Selasa, 23 Juni 2015

Sejarah KHOTBAH


Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
  Hotline: 0818 0888 2611


Khotbah yang singkat ya...? begitu yang sering kita dengar dari kolega se pelayanan.
Saya suka menggodanya dengan pertanyaan:“Singkat waktunya atau singkat ayatnya?”.
Tradisi Protestan, Katolik, Pentakosta maupun Karismatik tidak membedakan  antara khotbah panjang atau pendek. Semuanya disebut sebagai pemberitaan Firman. Dalam hal ini tidak juga membedakan siapa yang membawakan khotbah, “awam” ataupun sarjana teologi.

A. Pada Mulanya
Praktek khotbah berlangsung sebelum hadirnya kekristenan. Yudaisme memunculkannya dalam tradisi ibadah Yahudi. Bermula dari krisis identitas saat peristiwa pembuangan di Babel, dimana orang-orang muda Yahudi tidak lagi mampu memahami teks-teks berbahasa Ibrani dengan baik.Sementara para tua-tua Yahudi sebagai pemimpin bangsa kala itu tetap inginmempertahankan penggunaan teks-teks Ibrani sebagai warisan leluhur mereka. Berdasar hal ini, para tua-tua menerjemahkan dan menjelaskan teks-teks suci yang mereka baca (dikemudian hari kumpulan penjelasan ini disebut Targum). Upaya menjelaskan teks-teks suci berbahasa Ibrani kepada generasi muda Yahudi inilah yang kita kenal awalnya sebagai khotbah. Dengan demikian,khotbah diberi makna sebagai: “Upaya menjelaskan arti teks kepada jemaat”.

Makna khotbah kekristenan perdana, berbeda. Walau memang menerima tradisi Yahudi (termasuk didalamnya ibadah) dan turut melanjutkan upaya penjelasan teks itu, namun makna khotbah telah bergeser.Upaya penjelasan arti teks dalam bentuk khotbah ini, lebih ditujukan kepada katekisan (orang yang mau menjadi Kristen dalam kelas-kelas katekisasi). Dimaksudkan agar katekisan semakin memahami Kitab Suci dengan lebih baik lagi, sehingga iman percayanya tidak mudah goyah diombang-ambingkan. Tokoh yang berkarisma dalam hal berkhotbah adalah Apolos. Sampai disini, khotbah dipahami “sebagai media pembinaan jemaat”.

B. Pengkhotbah  Ulung
Masa berikutnya, mulai abad ke empat terjadi lagi pergeseran makna khotbah. Perkembangan praktek khotbah demikian pesat ketika Injil mulai diberitakan di kalangan orang Yunani. Jauh sebelumnya, dunia Yunani-Romawi telah lama mengenal retorika (ilmu pidato). Nama-ama seperti Aristoteles (384 SM - 322 SM) dan Cicero (3 Januari 106 SM – 7 Desember 43 SM) dikenal banyak orang ketika itu sebagai orator-orator ulung. Pertemuan dengan prinsip-prinsip ilmu pidato ini banyak mempengaruhi bentuk khotbah Gereja.
Dalam era perjumpaan antara khotbah dan pidato ini muncul pengkhotbah besar terkenal yang sulit untuk dicari tandingannya, dialah Yohanes Chrysostomus (347 - 407 M). Namanya diartikan orang sebagai “Yohanes si mulut emas”. Kemampuan berkhotbahnya sangat fenomenal. Orang-orang dimasanya beranggapan, akibat gaya dan isi khotbahnya itu, banyak jemaat yang tertarik ke Gereja. Baik mereka yang bukan Kristen maupun mereka yang telah resmi meninggalkan ajaran Gereja. Bahkan sejarah mencatat, orang banyak lebih gemar menghadiri ibadah di Gereja tempat “Yohanes si mulut emas” berkhotbah, ketimbang menonton pertunjukkan di stadion. Sampai disini makna khotbah bukan lagi sekedar pembinaan jemaat, melainkan sebagai solusi pemecahan masalah dan juga perdebatan umum yang mana “keindahan kata-kata” menjadi unsur yang sangat penting.
Pada masa reformasi (abad 15) Bapa-bapa Gereja seperti Luther dan Calvin menggunakan khotbah sebagai sarana menyampaikan ajaran reformasi. Konon, Luther membawakan hampir 10.000 khotbah yang keseluruhannya menyangkut ajaran-ajaran reformasi. Bisa dikatakan, pemikiran-pemikiran reformasi Luther tertuang dalam khotbah-khotbahnya. Begitupan Calvin. “Perjuangan” reformasinya digaungkan dari mimbar-mimbar khotbah di jemaat yang dipimpinnya. Tulisan fenomenalnya di bukukan dengan judul yang terkenal itu Institutio, adalah percik-percik pemikiran yang diambil dari khotbah-khotbahnya. Sampai pada tahapan ini, khotbah didefinisikan sebagai:
Pengajaran yang digunakan sebagai alat membangun jemaat”


C. Fungsi  Dan Praktek Khotbah
Lalu bagaimana dengan praktik khotbah saat ini? Apa arti dan fungsi khotbah saat ini?
Dua orang teolog Indonesia perlu kita simak jawabannya. Pertama, Martasudjita, teolog katholik yang menekuni liturgi. Ia mengatakan bahwa kotbah dapat dan harus mengubah hidup seseorang. Sebab khotbah memiliki kekuatan yang datang dari Tuhan.
Lebih lanjut dituturkannya bahwa:“Sabda Allah yang keluar dari mulut Allah adalah sabda yang berdaya guna, yakni sabda yang tidak pernah kosong belaka. Sabda Allah itu memiliki daya dan kekuatan dinamis yang sanggup mengubah dan menghasilkan sesuatu.”
Kedua, Eka Darmaputera, yang tersohor antara lain dengan khotbah-khotbahnya. Ia menyatakan“khotbah yang baik adalah khotbah yang jelas serta merangsang (mendorong) orang untuk mengambil keputusan secara sadar, bebas dan tepat.”
Dua orang tersebut menyatakan bahwa khotbah memiliki kekuatan yang mengubah jemaat. Dengan demikian, khotbah bukanlah sebuah upaya meneruskan tradisi belaka.

D. Khotbah Dalam Ibadah
Ibadah adalah perjumpaan yang istimewa antara Allah dan kita.
Perjumpaan antara Allah dan kita itu mewujud di dalam urutan-urutan liturgi kebaktian. Di mana Allah dan kita, keduanya mengambil bagian. Misalnya di dalam pendahuluan kebaktian, pengkhotbah  atas nama Allah menyampaikan votum, lalu kita jawab dengan amin. Kemudian kita mengaku dosa kita di hadapan Allah dan pengkhotbah atas nama Allah menyampaikan berita pengampunan kepada kita. lalu Allah memberitakan kehendakNya melalui amanat hidup baru, dan kita menyatakan sanggup melaksanakannya.
Allah berbicara kepada kita melalui FirmanNya yang diberitakan di dalam khotbah, dan kita menjawab dengan pengakuan iman kita, syafaat  kita, dan persembahan kita, dan seterusnya.
Dari pemahaman di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa khotbah adalah tempat di mana Allah sendiri berkata-kata memberikan pengajaran dan nasehat.


E. Benarkah Bisa Berkhotbah Adalah Bakat?
Ada ungkapan mengatakan bahwa Bakat itu hanya 1% dan 99 % lainnya adalah Ketekunan serta Cara/metode. Kita lahir dengan aktifitas pertama adalah Menangis. Tidak ada bayi  lahir sudah langsung bisa berbicara. Seiring waktu berjalan,  bayi mulai belajar mengeluarkan bunyi-bunyi yang membentuk penggalan kata. Setiap hari bayi mendengar suara (kata demi kata) dari lingkungannya. Saat itulah bayi tersebut sebenarnya sedang belajar untuk berbicara. Dan bayi-bayi itu adalah KITA SEMUA yang pada hari ini BISA BERBICARA SECARA NORMAL. Ini semua adalah berkat didikan terarah, ketekunan dan pembelajaran secara terus menerus. Anda pun bisa menjadi seorang pengkhotbah yang memukau jika MAU, TAHU CARANYA dan TEKUN BERLATIH.


Salam ‘WOW"
Drs. Reinhard Samah Kansil, M.Th
Founder & Master Trainer Next Level Training

pt. Amarilis Kriya Cipta
Jl. Madrasah Raya No 5d, Cilandak Timur, Pasar Minggu,
JakSel Tel/Fax: (021) 7883 8721
email: traininginteraktif@ymail.com,
Hotline: 0818 0888 2611;  0819 3255 1765


Tidak ada komentar:

Posting Komentar