Minggu, 08 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 110), Jumat, 6 Oktober, 1Raja-Raja 22:41-45


DARI DIRI UNTUK KELUARGA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Tunjukkan senyum di hadapan orang banyak.
Tangis di hadapan sahabat,
Pengorbanan di hadapan keluarga.
Rasa syukur di hadapan Tuhan.

Masih ada kekurangan.

Bacaan kita mengisahkan, Yosafat menjadi raja atas Yehuda (ay. 41). Bagian ini mengisahkan secara singkat masa pemerintahan Yosafat. Tiga fakta utama tampak menonjol: dia memerintah bersama dengan ayahnya Asa; hampir dalam segala hal dia termasuk orang saleh; kesalahannya yang utama adalah mengadakan persepakatan dengan Ahab Raja Israel.

Yosafat seorang raja yang hidup menurut jejak ayahnya yaitu hidup menurut jalan Tuhan dan melakukan apa yang benar di mata Allah. Bahkan Allah menghargai apa yang ia. Selama pemerintahannya, ia berhasil mengadakan reformasi kerohanian bangsa. Hanya apa yang ia lakukan masih ada kekurangan.

Simultan dan tuntas.

Reformasi rohani yang dilakukan Yosafat belumlah total. Ia baru berhasil melakukan reformasi yang dimulai dari dirinya sendiri. Namun reformasi masyarakat secara tuntas belum ia lakukan. Buktinya ia sudah menghapuskan sisa pelacuran bakti, namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan, sehingga bangsa Yehuda masih mempersembahkan dan membakar korban di bukit-bukit itu. Dalam kehidupan pribadinya, nampaknya Yosafat memilah-milah antara kehidupan rohani dan kehidupan non-rohani yaitu urusan dagang dan politiknya. Dulu ia sengaja bersekutu dengan Ahab untuk memerangi Ramot-Gilead, padahal Allah melarangnya melalui nabi Mikha. Kemudian ia melakukan kerja sama perdagangan dengan Ahazia, anak Ahab yang melakukan apa yang jahat di mata Allah. Allah menegurnya melalui Eliezer dan bencana menimpa kapal-kapalnya. Baru setelah itu ia tidak berani melakukan kerjasama dengan Ahazia.

Kekurangan-kekurangan itu bukanlah hal sepele. Karena berakibat cukup fatal bagi kehidupan keturunannya dan bangsa Yehuda setelah zamannya. Yoram anak Yosafat ternyata tidak hidup menurut jalan ayahnya. Ia membunuh saudara-saudara kandungnya dan melakukan apa yang jahat di mata Allah. Walaupun tidak dikatakan sebagai akibat langsung dari kekurangan Yosafat, namun dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa karena Yosafat serba tanggung di dalam melakukan reformasi kerohanian, sehingga tidak mampu memberikan fondasi yang kuat bagi kehidupan kerohanian keluarga dan masyarakat. Yang diutamakan hanyalah kehidupan rohani pribadinya. Ia mengabaikan kehidupan rohani keluarga dan masyarakatnya.

Betul, pembenahan kerohanian pribadi adalah penting, namun yang tidak kalah penting adalah pembenahan rohani keluarga dan masyarakat. Hal ini harus dilakukan secara simultan dan tuntas, agar memberikan pondasi yang kuat bagi keluarga kita dan generasi mendatang.

KELUARGA YANG BAIK DIMULAI DENGAN CINTA, DIBANGUN DENGAN KASIH SAYANG, DAN DIPELIHARA DENGAN KESETIAAN.

#Salam_WOW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar