TUJUAN KHOTBAH
Untuk Apa tujuan khotbah itu...? Sebuah pertanyaan sederhana. Tetapi acap kali lalai dipersiapkan oleh pengkhotbah. Seharusnyalah kita menyadari hal penting menetapkan tujuan ini untuk khotbah apapun. Apa yang dijelaskan, dikatakan, disampaikan dalam khotbah, seluruhnya dibangun diatas pertanyaan sederhana diatas. Anda akan berkhotbah kesana kemari tanpa arah yang jelas apabila tidak memiliki tujuan khotbah.
Setiap Khotbah Harus Memiliki Tujuan
Apa yang kita harapkan dari Khotbah kita? Jawaban dari pertanyaan ini yang akan menjadi arah dari Khotbah kita. Setiap Khotbah harus punya tujuan. Dengan memiliki tujuan, kita akan lebih baik dalam melakukan persiapan, lebih berhati-hati dalam tindakan, tampil lebih memukau dan tepat sasaran, tentunya dengan hasil akhir yang berkesan bagi jemaat.
Buat tujuan kita dengan jelas, bisa dicapai dan kita tahu betul bagaimana mencapainya.
Berkhotbah mempunyai berbagai tujuan sesuai dengan kebutuhan.
Paling tidak ada lima tujuan Khotbah:
1) Menyampaikan informasi kepada jemaat
2) Memotivasi jemaat
3) Mencapai saling pengertian dan kesepakatan dengan jemaat
4) Mengubah pandangan jemaat
5) Membujuk dan mempengaruhi jemaat merubah perilakunya.
Khotbah yang memukau paling tidak memiliki dua tujuan. Kalau hanya satu tujuan saja maka khotbah tersebut tidak dapat dikatakan khotbah yang memukau. Mengapa? Karena apabila kita hanya memiliki tujuan berkhotbah hanya satu (misalnya: Menyampaikan Informasi), maka khotbah tersebut akan kering. Khotbah yang hanya memiliki tujuan memberikan informasi hanya berisikan data, sejarah, peristiwa dan nama tempat/orang saja. Khotbah seperti itu akan membosankan dan tidak memiliki pengaruh yang positif.
(... bersambung)
NOTE:
Tulisan ini dikutip dari Buku 'Khotbah WOW" halaman 59-60, karangan saya.
Buku ini diterbitkan oleh 'Amarilis" dengan No. ISBN: 978-602-6420-00-8
Jumlah halaman 270, dengan Finishing: Soft Cover
Harga: Rp. 70.000,- (+ Ongkir)
Buku ini tidak dijual bebas.
Sila pesan lewat WA/SMS: 0818 0888 2611
Akan dikirim via Pos & Giro
Rabu, 14 Maret 2018
Sabda Bina Diri (Hari ke 208) Kamis, 15 Maret 2018, Yohanes 12:29-36
CUKUP BERTANYA, SAATNYA
BERSIKAP
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Pancarkan
sinar terang kemuliaan Tuhan lewat sikap kita dimanapun kita berada.
Suara Surgawi
Bacaan kita hari ini diawali dengan pendapat orang banyak
yang berdiri di situ mengenai ‘suara’ (ay. 29). Beberapa dari mereka berkata
bahwa itu bunyi guntur.
Yang lain mengatakan: ‘Seorang
malaikat telah berbicara dengan Dia’. Hal ini menunjukkan, Tuhan berfirman dengan satu dua cara, orang tidak
memperhatikannya.
Yesus
berkata: "Suara itu datang bukan demi Aku, melainkan
demi kebaikanmu" (ay. 30). "Supaya kamu semua yang telah mendengarnya menjadi percaya bahwa Bapa telah mengutus Aku."
Lalu apa makna dari suara itu? Dia yang ada di pangkuan Bapa pasti mengenal suara-Nya
dan apa maksud dari suara-Nya itu. Ada dua hal yang Allah maksudkan sewaktu Ia
berkata hendak memuliakan nama-Nya
sendiri: 1) Bahwa melalui kematian Kristus, Iblis akan ditaklukkan (ay.
31); 2) Bahwa melalui kematian Kristus, jiwa-jiwa akan dipertobatkan, dan ini
artinya Iblis dilemparkan ke luar
(ay. 32).
Dalam pada itu, meskipun mereka telah
mendengar suara dari sorga dan kata-kata penuh kemuliaan yang keluar dari mulut
Kristus, mereka tetap saja berkeberatan dan mencari gara-gara untuk bertengkar
dengan-Nya (ay. 34). Karena itulah, daripada meladeni kebodohan mereka, Kristus
lebih memilih untuk melayangkan peringatan keras bagi mereka agar waspada
supaya tidak menyia-nyiakan kesempatan yang mereka punya dengan melontarkan
gerutuan remeh yang tidak berguna seperti itu (ay. 35-36).
Terang Injil Kristus
Hari hari ini, kita memasuki minggu sengsara. Bacaan kita sampai pada
saat jelang kematian Yesus. Apalagi yang kita pertengkarkan? Masihkah kita
menuntut kejelasan suara-suara Tuhan?
Suara dari surga itu dapat didengar oleh telinga rohani orang banyak,
termasuk kita. Tak usahlah kita bereaksi yang berbeda pada suara-suara surgawi
itu. Kita sudah tidak perlu lagi penjelasan seperti orang-orang dibacaan kita yang
bertengkar menuntut penjelasan.
Salib melambangkan penghakiman atas penguasa dunia karena iblis
dikalahkan dan kasih Allah dinyatakan oleh ketaatan Yesus. Prinsip ini sangat
penting. Saat peninggian salib akan menarik banyak orang datang kepada-Nya.
Maksudnya kematian Yesus di atas kayu salib mendatangkan berkat bagi
banyak orang. Ucapan- ucapan ini tidak dapat dipahami oleh orang banyak, dan
mungkin juga oleh para murid-Nya ketika itu. Janganlah kita bingung dengan
pernyataan itu.
Jangan meminta agar Yesus bicara
lebih jelas, IA tidak meladeni. Terang telah bersinar. Yang kita perlukan bukan
lebih banyak penjelasan dan tanda, tetapi menentukan sikap. Pertanyaannya,
masihkah ada kegelapan tersisa dalam hidup kita yang belum disoroti oleh terang
Injil Kristus?
#Salam_WOW
NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku karangan saya di atas.
Buku ini tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS 0818 0888 2611
Buku ini tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS 0818 0888 2611
Penerbit 'AMARILIS' yang menerbitkan buku ini.
Tebal buku ini 216 halaman dengan ukuran 20 x 15 cm.
Harga buku Rp. 65.000 (+Ongkir).
Sabda Bina Diri (Hari ke 207) Rabu, 14 Maret 2018, Yohanes 10:1-21
SEKAWANAN BUKAN SEKANDANG
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Anugerah dan berkat akan datang kepada
orang
yang tidak duduk diam saat menunggu.
Melayanilah.
Pintu kandang
Teks kita hari ini mengambarkan dua hal. Jenis-jenis gembala dan Gembala
bukan orang upahan. Yohanes mencatat, jenis yang pertama adalah gembala yang
tidak dikenal dombanya. Sementara jenis yang kedua adalah Gembala yang dikenal
domba-Nya (ay. 1-10).
Gembala jenis pertama tidak segan melukai domba-dombanya karena memang
bukan miliknya. Dalam pada itu, gembala jenis kedua adalah Gembala yang
mengenal baik nama dan suara domba-domba-Nya. Sebaliknya, domba-domba-Nya
mengenal Gembalanya. Tidak hanya itu, domba yang sakit dirawatnya, yang luka
dibalutnya, yang hilang dicarinya. Hanya Yesus yang dapat menjadi Gembala yang
baik bagi manusia.
Oleh dan karena itu, pada bagian kedua, Yohanes mencatat: “Yesus bukan
saja memegang peranan sebagai Gembala sejati yang menjamin keamanan dan
kebutuhan masing-masing domba peliharaan-Nya, tetapi juga Pintu bagi
domba-domba-Nya dan memberi hidup berkelimpahan” (ay. 11-21).
Sekawanan domba
Bagian pertama bacaan ini hendak mengatakan dikekinian kita, hendaknya
kita jeli melihat, bahwa Yohanes mencatat istilah “sekawanan domba” bukan
“sekandang domba”. Kesederhanaan pesan ini ternyata tak juga kita pahami.
Artinya, ketika Yesus mengatakan bahwa Ia pun menerima domba lain yang ingin
dituntun-Nya dan bergabung bersama domba milik-Nya.
Pernyataan Yesus: "Akulah Gembala yang baik, sebenarnya menegaskan
bahwa para pemimpin agama zaman old dan zaman now, kita hari ini, haruslah
menjadi Gembala baik bagi “sekawanan domba” bukan “sekandang domba”. Maksudnya,
janganlah hanya melayani di ‘kandang’ saja. Jangan hanya melayani di batasi
tembok-tembok organisasi yang bernama Gereja.
Sementara pada bagian dua bacaan kita, hal yang bisa kita renungkan
adalah: Bila seseorang menyerahkan dirinya untuk digembalakan oleh Gembala
Sejati, yaitu Tuhan Yesus, akan didapatinya pengalaman hubungan kasih
mengasihi. Sebaliknya, waspada terhadap "para gembala" palsu melalui
ajaran-ajaran sesat mereka yang justru ingin membahayakan keselamatan para
domba. Pastikan bahwa iman, harap dan kasih saudara sepenuhnya tertuju pada Tuhan
Yesus Kristus.
Karenanya berdoalah begini: “Tuhan terima kasih, bahwa Engkau bukanlah
gembala upahan. Engkaulah Gembala sejati dalam hidup kami”.
JANGAN MEMPERHITUNGKAN
HARGA YANG HARUS KITA BAYAR
JIKALAU KITA MELAYANI,
KARENA TUHAN TELAH MEMBAYAR
HARGA YANG SANGAT
MAHAL AGAR KITA DAPAT MELAYANI.
#Salam_WOW
NOTE:
Renungan ini bersumber dari buku karangan saya di atas.
Buku ini tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS 0818 0888 2611
Buku ini tidak dijual bebas. Sila pesan via WA/SMS 0818 0888 2611
Tebal buku ini 216 halaman dengan ukuran 20 x 15 cm
Harga buku Rp. 65.000 (+Ongkir)
Langganan:
Postingan (Atom)