Jumat, 25 Agustus 2017

Sabda Bina Diri - Sabtu, 26 Agustus (Amos 5:7-13)

MEMBENCI KEJAHATAN MENGASIHI KEBAIKAN
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Ketika seseorang menyakiti kita, bencilah apa yang telah dia lakukan, jangan benci dirinya.

Penegur ketidakadilan tidak disukai.

Kerohanian sejati tidak ada jikalau tidak disertai keinginan akan kebenaran (ay. 7). Kita semua harus menaruh perhatian sungguh-sungguh akan kebenaran dalam hidup kita dan masyarakat di mana kita hidup. Kebenaran diungkapkan dengan mengikuti pimpinan Roh Kudus, membenci kejahatan, dan mengasihi kebaikan. Memanggil air Taut (ay. 8), ayat ini tidak saja mengacu kepada kuasa pengendalian Allah atas kekuatan-kekuatan alam, tetapi mungkin kepada air bah zaman Nuh. Yang memberi teguran di pintu gerbang (ay. 10), pintu gerbang kota adalah tempat keadilan dilaksanakan. Seorang hakim atau nabi yang menegur ketidakadilan, pasti tidak disukai.

Dalam pada itu, Amos menasihati bangsa itu untuk mendengarkan ratapannya tentang Israel. Sang nabi menandaskan perlunya pertobatan dan merinci beberapa dosa yang membuat bangsa itu bersalah. Penyembahan berhala mereka yang terus-menerus telah menjadi pola hidup mereka. Karena itu hukuman dalam bentuk pembuangan tidak dapat dihindarkan. Di antara semua dosa Israel yang dikemukakan Amos, yang paling menonjol adalah dosa-dosa sosial mereka -- orang kaya yang mengambil keuntungan dari yang miskin dan memeras mereka. Allah menghendaki bahwa kita mempunyai kasih istimewa dan belas kasihan bagi mereka yang perlu bantuan.

Membenci yang jahat mencintai yang baik.

Olive Moore, penulis Inggris abad ke-19, menulis kata-kata ini: “Hati-hatilah menggunakan kebencian …. Kebencian adalah hasrat yang membutuhkan seratus kali energi cinta. Pakailah hanya untuk membenci masalah, bukan orang. Pakailah hanya untuk membenci sikap tidak toleran, ketidakadilan, kebodohan. Kebencian akan menjadi kekuatan manakala kita menggunakannya untuk membenci hal-hal di atas. Kekuatan dan kedahsyatannya tergantung pada banyaknya kita memakai kebencian itu.”

Kita cenderung menghambur-hamburkan sikap benci untuk kesalahan dan perbedaan yang remeh. Komentar rekan sesame pelayan dapat memancing rasa sengit kita. Surat bernada marah untuk pimpinan gereja sering membesar-besarkan hal-hal remeh karena penyakit kebencian kita salah sasaran. Gereja menjadi retak dan pecah ketika kebencian diarahkan kepada orang-orang, bukan pada kekuatan di sekitar kita yang menghancurkan kehidupan dan harapan.

Misionaris kuno yang melakukan perjalanan keliling digambarkan sebagai orang-orang yang tidak membenci apa pun selain dosa. Mereka adalah orang yang secara serius melakukan seruan pemazmur, “Hai orang-orang yang mengasihi Tuhan, bencilah kejahatan!”, dan Nabi Amos yang mendesak pembacanya untuk “membenci yang jahat dan mencintai yang baik”

SEBAIK-BAIKNYA PERBUATAN KITA, AKAN SELALU ADA ORANG YANG IRI DAN MEMBENCI. BUKAN ALASAN UNTUK BERHENTI MENEBAR KEBAIKAN. JANGAN PERNAH BERHENTI BERBUAT BAIK.
 
#Salam_WOW
(Pkh. 12:10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar