan Syukur (Maz.150 dll). Dalam Perjanjian Baru diceritakan tentang Yesus yang sering berdoa kepada Bapa-Nya (Mat. 6:9–13; Luk. 1:2–4). Surat-surat dalam Perjanjian Baru mengajarkan Doa kepada Allah dilakukan melalui Kristus (Rom.1:8). Doa dalam Perjanjian Baru mencakup pujian (Kis. 2:47), pengucapan syukur (I Kor.14:16–17) dan permohonan (Flp.4:6) termasuk Syafaat. Doa menjadi tanda bahwa kita menjalin keakraban dengan Tuhan.
Doa mempunyai cakupan yang luas seperti keluh kesah, berteriak, bersorak sorai, bersujud, berseru, bersyukur, memuji, memuja, meratap, mengadu, menyembah, mengagungkan, dst.


2) Hakikat Doa
Dalam Perjanjian Lama kata (berdoa) selalu dengan subyek manusia yang memanjatkan doa kepada Tuhan. Manusia perlu berdoa karena melalui doa manusia dapat berdialog kepada Tuhan yang didalamnya
baik Tuhan maupun manusia masing-masing secara aktif terlibat.
Doa adalah salah satu wujud komunikasi kita dengan Allah, dengan demikian doa yang kita panjatkan sangat tergantung bagaimana hubungan kita dengan Tuhan, kalau kita akrab denganTuhan doa menjadi saat yang menyenangkan. Sebaliknya jika hubungan kita dengan Tuhan terganggu maka kita mengalami ke sulitan dalam berdoa.


3) Sikap Dalam Berdoa
Umumnya Doa dalam Perjanjian Lama dilakukan dalam: 
a) Sambil berdiri (1Sam. l1:26;1Raj. 8:22; 2Taw. 20:5,13);
b) Rebah dengan muka sampai ke tanah (Kej. 24:26, 48; Kel. 34:8; Bil. 16:22; Ul. 9:25);
c) Berlutut (1 Raj 8 : 54; 2 Taw. 6 : 13; Ezr. 9 : 5; Dan. 6 : 10);
d) Menundukkan kepala (Kej. 24:26; 1 Taw. 29:30);
e) Bersujud (Maz.29:2).


Sedangkan di dalamPerjanjian Baru nampaknya meneruskan kebiasaan di Perjanjian Lama; antara lain:
a) Berdiri (Mat. 6:5; Mrk. 11:25; Luk. 18:11,13);
b) Rebah dengan muka ketanah (Mat. 26:39);
c) Berlutut (Efs. 3:14).


Menutup mata supayakita lebih berkonsentrasi, melipat tangan supaya kita bisa menyerahkan diri kepada Tuhan yang Maha kasih, menggenggam tangan kita dalam rencana-Nya yang penuh damai sejahtera. Menundukkan kepala kita sebagai lambang kerendahan hati; sampaikan segala sesuatu namun jangan bertele-tele (Mat. 6 : 7). Jangan berdoa seperti orang munafik/pamer kesalehan (Mat. 6 :6). Berdoa harus dengan keyakinan bahwa kita mempunyai Allah selaku Bapa Yang Maha Kasih, Bapa Yang Maha Tahu, bahkan yang peduli dengan kita (Luk. 11 : 13, Mat. 7 : 11). 


4) Kesimpulan
a) Doa bukanlah jalan keluar untuk kita menghindari kesulitan, tapi dengan berdoa kita mempunyai kekuatan untuk menghadapi kesulitan;
b) Doa adalah tindakan Iman;
c) Doa memerlukan ketekunan;
d) Doa memerlukan kejujuran.

B. Pembacaan kitab suci
 Begitu penting membaca Kitab Suci untuk pengembangan hidup rohani, namun sesungguhnya tidak begitu mudah pelaksanaannya. Membaca Kitab Suci dan menarik hikmat bagi kehidupanrohani, membutuhkan latihan, yaitu cara membaca dalam iman dan membaca sambil merenungkan.
Dasar Firman Tuhan untuk pembacaan Kitab Suci adalah: Ulangan 30:14:  “Tetapi firman ini sangat dekat denganmu,yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan”.
Sebelum melakukan pembacaan Kitab Suci adalah, perlu diperhatikan:
a) Siapkan bagian/perikop yang akan dibaca;
b) Menyanyikan lagu pujian;
c) Doa pembuka dan mohon bimbingan Roh Kudus.

Langkah-langkah melakukan Pembacaan bagian Kitab Suci:

1) Pembacaan
Pembacaan bagian Kitab Suci ini dilakukan dengan:
a) Suara yang terdengar dan perlahan-lahan dengan tujuan untuk membantu pikiran berkonsentrasi kepada bacaan dan bersiap memasuki langkah kedua (saat teduh); 
b) Ketelitian dan kecermatan, tidak bisa hanya sambil lalu;
c) Mengulang lagi dalam hati, dengan penuh perhatian sambil bertanya:  Apakah aku mengerti apa yang dikatakan teks? dan Apakah sebenarnya isi teks ini?

2) Saat Teduh
Pada langkah ini orang ditarik mempersiapkan hati untuk meresapkan Firman Tuhan. merenungkan Firman dan meresapkannya dengan tenang. Mengulang-ulang kata/kalimat/ayat/peristiwa dalam bacaan yang memberi kesan istimewa. Merenungkan:
a) Apa yang ingin Tuhan katakan kepadaku melalui kata/kalimat/ayat/peristiwa yang memberikan kesan khusus tersebut?;
b)Bagaimana sebenarnya keadaan saya saat ini?

3) Berdoa
Langkah ini berarti doa yang digerakkan/diilhami oleh Firman Tuhan. Dalam doa ini orang menanggapi apa yang telah Tuhan katakan kepadanya. Doa bisa berupa: doa penyesalan, doa pertobatan, doa syukur/pujian, doa permohonan.

4) Berkontemplasi
Hadir di hadapan Tuhan dalam keheningan, mengangkat jiwa dan memandang Tuhan. Di sini tidak ada lagi kata-kata atau gagasan-gagasan. Manusia menjadi pasif hanya menerima anugerah berkat Tuhan dan membuka hati untuk mengalami limpahan kasihNya.

5) Bertindak
Apa yang diperolehdari pembacaan Kitab Suci ini direalisasikan dalam tindakan kongkrit/nyata pada kehidupan (Yak 1:22-25). Firman Tuhan yang dilakukan akan membuat manusia berbuah dalam hidupnya.
Kita akan melanjutkan pembahasan tentang Cara Alkitabiah dalam Membaca Kitab Suci, yaitu cara membaca dalam iman dan membaca sambil merenungkan.

1) Membaca Dalam Iman
Bila membaca Kitab Suci sekedar untuk mengenal dan belajar, maka membaca Kitab Suci bukan sebagai pengalaman rohani. Agar menjadi pengalaman rohani dibutuhkan syarat tertentu yakni dalam iman akan karya Allah pengelola hidup ini. Bila membaca Kitab Suci dengan maksud mendengarkan Firman Allah dan mencari jalan untuk melaksanakan Firman itu maka syarat di atas harus dilaksanakan. Membaca demikian ada pentahapannya:

a) Membaca Secara Lisan:
Membaca sambil mendengarkan apa yang dibacanya akan mengalami hal yang lain dari pada hanya membaca secara batin. Membaca lisan melibatkan seluruh indera, sehingga lebih merasakan apa yang difirmankan;

b) Membaca Kalimat -Membaca Kisah:
Membaca memang lewat kalimat tertulis, tetapi kalimat itu dalam rangkaian suatu kisah. Bila membaca sambil memperhatikan sejarah panjang dalam rangkaian kisah tersebut, maka akan dipahami peristiwa-peristiwa yang bernilai, dan mungkin melibatkan diriNya. Disitulah karya Allah Sang Pencipta - Penyelenggara menjadi nyata secara bertahap. Sejarah manusia yang dikisahkan dalam Kitab Suci menjadi sejarah penyelamatan Allah yang memperhatikan hidup manusia.

c) Membaca dengan cara demikian membutuhkan latihan:
           * Bisa dengan menentukan waktu: Hari, saat sore hari, setiap hari, satu jam,  dan lain-lain. Dalam hal ini usaha secara teratur sangat bermanfaat.
           * Bila menentukan lama waktu, maka harus ditepati. Bahaya besar bila waktu yang ditentukan kemudian dikurangi. Lebih baik menambah daripada mengurangi.
           * Perlu memperhatikan tempat. Tempat tenang, tidak gaduh atau ribut sangat membantu latihan untuk membaca.
           * Dianjurkan untuk membaca terus-menerus. Misalnya keseluruhan dari setiap Injil. Dengan demikian akan mengenali isi buku itu.Bila Kitab Suci dibaca rata-rata satu pasal sehari, maka dibutuhkan kurang lebih 3 tahun 8 bulan untuk menyelesaikannya.

2. Membaca Sambil Merenungkan
Orang yang saling mengasihi bisa diam, sambil berpegangan tangan. Kata-kata menjadi tidak penting, kehadiran satu terhadap yang lain ditunggu-tunggu. Orang yang mencintai Allah akan membaca Kitab Suci dalam sikap seperti itu. Awalnya kata-kata memang perlu, lalu lama kelamaan kehadiran Allah dirasakan secara penuh makna. Seperti membaca surat cinta, kata demi kata mengandung nilai. Siapa mencintai membaca dengan teliti, seolah-olah sayang akan ada sesuatu yang hilang bila tergesa-gesa membaca.
Membaca sambil merenungkan akan mendalami apa yang dibacanya, mengalami peristiwa yang dilukiskan, memetik nilai bagi kehidupannya.  Misalnya, bila membaca kisah para gembala yang ada di padang pada saat diberi kabar gembira, kemudian mendengar paduan suara para malaikat, terus bergegas menuju ke Betlehem (Luk 2:7-15). Katekisan bisa membayangkan kegembiraan, gairah, sorak-sorai dan teriakan saling memanggil teman. Nilai peristiwa kelahiran Yesus juga menjadi lebih hidup dan mendalam.

Salam 'WOW'
Drs. Reinhard Samah, M.Th
Founder & Master Trainer
Next Level Training
0818 0888 2611
pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0819 3255 1765




Tidak ada komentar:

Posting Komentar