Selasa, 12 Desember 2017

Sabda Bina Diri (hari ke 147) Rabu, 6 Desember, Maleakhi 2:17

JANGAN SEKALIPUN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Kamu menyusahi  TUHAN dengan perkataanmu. Tetapi kamu berkata:  "Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang demikianlah Ia berkenan --atau jika tidak, di manakah Allah yang menghukum?" (Mal. 2:17)

Iri.

Ayat ini mengenai masalah pembalasan. Kenyataan bahwa orang fasik kerap kali makmur dan sejahtera menjadi batu sandungan bagi orang saleh selama hanya dapat memikirkan pembalasan dalam rangka dunia sementara ini.

Kalimat ini: “Dengan cara bagaimanakah kami menyusahi Dia?  Bermakna, walau agama mereka hanyalah suatu bentuk kosong, orang-orang yang hidup sezaman dengan Maleakhi protes ketika kesalehan mereka dipertanyakan. Sementara kalimat ini: “Setiap orang yang berbuat jahat”, Yang diacu adalah orang-orang Yahudi yang duniawi dan juga orang kafir. Alasannya: Karena banyak orang menikmati kemakmuran materi, walaupun mereka terus-menerus melanggar hukum moral, maka andaikata Allah ada, Dia rupanya menyenangi mereka. Terakhir, kalimat ini: “Di manakah Allah yang menghukum?”, bermakna kehadiran Allah yang mahakuasa dan adil dipertanyakan. Secara tidak langsung tuduhannya adalah bahwa jika Allah ada, Dia tentu bertindak.

Meragukan Tuhan.

Umat bertanya dengan nada sinis, "Di manakah Tuhan yang menghukum?" Bangsa Israel pada zaman nabi Maleakhi dan Kristen zaman ini, pasti yakin telah menyembah Allah yang benar. Tetapi selalu ada bahaya terjadinya penyimpangan. Misalnya, mengkondisikan Tuhan sesuai selera kita. Akibatnya, semua perbuatan salah dibenarkan! Kristen telah dibebaskan dari gelap menuju terang, dari buta total menjadi dapat melihat. Allah membuat perubahan radikal dalam diri manusia. Tetapi jika firman Tuhan tidak lagi dihargai otoritasnya, atau tidak lagi menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan, maka kebenaran pun menjadi kabur, kebaikan Tuhan diragukan.

Tuhan yang benar. Tuhan tidak membeda-bedakan dosa. Dari yang bersifat spiritual (sihir dan sejenisnya), yang bersifat pribadi (zinah), maupun dosa mempermainkan keadilan, menindas yang lemah, dan sebagainya. Artinya, Tuhan tidak pernah menekankan pengecaman hanya kepada salah satu dosa saja. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang membuat perjanjian -- yang merangkul manusia dengan kasih yang tidak patut mereka terima; Tuhan yang dahsyat; Tuhan yang bertindak untuk meneguhkan keadilan; Tuhan yang tidak langsung menghancurkan, tetapi berkarya memurnikan iman yang seringkali melalui penderitaan; Tuhan, sumber Pengharapan. Mereka yang telah jatuh jauh pun, diubah secara radikal sehingga hidupnya dimampukan menyenangkan hati Tuhan daripada menyusahkan. Tuhan menuntut agar manusia hidup sesuai dengan hukum kasih dan akan menghakimi mereka yang tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, antara lain mereka seperti pemfitnah, pemeras tenaga pekerja dengan upah rendah, berlaku tidak adil dan tidak peduli terhadap orang lemah.

Pada suatu hari, seperti biasanya, ibu ini bangun pagi dan seperti kebiasaannya ia bangun dan membaca Alkitabnya, berdoa dan setelah itu ia ke dapur untuk mempersiapkan tempe yang akan di jualnya hari itu.
Pada saat ia akan mengambil tempe yang telah dibuat sehari sebelumnya, betapa kagetnya begitu ia membuka tutup wadah tempe buatannya, belum jadi!  Masih berupa kedelai.
Ia duduk sebentar, menarik napas panjang dan mulai berpikir ” Apa yang menyebabkan ini terjadi  padaku ya ? Apa aku sudah berbuat dosa atau ada sesuatu yang lain sehingga hal ini bisa terjadi?” Ia mengambil keputusan untuk berdoa.
Doa ibu ini sungguh-sungguh. “Dan sekarang aku berkata kepada kedelai ini, Dalam nama Tuhan Yesus, aku perintahkan engkau berubah menjadi Tempe !”. Ibu ini sering melihat bagaimana pendeta di gerejanya berdoa dan bagaimana ia belajar Alkitab di gerejanya yang mengajarkan bagaimana anak Tuhan diberi otoritas oleh Tuhan. Karena itulah ia belajar mempraktekkannya hari itu.

Apa Yang Terjadi?

Ternyata tempe tersebut belum jadi. Masih seperti sebelumnya berupa tempe setengah jadi. “Ya Tuhan, aku harus berbuat apa? Mengapa hal ini bisa terjadi padaku. Aku nggak punya uang cukup untuk makan kalau hari ini aku tidak berjualan tempe. Aku sudah mempraktekkan FirmanMu dengan iman, tapi Tuhan, kenapa Engkau tidak buat Mukjizat. Apa Tidak ada mukjizat lagi di jaman sekarang?” kata ibu ini dalam hatinya yang semakin resah dan bingung berkecamuk menjadi satu.
“Oh, mungkin aku harus melangkah dengan iman” Pikir ibu ini kemudian. Kemudian ibu ini mengambil tempe belum jadi ini dan memasukkannya ke dalam keranjang pikulannya dan memondongnya ke punggungnya dan bersiap berangkat ke pasar.
Setibanya di pasar,  teman-teman seprofesinya bingung karena ibu ini tiba di pasar kesiangan. Ibu ini menurunkan barang dagannya yang masih tertutup kain tersebut, sambil menoleh ke dagangan tempe teman-temanya yang sudah mulai habis, sedangkan dia sendiri belum berjualan karena kesiangan hari itu.
Tidak lama kemudian,  ibu ini melihat ada seorang ibu paruh baya yang berjalan seolah mencari sesuatu dari suatu lapak ke lapak lainnya hendak membeli sesuatu tapi tidak mendapat apa yang mau dibelinya.
Sampai ibu paruh baya tersebut berhenti di lapak ibu penjual tempe tersebut. “Ibu mencari apa? Kok saya perhatikan mencari sesuatu tapi tidak mendapat apa yang ibu mau beli” Kata ibu penjual tempe tersebut.
“Saya cari tempe yang setengah jadi, bu, itu loh, tempe yang masih belum jadi tempe tapi masih kededai yang mau jadi tempe. Saya sudah keliling ke seluruh penjual tempe di pasar ini tapi nggak ada yang jualan tempe setengah jadi ” kata ibu tersebut. “Anak saya yang tinggal di Jakarta, lagi ngidam hamil muda dan ngidamnya itu kepingin tempe dari desa asalnya ini.  Kalau saya paketkan tempe ini ke Jakarta dan tiba di anak saya dua hari lagi  ya tempe tersebut sudah nggak enak lagi. Jadi supaya pas, saya harus cari tempe yang belum jadi. supaya kalau tiba di rumah anak saya dua hari lagi, pas matangnya tempe  tersebut dan enak kalau dimakan”.
Singkat cerita, tempe yang belum jadi itu, diborong semua oleh ibu paruh baya tersebut. Moral cerita diatas, mengajarkan kita untuk jangan memaksa sekaligus meragukan Tuhan. Sekali-kali,  jangan!

PERCAYA KEBAIKAN TUHAN, AKAN MEMBUAT KITA TAK RAGU, SEBAB DALAM SEGALA HAL TUHAN TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN KEBAIKAN BAGI KITA.


#Salam_WOW


NOTE:

Renungan ini ditulis bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya kirimkan. Hubungi 0818 0888 2611 (WA/SMS)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar