Jumat, 28 Juli 2017

Sabda Bina Diri - Kamis, 27 Juli 2017 (Kisah Para Rasul 13:50-52)



KAU TOLAK AKU SUKACITA
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Calvin berkata: “Anda harus tunduk kepada penderitaan tertinggi dalam rangka untuk menemukan penyelesaian sukacita”. Dalam dunia yang sedih, masukilah dengan sukacita. Kita tidak bisa menyembuhkan kesedihan dunia, tapi kita bisa memilih untuk hidup dalam sukacita.

Pikul penghinaan lanjutkan pelayanan.

Dalam bacaan ini diberitahukan kepada kita, bagaimana orang-orang Yahudi yang tidak percaya itu mengusir Paulus dan Barnabas keluar dari negeri itu. Mula-mula mereka memalingkan muka dari kedua orang itu, dan kemudian mengangkat tumit terhadap mereka (ay. 50): Mereka menimbulkan penganiayaan atas Paulus dan Barnabas, menghasut orang banyak agar menganiaya keduanya dengan cara mereka, yakni menghina Paulus dan Barnabas sementara mereka melintas di jalan.
Kemudian Paulus dan Barnabas Mengebaskan debu kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang itu. Ketika meninggalkan kota, mereka melakukan ini di depan orang-orang yang sedang duduk di pintu gerbang (ay. 51). Apa yang terjadi selanjutnya? Ayat 52 mengatakan: Dan murid-murid, ketika melihat betapa Paulus dan Barnabas dengan berani dan bersukacita bukan saja memikul penghinaan yang ditimpakan kepada mereka, melainkan juga melanjutkan pelayanan, mereka juga terdorong untuk berbuat serupa.
Terus bersaksi walau ditolak.
Orang Kristen dan gereja di Indonesia mengemban panggilan untuk bersaksi. Kita perlu belajar bersaksi yang memperhatikan konteks dan dengan cara yang dialogis bukan konfrontatif. Namun, jika semua faktor itu sudah kita pertimbangkan dan tetap terjadi penolakan bahkan perlawanan, terimalah itu sebagai sifat Injil yang memang selalu membawa akibat positif dan negatif. Jangan merasa gagal, takut, dan malu bila ditolak. Kita harus terus bersaksi kepada lebih banyak orang yang belum berkesempatan mendengar Injil.
Saya memahami benar perasaan dan pengalaman Paulus di tolak. Saya juga ditolak berkhotbah pada ibadah Minggu di Gereja saya sendiri. Tetapi saya tetap bersukacita dan melanjutkan pelayanan. Puji Tuhan saya diminta berkhotbah dibanyak Gereja lain. Saya memahami benar pikiran Paulus atas perlakukan yang diterimanya. Sayapun ditolak mengajar kelas katekisasi di Gereja saya. Tapi saya tetap bersukacita dan melanjutkan pelayanan saya. Puji Tuhan, saya dapat mengajar tiga kelas Alkitab dan satu kelas online dengan murid yang cukup banyak serta diminta mengajar sebuah sekolah teologi selain kelas PAK di Universitas besar di Jakarta yang sudah lama berlangsung.
SUKACITA ADALAH BENTUK PALING SEDERHANA SEDERHANA DARI UCAPAN SYUKUR. LANJUTKAN PELAYANANMU DAN TETAPLAH SEMANGAT.

#Salam_WOW


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar