Jumat, 13 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 116), Minggu, 15 Oktober, Mazmur 90:1-12


TEMPAT PERTEDUHAN KAMI
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Diri adalah kanvas yang terlalu sempit dan terlalu terbatas untuk melukiskan keindahan dan kebesaran Tuhan.

Kekekalan Tuhan.

Bahagian bacaan kita menggambarkan kehidupan Manusia Diperbandingkan dengan Kekekalan Tuhan. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami (ay. 1-3). Pemazmur mulai dengan menyebut keyakinannya akan kekekalan Tuhan. Sesungguhnya, semua generasi mengetahui bahwa hal itu benar. Tuhan bersifat kekal; sedang manusia bersifat fana. Tuhan tidak terikat pada waktu; manusia selalu terikat pada waktu. Tuhan ada dari kekal sampai kekal; manusia, seperti rumput, hidupnya singkat. Gaya bahasa kiasan pada ayat 4-6 bukan hanya menonjolkan betapa singkatnya atau rapuhnya hidup ini, melainkan juga ketergantungan manusia kepada Yang Kekal. Nasib manusia pasti ada di tangan Tuhan, kembali kepada debu atas perintah-Nya dan hilang bagaikan tersapu oleh air bah.

Sementara itu, pada bahagian lain dari bacaan kita, terjelaskan: Manusia Habis Lenyap oleh Murka Tuhan (ay. 7-12). Sungguh, rami habis lenyap karena murka-Mu. Pemazmur kini menjelaskan alasan dari hidup manusia yang fana serta penderitaannya. Melalui sejarah dan pengalaman pribadi, dia menyadari bahwa cahaya wajah Tuhan seperti matahari, menyelidiki kehidupan manusia yang terdalam. Dibanding sifat Tuhan yang tidak mengenal waktu, rentang hidup tujuh puluh atau delapan puluh tahun kelihatannya sungguh pendek. Lagi pula, tahun-tahun itu diisi oleh kesedihan dan penderitaan. Dari pandangan hidup pesimis ini muncul jeritan sayu mengharapkan pengajaran dan hikmat untuk menolong manusia mengerti arti hidup sebenarnya.

Semua karena DIA.

Setiap orang takjub bila mendengarkan pengalaman Musa membawa keluar bangsa Israel di bawah pimpinan Tuhan. Pada akhirnya semua akan berkesimpulan sama: kalau bukan karena kemahakuasaan Tuhan, perbudakan takkan pernah lepas dari hidup bangsa Israel generasi ke generasi; kalau bukan karena Tuhan, bangsa Israel akan dihancurmusnahkan tentara Firaun yang kejam, terlatih dan tangkas; kalau bukan karena pemeliharaan Tuhan, bangsa Israel takkan lepas dari bahaya kelaparan dan kehausan; kalau bukan karena kedaulatan Tuhan, takkan mampu Musa menyanyikan pengalamannya yang maha besar itu.

Musa menyanyikan kuasa Tuhan yang maha besar yang dapat mengalahkan segala bentuk ancaman. Pengalaman perjalanan hidupnya telah memperlihatkan dan mengajarkan bahwa sekalipun kasih dan kedaulatan Tuhan itu dahsyat dan menggelegar, namun Ia berkenan menjadi tempat berlindung.

Mengaku kelemahan diri. Nyanyian yang dimulai dengan pujian dan pernyataan kasih Tuhan, diikuti ungkapan kesadaran Musa akan lemah dan piciknya pikiran manusia. Mazmur ini mengingatkan bahwa Tuhan Yesus Kristus menghampiri dan membebaskan kita dari kehinaan dan perbudakan dosa.

Terluka tapi mendengar.

Saat kita mengalami dukacita yang dalam atau situasi yang sulit, kita barangkali merasa tersinggung apabila seseorang mengatakan bahwa sesuatu yang baik dapat muncul dari kesukaran kita. Seseorang bermaksud baik yang mencoba untuk mendorong kita untuk memercayai janji-janji Tuhan, dapat dianggap sebagai orang yang tidak memiliki perasaan atau bahkan tidak realistis.

Hal itu terjadi terhadap bangsa Israel, yaitu ketika Tuhan sedang mengusahakan pembebasan mereka dari tanah Mesir. Firaun mengeraskan hatinya terhadap perintah Tuhan untuk membiarkan umat-Nya pergi, dan ia memperberat beban kerja budak-budak Ibrani dengan memaksa mereka mengumpulkan jerami yang diperlukan untuk membuat batu bata. Mereka menjadi begitu patah semangat, sehingga tidak dapat menerima jaminan Musa bahwa Tuhan telah mendengar seruan mereka dan berjanji untuk membawa mereka ke tanah milik mereka sendiri. 

Kadang-kadang luka dan ketakutan yang kita alami dapat menutup telinga kita terhadap kata-kata Tuhan yang penuh dengan pengharapan. Akan tetapi, Tuhan ternyata tidak berhenti berbicara kepada kita pada saat kita mengalami kesulitan untuk mendengarkan. Dia justru akan terus-menerus berusaha demi kepentingan kita. Hal itu terjadi sama seperti ketika Dia membebaskan umat-Nya dari tanah Mesir.

Pada saat kita mengalami belas kasihan Tuhan dan kepedulian-Nya, maka kita akan dapat mendengar suara-Nya kembali, sekalipun luka itu belum sembuh. 

#Salam_WOW
(Pkh. 12:10) 




Rp. 50.000,-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar