Selasa, 10 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 112), Selasa, 10 Oktober, 2Raja-Raja 5:1-14

JANGAN PANDANG STATUS SOSIALNYA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Yang menahan sebuah pohon adalah akarnya, yang membuat sebuah bangunan tegak adalah pondasinya dan yang membuat manusia tangguh adalah IMAN percaya kepada KRISTUS. "

Gencatan senjata.

Bacaan kita menjelaskan: “Naaman panglima Raja Aram (ay. 1). Kedudukan Naaman menambah pentingnya peristiwa ini. Ia menderita Sakit kusta. Di Aram kusta hanya mengakibatkan kendala jasmaniah sehingga orang yang terkena tidak dapat melaksanakan tugas-tugasnya. sebagai seorang panglima yang terkena kusta Naaman tidak bisa lagi memimpin pasukan Aram memperoleh kemenangan, dan itu benar-benar membuatnya risau. Sementara itu, cara berpikir gadis itu adalah: di Israel ada Tuhan yang hidup yang dapat menyembuhkan. Membawa tertawan seorang anak perempuan dari negeri Israel (ay. 2). Lalu pergilah Naaman memberitahukan kepada tuannya (ay. 3-4). Apa yang dikatakan gadis itu dilaporkan kepada sang raja.

Dalam pada itu, Aku akan mengirim surat kepada raja Israel (ay. 5-6). Sang raja segera mengirim surat kepada raja Israel sebab diyakini bahwa raja Israel dapat meminta apa saja yang diharapkan dari Elisa, nabi"nya." Pesan itu sampai kepada orang yang salah, sebab Tuhan menginginkan agar penyembuhan itu merupakan sebuah kejadian yang diketahui umum. Rupanya ada gencatan senjata antara Israel dengan Aram.

Taat dan setia pada perkara-perkara kecil.

Ayat 13 dan 14 melukiskan: Jika kita tidak bisa menaati Tuhan dalam perkara-perkara kecil, bagaimana kita bisa mengharapkan Dia untuk memberkati kita dengan perkara-perkara besar? Lalu pulihlah tubuhnya. Kesembuhan diperoleh melalui ketaatan Naaman ketika ia membenamkan dirinya yang ketujuh kali.

Di gereja kekinian ada semacam keyakinan bahwa untuk menjangkau jiwa-jiwa dari kalangan atas seperti para pejabat tinggi, para top eksekutif, dan pengusaha besar, dibutuhkan hamba Tuhan dari kalangan mereka. Keyakinan ini berdasarkan suatu konsep bahwa dari kalangan mereka akan lebih mudah diterima dan membuat pendekatan yang tepat, karena mengerti kebutuhan dan cara berpikir mereka. Namun keyakinan ini juga mencerminkan bahwa ada semacam gap yang tak terjembatani, sekalipun oleh pelayanan. 
 
Keyakinan seperti ini tidak boleh dimutlakkan karena gap tadi dapat berkembang sehingga menciptakan dua kubu, yaitu kubu dengan status sosial tinggi, dan kubu dengan status sosial rendah. Tidak demikian yang terjadi dalam kisah Naaman. Seorang tawanan perempuan kecil dapat meyakinkan tuannya, sang perwira tinggi, bahwa ia butuh Tuhan yang diwakili oleh Elisa, sehingga Naaman menemui Elisa. Anak perempuan ini berperan sangat efektif untuk menjangkau jiwa seperti Naaman. Padahal secara status sosial, berbeda jauh, nyaris tak terjembatani.

Yang menjadi 'rahasia keefektifan' anak perempuan itu adalah karena ia mempunyai kasih yang menembus ras, suku, golongan, dan status sosial. Walau ia hanya sebagai hamba istri Naaman, namun ia peduli dan tahu kebutuhan atasannya. Ia pun yakin "Siapa" yang dapat menyembuhkan Naaman. Kasih dan keyakinannya telah menjembatani gap perbedaan sosial. Sedangkan sikap Elisa terhadap Naaman tidak sekadar menjembatani tetapi juga meniadakan gap itu. Dengan tidak menemuinya secara tatap-muka, Elisa menandaskan bahwa di hadapan Tuhan siapa pun sama, siapa pun butuh anugerah-Nya, sehingga tidak perlu diberikan penghormatan dan perhatian khusus.
Pesan hari ini: “Tak ada gap sosial-ekonomi yang ter-lalu jauh untuk dijembatani oleh kasih dan keyakinan iman, dan tidak ada yang terlalu luas ditiadakan oleh anugerah-Nya”

TUHAN MENGASIHI ENGKAU KARENA ENGKAU BERHARGA DIMATANYA.

#Salam_WOW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar