Oleh:
Reinhard Samah Kansil
Biarkan DIA menulis, apa pun yang DIA
Kehendaki.
Karya kasih karunia Tuhan permanen.
Ayat
19 memaparkan: “Berkatalah penduduk kota itu airnya tidak baik”. Ini bermakna,
keadaan Yerikho yang menyenangkan sangat terusik oleh keadaan air yang tidak
baik tersebut. Airnya jahat, juga tanahnya, menyebabkan keguguran bayi-bayi.
Mereka menganggap air yang mereka minum itulah yang menyebabkan keguguran.
Sumber air utama yang ada di Yerikho kuno itu rasanya manis dan airnya bening,
sedangkan mata air lainnya menghasilkan air payau.
Sementara ayat 20 tertulis: “Ambillah sebuah pinggan baru bagiku”.
Karya Tuhan harus dilaksanakan melalui bejana-bejana baru yang belum tercemar. Taruhlah garam di dalamnya, lanjut ayat ini.
Garam itu membersihkan dan mengawetkan. Di sini garam merupakan lambang dari
kuasa Tuhan yang mentahirkan dan mengawetkan. Dilanjutkan ayat 21: “Telah
Kusehatkan air ini”. Tanda dan lambang dari kesembuhan tersebut ialah garam
yang ada di dalam air itu. Bacaan kita ditutup ayat 22: ” Demikianlah air
itu menjadi sehat sampai hari ini”. Tuhan menyatakan kuasa-Nya untuk
memulihkan mereka yang berdosa dan memelihara mereka melalui iman. Pentahiran
itu sifatnya permanen; air yang berasal dari sumber tersebut tetap sehat sampai
sekarang. Demikian pula karya kasih karunia Tuhan di dalam diri kita sifatnya
permanen, satu-satunya landasan kokoh kita untuk menjalankan kehidupan yang
murni.
Karakteristik pelayanan Elisa yang pertama tergambar jelas ketika ia menyehatkan air di Yerikho. Kota Yerikho memang sudah dibangun kembali oleh Ahab, namun tetap menjadi kota yang tidak produktif. Nampaknya kota ini masih terikat oleh hukuman yang pernah dijatuhkan Tuhan melalui Yosua, sehingga penduduk dan tanahnya mengalami penderitaan. Mukjizat yang dilakukan Elisa membebaskan kota dan penduduk Yerikho dari penghukuman dan membawa mereka pada era yang baru. Dengan kata lain, karakteristik pertama pelayanan Elisa adalah menyatakan anugerah Tuhan kepada manusia yang membutuhkannya. Sedangkan karakteristik kedua pelayanan Elisa berbanding terbalik dengan yang pertama. Karakteristik kedua ini bersifat menyatakan penghukuman bagi mereka yang tidak hormat kepada Tuhan. Ini nampak dari peristiwa dimana Elisa mengutuk anak-anak yang mengolok-olok dirinya. Anak-anak ini tidak sekadar menghina Elisa namun sesungguhnya mereka telah menghina Tuhan yang diwakilinya di depan umum.
Penghukuman ini merupakan peringatan kepada seluruh bangsa Israel yang tidak taat dan percaya kepada-Nya bahwa penghujatan terhadap nama Tuhan tidak bisa ditolerir.
Seringkali di kalangan pelayan gereja muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. Apa hakikat pelayanan kita? Atau berita apa yang seharusnya kita sampaikan melalui pelayanan Kristen? Dua pertanyaan itu sebetulnya mengarah kepada karakteristik pelayanan yang sejalan dengan pelayanan Tuhan. Melalui dua mukjizat yang dilakukan dalam pelayanan pertamanya, Elisa memperlihatkan karakteristik pelayanan yang sesuai dengan-Nya.
Kedua karakteristik pelayanan Elisa merupakan satu koin dengan dua sisi yang tidak dapat dipisahkan. Bukankah ini juga merupakan karakteristik pelayanan Tuhan. Di satu sisi Tuhan memberikan anugerah-Nya kepada umat-Nya, namun di sisi lain Tuhan juga menyatakan penghukuman kepada mereka yang menolak anugerah-Nya.
Demikian pula seharusnya kita, di dalam setiap aktivitas pelayanan kita. Apakah itu diakonia, koinonia, maupun marturia, anugerah Tuhan yang membebaskan manusia dari hukuman kekal harus terus dikumandangkan dan penghukuman Tuhan kepada mereka yang menolak anugerah-Nya pun harus ditegaskan.
KITA TERLALU SERING MENGASIHI BENDA
DAN MEMANFAATKAN ORANG, SEHARUSNYA KITA MEMANFAATKAN BENDA DAN MENGASIH ORANG.
#Salam_WOW