Minggu, 08 Oktober 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 108), Rabu, 4 Oktober, 1Raja-Raja 13:1-10


KASIH DAN KEADILAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Berbuat tidak adil lebih memalukan dari pada menderita ketidakadilan (Plato).

Hubungan sosial.

Dalam bacaan kita nampak Tuhan menyatakan kasih-Nya dengan mengirim abdi-Nya dari Yehuda (Yerobeam berada di Kerajaan Utara, Israel). Memberikan tanda-tanda seperti mezbah yang pecah (ay. 3, 5) dan tangan Yerobeam yang menjadi kejang (ay. 4). Sebenarnya Yehuda saja membatalkan persiapan untuk menyerang Yerobeam, tetapi sekarang Tuhan justru mengirim abdi-Nya dari Yehuda untuk memperingatkan Yerobeam agar bertobat. Itu semua dilakukan sesudah Yerobeam melakukan dosa yang begitu menjijikan di hadapan Tuhan.

Dalam pada itu, Yerobeam mengundang Abdi Tuhan itu kerumahnya (ay. 7). Undangan Yerobeam mungkin memiliki tujuan ganda: undangan itu bisa merupakan sebuah cara untuk meminta maaf atas usahanya menangkap sang abdi Allah; tetapi bisa juga merupakan sebuah usaha untuk mengelak atau setidak-tidaknya memperlunak hukuman yang telah diucapkan tadi. Tapi Abdi Tuhan itu menolak undangan Yerobeam dan berkata: “Sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau singgah kepadamu (ay. 8). Berpegang pada perintah Tuhan, sang abdi Tuhan menolak dengan alasan dirinya secara tegas telah diperintahkan untuk tidak boleh makan atau minum ketika berada di Betel. Hubungan sosial semacam itu bisa saja memberikan kesan kepada bangsa tersebut bahwa hukuman yang diberitakan oleh abdi Tuhan itu berhasil dihindarkan atau setidaknya dikurangi.

Selaraskan tindakan kasih dan keadilan bagi siapa pun

Kasih dan keadilan bisa dikatakan seperti minyak dan air yang tidak dapat disatukan dalam kehidupan manusia. Di mana kasih berbicara keadilan diamputasi. Tampaknya kedua nilai itu saling bertentangan. Namun di dalam Tuhan, kedua nilai itu menyatu tanpa salah satunya mengalami distorsi (penyimpangan) makna.

Insiden yang terjadi dalam perikop ini merupakan suatu bukti bahwa kedua nilai itu dapat dinyatakan oleh Tuhan secara bersamaan tanpa distorsi nilai. Tuhan begitu membenci dosa Yerobeam. Tuhan secara tegas melarang abdi-Nya untuk makan atau minum apa pun di tempat Yerobeam. Sikap ini menunjukkan keadilan Tuhan bahwa yang berdosa tidak akan menerima konsekuensinya.

Tuhan secara obyektif menempatkan setiap nilai pada porsinya, dan tetap melihat manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya yang Ia kasihi dan tidak membiarkan adanya nafsu, emosi, dan unsur subyektifitas yang menjadi katalisator bagi membaurnya kedua nilai itu sehingga keduanya menjadi bias. Dalam diri manusia, unsur emosi dan subyektifitas selalu berperan paling dominan dalam mengambil sikap terhadap orang yang melakukan dosa, sehingga berakibat salah satu nilai itu harus dikorbankan.  

Setiap kita adalah makhluk ciptaan Tuhan yang juga sebagai obyek kasih Tuhan, jadi selaraskan tindakan kasih dan keadilan bagi siapa pun. Karenanya, kasih dan keadilan seharusnya berjalan seiring.

HANYA KEBENARAN YANG BISA MENGHADAPI KETIDAKADILAN. KEBENARAN ATAU KASIH.

#Salam_WOW (Pkh. 12:10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar