Sabtu, 16 September 2017

SAAT TEDUH (hari ke 91) Minggu, 17 September, Amsal 12:1-10

JANGAN ADA DUSTA DIANTARA KITA
Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th

Marilah kita senantiasa berusaha mengutarakan kebenaran.
Hanya kebenaran dan tak ada yang lain selain kebenaran.

Benar tak tergoyahkan.

Tema besar dari 31 pasal Kitab Amsal adalah “Hikmat untuk hidup dengan benar”. Salomo, penulis kitab ini, senang sekali menulis tentang orang benar. Begitupun nas kita kali ini. Orang benar merancangkan keadilan (ay. 5) bukan kejahatan. Di samping itu orang benar sangat peduli kepada mereka yang membutuhkan uluran tangannya karena itu orang benar selalu bermurah hati kepada siapa saja tanpa terkecuali (ay. 10). Bahkan perkataannya pun berguna bagi hidup orang lain (ay. 6).

Namun manusia dikekinian sinis terhadap orang benar. Firman Tuhan jelas menentang keyakinan itu. Orang benar akan tetap merasa aman dan tak tergoyahkan sementara rekannya akan rubuh ketika goncangan-goncangan melanda manusia (ay. 3). Masa kejayaan dan keberadaan orang fasik tidak akan langgeng, namun kejayaan dan keberadaan orang benar malah sebaliknya (ay. 7).

Garis pemisah antara orang benar dan orang fasik sangat jelas walaupun banyak diantara kita sekarang berusaha untuk mengaburkannya. Mereka menyebut tindakan penggelapan atau pemakaian uang gereja dengan `salah prosedur'. Mereka mempersiapkan, merencanakan, dan melakukan ketidakjujuran di bawah payung `pelayanan' dan persekutuan.

Menutupi kebenaran adalah kekejian.

Tindakan kejahatan dan korupsi yang jelas-jelas melanggar norma-norma dan nilai-nilai etis masyarakat, dibenarkan karena dilakukan sesuai dengan undang-undang, peraturan pemerintah, dan keputusan presiden yang sudah disahkan oleh lembaga tertinggi negara. Namun Allah tidak dapat didustai dan diperdayai dengan cara apa pun. Siapa pun kita yang memilih untuk menjadi orang benar yakinlah bahwa berkat sedang dan akan dilimpahkan kepada kita. Sedangkan siapa pun yang menolak kebenaran akan menerima apa yang patut mereka terima.

Coba perhatikan alasan-alasan orang yang melakukan klaim asuransi mobilnya, dibawah ini:

"Sebuah mobil, entah dari mana, tiba-tiba nyelonong dan menabrak mobil saya. Kemudian mobil itu kabur."

"Saya sudah berpengalaman menyetir mobil selama 40 tahun. Hanya saja saat itu saya mengantuk ketika mengemudikan mobil dan terjadilah kecelakaan."

"Saya bergerak meninggalkan tepi jalan, menoleh sekilas kepada ibu mertua saya, dan menabrak pembatas jalan."

"Pejalan kaki itu bingung hendak berjalan ke mana, sehingga akhirnya saya menabraknya."

"Tiang telepon itu tiba-tiba sudah di hadapan saya. Saya telah berusaha membanting setir, tetapi tiang itu masih juga kena bumper depan mobil saya."

"Orang itu sudah berada di tengah jalan. Saya sudah membanting setir beberapa kali, tetapi ia masih tertabrak juga."

"Penyebab tidak langsung kecelakaan ini adalah seorang pria kecil bermulut besar yang mengendarai mobil kecil."

"Alasan-alasan" diatas dapat membuat kita tersenyum, dan beberapa di antaranya mungkin disengaja. Namun, berbagai alasan itu juga mengingatkan, bahwa kita cenderung menutupi kebenaran, terutama jika hal itu menguntungkan kita. Kitab Amsal mengajarkan bahwa "orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi Tuhan”.

DUSTA ADALAH UPAYA PENGECUT UNTUK KELUAR DARI MASALAH

#Salam_WOW
Pkh. 12:10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar