Sabtu, 16 September 2017

Sabda Bina Diri (90) Sabtu, 16 September, 1Samuel 18:6-30

PANTANG MENYERAH
Oleh: Reinhard Samah Kansil

Sadarilah bahwa orang yang menghalangi kesuksesan itu ternyata diri kita sendiri.
Maka kita harus mengubah sikap. Apapun yang terjadi jangan pernah menyerah kalah.

Bara benci.

Bacaan kita menggambarkan sebuah kebencian yang membara. Berlangsung permusuhan antara Saul dan Daud. Saul membenci Daud. Kebencian itu adalah buah dari iri hati Saul atas keberhasilan Daud dalam peperangan melawan Filistin (ay. 7-8). Kebencian memembutakan akal sehat dan melumpuhkan kontrol diri. Di mana roh kebencian dipupuk, di sana Roh Kasih sejati tidak mendapat tempat yang layak (ay. 10).

Dalam pada itu, Saul menghalalkan semua cara untuk menyingkirkan Daud. Gagal dengan rencana pertama, Ia lanjutkan jurus mautnya kedua, dengan rencana yang lebih keji dan rendah. Anak perempuannya dijadikan perangkap bagi Daud. Saul berencana mengambil Daud menjadi menantu dan mengangkatnya menjadi panglima perang. Tujuannya adalah mengorbankan Daud dalam perang dengan Filistin. Saul semakin licik, yang menjadi istri Daud bukan Merab (ay. 19), melainkan Mikhal (ay. 20). Tuhan mengatur lain, sehingga Mikhal menjadi istri Daud. Jebakan Saul belum berakhir. Saul yang tidak lagi didiami Roh Tuhan merupakan contoh buruk bagi semua orang yang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.

Tak kan goyah.

"Tak akan dibiarkan-Nya orang benar itu goyah!" Berbagai jebakan dan perangkap yang direncanakan Saul tak berhasil. Daud lebih unggul dari semua panglima Saul (ay. 30). Melihat ini bukankah kita semakin diyakinkan, bahwa jika menggantungkan seluruh keberadaan kita kepadaNya, tak akan dibiarkan-Nya kita goyah dan kuatir.

Seperti Daud yang pantang menyerah walau di zolimi Saul, perilaku seorang pemimpin sebaiknya mencerminkan karakter pantang menyerah. Pemimpin harus tetap berusaha mencapai tujuan walau hadangan merintang. Jangan melakukan tindakan yang melarikan diri dari tanggungjawab. Ketika seorang pemimpin sudah sampai suatu titik batas pemahaman, titik batas tindakan, titik batas kemampuan kerjanya, saat itulah seorang pemimpin harus terus dan tetap melakukan tindakan meraih tujuan yang hendak dicapai.

Seorang Pemimpin Tidak Pernah Berkompromi Untuk Hal Yang Prinsip Seorang pemimpin tidak dibenarkan berdamai dengan ketidak benaran. Jangan sekali-kali melakukan tawar menawar untuk bertindak dan berpikir yang tidak benar. Seorang pemimpin harus teguh memegang kebenaran sebagai pokok berpikir dan bertindak. Bila menyangkut asas-asas dasar organisasi atau hal pokok sebagai prinsip ajaran misalnya, jangan pernah seorang pemimpin melakukan tawar menawar dan berdamai mengurangi tingkat kebenaran.

KITA BOLEH KALAH. TAPI JANGAN MENYERAH. SELAMA HIDUP INI BELUM SELESAI, PERJUANGAN TAK BOLEH USAI.

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar