Oleh: Reinhard Samah Kansil, M.Th
Ketika Sanbalat mendengar,
bahwa kami sedang membangun kembali tembok, bangkitlah amarahnya dan ia sangat
sakit hati. Ia mengolok-olokkan kami.
Olok-olok
Sejak semula gubernur Samaria, Sanbalat, dan beberapa pemimpin wilayah
tetangga lainnya mendengar rencana pembangunan tembok Yerusalem. Mereka kesal
karena ada orang yang datang mengusahakan kesejahteraan orang Israel. Serangan
pertama yang dilontarkan oleh Sanbalat dan sekutunya adalah olok-olok
(ay. 1-3). Olok-olok ini dapat melemahkan semangat orang Yahudi
sebab mereka sedang diperhadapkan pada tugas yang sulit dan Olok-olok yang
mereka lontarkan mengandung kebenaran.
Contohnya, batu yang ada pada zaman itu adalah batu yang lunak. Ketika
dibakar, semua cairan yang terkandung dalam batu itu menguap sehingga batu itu
akan hancur menjadi debu. Karena itu Olok-olok ini: "apakah mereka akan
menghidupkan kembali batu-batu dari timbunan puing yang sudah terbakar
habis?" merupakan serangan mental yang berat terhadap semangat Nehemia dan
kawan-kawannya.
Bagaimana respon Nehemia? Ia
berdoa kepada Allah agar Allah sendiri yang membalikkan Olok-olok itu kepada
Sanbalat dan sekutunya. Nehemia tidak beragumentasi dengan Allah tentang
panggilannya sebab ia yakin bahwa Allah dapat memimpin kepada keberhasilan.
Keberhasilan inilah yang akan membungkam semua Olok-olok. Mereka tetap teguh
melaksanakan pekerjaan mereka. Namun serangan tidak berhenti sampai di sini.
Ketika Olok-olok tidak dapat melemahkan semangat orang Yahudi bahkan pekerjaan
mereka semakin menampakkan kemajuan yang berarti (ay. 7), Sanbalat dan sekutunya
mulai mengadakan serangan secara fisik. Nehemia menghadapi serangan ini dengan
cara yang sama yaitu berdoa, keteguhan, dan kesiapan fisik maupun mental.
Jangan
meragukan atau mempertanyakan penyertaan Allah ketika kita menghadapi banyak
kesulitan, serangan, dan masalah dalam pelayanan ataupun pekerjaan kita.
Masalah dan kesulitan akan selalu ada. Hanya dengan doa, keteguhan hati, dan
kesiapan untuk terus bekerja, yang akan memimpin kita kepada keberhasilan yang
sudah Allah sediakan bagi kita.
Bersabar
Kesabaran
seharusnya menjadi ciri setiap orang percaya yang berusaha melakukan kehendak
Allah. Sifat yang baik ini diungkapkan John Wooden dalam bukunya They Call Me
Coach (Mereka Memanggilku Pelatih). Sang pengarang yang pernah menjadi kepala
pelatih bola basket di UCLA selama beberapa tahun itu mengatakan, "Dalam
permainan, sudah menjadi falsafah saya bahwa kesabaran akan menang. Yang saya
maksudkan adalah bersikap sabar dalam mengikuti rencana permainan kita.
Jika
kita sungguh-sungguh melakukannya, kita akan melemahkan lawan dan mengalahkan
mereka. Namun bila kita lepas dari gaya permainan kita, dan memainkan gaya
mereka, berarti kita dalam masalah. Dan bila kita membiarkan emosi lebih banyak
mengatur permainan daripada pikiran sehat, kita tidak akan berhasil. Saya
selalu mengingatkan tim kami, 'Mainkan permainanmu”.
Dan
akhirnya, bila kamu memainkan permainanmu, tetap pada gayamu, hasilnya akan
terlihat di akhir pertandingan! Ini bukan berarti kita pasti dapat mengalahkan
lawan, tetapi yang pasti kita tidak akan membuat diri kita kalah.
Tuhan mengatakan, "Lakukanlah apa yang benar dan percayalah
pada-Ku. Sekalipun keadaan begitu buruk hingga seolah-olah engkau akan kalah,
tetapi lakukanlah kehendak-Ku dan serahkan hasilnya pada-Ku. Aku berjanji bahwa
pada akhirnya kau akan menjadi pemenang." Strategi semacam itu tidak hanya
mencegah kita untuk tidak menyebabkan kekalahan bagi diri sendiri, tetapi juga
akan memimpin kita pada kemenangan yang besar!
#Salam_WOW