JANGAN SEKALIPUN
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Kamu menyusahi TUHAN dengan
perkataanmu. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara
bagaimanakah kami menyusahi Dia?" Dengan cara kamu menyangka: "Setiap
orang yang berbuat jahat adalah baik di mata TUHAN; kepada orang-orang yang
demikianlah Ia berkenan --atau jika tidak, di manakah Allah
yang menghukum?" (Mal. 2:17)
Iri.
Ayat ini mengenai masalah pembalasan. Kenyataan bahwa
orang fasik kerap kali makmur dan sejahtera menjadi batu sandungan bagi orang
saleh selama hanya dapat memikirkan pembalasan dalam rangka dunia sementara
ini.
Kalimat ini: “Dengan cara
bagaimanakah kami menyusahi Dia?
Bermakna, walau agama mereka hanyalah suatu bentuk kosong, orang-orang yang
hidup sezaman dengan Maleakhi protes ketika kesalehan mereka
dipertanyakan. Sementara kalimat ini: “Setiap orang yang berbuat jahat”, Yang diacu adalah orang-orang
Yahudi yang duniawi dan juga orang kafir. Alasannya: Karena banyak orang
menikmati kemakmuran materi, walaupun mereka terus-menerus melanggar hukum
moral, maka andaikata Allah ada, Dia rupanya menyenangi mereka. Terakhir,
kalimat ini: “Di manakah Allah yang
menghukum?”, bermakna kehadiran Allah yang mahakuasa dan adil
dipertanyakan. Secara tidak langsung tuduhannya adalah bahwa jika Allah ada,
Dia tentu bertindak.
Meragukan Tuhan.
Umat bertanya dengan nada sinis, "Di manakah Tuhan yang menghukum?" Bangsa Israel pada zaman nabi Maleakhi dan Kristen zaman ini, pasti yakin telah menyembah Allah yang benar. Tetapi selalu ada bahaya terjadinya penyimpangan. Misalnya, mengkondisikan Tuhan sesuai selera kita. Akibatnya, semua perbuatan salah dibenarkan! Kristen telah dibebaskan dari gelap menuju terang, dari buta total menjadi dapat melihat. Allah membuat perubahan radikal dalam diri manusia. Tetapi jika firman Tuhan tidak lagi dihargai otoritasnya, atau tidak lagi menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan, maka kebenaran pun menjadi kabur, kebaikan Tuhan diragukan.
Tuhan yang benar. Tuhan tidak membeda-bedakan dosa. Dari yang bersifat
spiritual (sihir dan sejenisnya), yang bersifat pribadi (zinah), maupun dosa
mempermainkan keadilan, menindas yang lemah, dan sebagainya. Artinya, Tuhan
tidak pernah menekankan pengecaman hanya kepada salah satu dosa saja. Tuhan
yang kita sembah adalah Tuhan yang membuat perjanjian -- yang merangkul manusia
dengan kasih yang tidak patut mereka terima; Tuhan yang dahsyat; Tuhan yang
bertindak untuk meneguhkan keadilan; Tuhan yang tidak langsung menghancurkan,
tetapi berkarya memurnikan iman yang seringkali melalui penderitaan; Tuhan,
sumber Pengharapan. Mereka yang telah jatuh jauh pun, diubah secara radikal
sehingga hidupnya dimampukan menyenangkan hati Tuhan daripada menyusahkan.
Tuhan menuntut agar manusia hidup sesuai dengan hukum kasih dan akan menghakimi
mereka yang tidak mengindahkan perintah-perintah-Nya, antara lain mereka
seperti pemfitnah, pemeras tenaga pekerja dengan upah rendah, berlaku tidak
adil dan tidak peduli terhadap orang lemah.
Pada
suatu hari, seperti biasanya, ibu ini bangun pagi dan seperti kebiasaannya ia
bangun dan membaca Alkitabnya, berdoa dan setelah itu ia ke dapur untuk
mempersiapkan tempe yang akan di jualnya hari itu.
Pada
saat ia akan mengambil tempe yang telah dibuat sehari sebelumnya, betapa
kagetnya begitu ia membuka tutup wadah tempe buatannya, belum jadi! Masih berupa kedelai.
Ia
duduk sebentar, menarik napas panjang dan mulai berpikir ” Apa yang menyebabkan
ini terjadi padaku ya ? Apa aku sudah berbuat dosa atau ada sesuatu yang
lain sehingga hal ini bisa terjadi?” Ia mengambil keputusan untuk berdoa.
Doa
ibu ini sungguh-sungguh. “Dan sekarang aku berkata kepada kedelai ini, Dalam
nama Tuhan Yesus, aku perintahkan engkau berubah menjadi Tempe !”. Ibu ini
sering melihat bagaimana pendeta di gerejanya berdoa dan bagaimana ia belajar
Alkitab di gerejanya yang mengajarkan bagaimana anak Tuhan diberi otoritas oleh
Tuhan. Karena itulah ia belajar mempraktekkannya hari itu.
Apa Yang Terjadi?
Ternyata
tempe tersebut belum jadi. Masih seperti sebelumnya berupa tempe setengah jadi.
“Ya Tuhan, aku harus berbuat apa? Mengapa hal ini bisa terjadi padaku. Aku
nggak punya uang cukup untuk makan kalau hari ini aku tidak berjualan tempe.
Aku sudah mempraktekkan FirmanMu dengan iman, tapi Tuhan, kenapa Engkau tidak
buat Mukjizat. Apa Tidak ada mukjizat lagi di jaman sekarang?” kata ibu ini
dalam hatinya yang semakin resah dan bingung berkecamuk menjadi satu.
“Oh,
mungkin aku harus melangkah dengan iman” Pikir ibu ini kemudian. Kemudian ibu
ini mengambil tempe belum jadi ini dan memasukkannya ke dalam keranjang
pikulannya dan memondongnya ke punggungnya dan bersiap berangkat ke pasar.
Setibanya
di pasar, teman-teman seprofesinya bingung karena ibu ini tiba di pasar
kesiangan. Ibu ini menurunkan barang dagannya yang masih tertutup kain
tersebut, sambil menoleh ke dagangan tempe teman-temanya yang sudah mulai
habis, sedangkan dia sendiri belum berjualan karena kesiangan hari itu.
Tidak
lama kemudian, ibu ini melihat ada
seorang ibu paruh baya yang berjalan seolah mencari sesuatu dari suatu lapak ke
lapak lainnya hendak membeli sesuatu tapi tidak mendapat apa yang mau
dibelinya.
Sampai
ibu paruh baya tersebut berhenti di lapak ibu penjual tempe tersebut. “Ibu
mencari apa? Kok saya perhatikan mencari sesuatu tapi tidak mendapat apa yang
ibu mau beli” Kata ibu penjual tempe tersebut.
“Saya
cari tempe yang setengah jadi, bu, itu loh, tempe yang masih belum jadi tempe
tapi masih kededai yang mau jadi tempe. Saya sudah keliling ke seluruh penjual
tempe di pasar ini tapi nggak ada yang jualan tempe setengah jadi ” kata ibu
tersebut. “Anak saya yang tinggal di Jakarta, lagi ngidam hamil muda dan
ngidamnya itu kepingin tempe dari desa asalnya ini. Kalau saya paketkan tempe ini ke Jakarta dan
tiba di anak saya dua hari lagi ya tempe tersebut sudah nggak enak lagi.
Jadi supaya pas, saya harus cari tempe yang belum jadi. supaya kalau tiba di
rumah anak saya dua hari lagi, pas matangnya tempe tersebut dan enak
kalau dimakan”.
Singkat
cerita, tempe yang belum jadi itu, diborong semua oleh ibu paruh baya tersebut.
Moral cerita diatas, mengajarkan kita untuk jangan memaksa sekaligus meragukan
Tuhan. Sekali-kali, jangan!
PERCAYA KEBAIKAN TUHAN, AKAN MEMBUAT
KITA TAK RAGU, SEBAB DALAM SEGALA HAL TUHAN TURUT BEKERJA UNTUK MENDATANGKAN
KEBAIKAN BAGI KITA.
#Salam_WOW
NOTE:
Renungan ini ditulis
bersumber dari buku karangan saya dibawah ini. Tidak dijual bebas. Sila pesan. Saya
kirimkan. Hubungi 0818 0888 2611 (WA/SMS)