(Kisah Para Rasul 5:1-11)
BERCABANG HATI
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Oleh: Reinhard Samah Kansil
Sama seperti bulan, ada sisi gelap dalam kehidupan kita
yang orang lain tidak dapat melihatnya. Tapi Tuhan dapat.
Tuhan melihat gelapnya
hati Ananias dan Safira.
Ananias dan Safira adalah
sepasang suami istri yang cemburu akan penghargaan yang diterima Barnabas. Mereka
menjual tanah dan menyumbangkan hasilnya untuk orang miskin. Tetapi mereka
bersekongkol untuk berpura-pura telah memberikan semua hasil penjualan tanah
itu, padahal menyimpan sebagian dari hasil penjualan. Akibat tipuan itu mereka
berdua ditimpa kematian mendadak. Kejadian ini menakutkan seluruh jemaat dan
semua orang yang mendengar kejadian itu (ay. 11).
Hati mereka bercabang,
oleh sebab itu mereka harus
menanggung akibat kesalahannya.
Mereka bercabang hati. Jika mereka sepenuhnya orang yang
duniawi, mereka tidak akan menjual tanah mereka. Dan, jika mereka sepenuhnya
orang Kristen, mereka tidak akan menahan sebagian uang hasil penjualan (ay. 2).
Dusta dan tamak dimurnikan
oleh nurani dan disiplin.
Empat pelajaran utama. Pertama, Ananias dan Safira
tidak berdosa kepada para rasul, tetapi kepada Allah. Allah membenci
kemunafikan. Dosa yang menghancurkan dan meracuni persekutuan Kristen ini
diungkapkan agar gereja menjauhkan kemunafikan. Kedua, bahwa mereka tamak
terhadap kekayaan dunia, dan tidak percaya pada Allah dan pemeliharaan-Nya.
Ketiga, Ananias dan Safira telah gagal menjaga kesucian hati nuraninya.
Kesucian hati nurani sangat penting bagi kelangsungan hidup umat tebusan-Nya.
Keempat, pentingnya menegakkan disiplin gereja. Gereja harus waspada terhadap
pelanggaran yang dilakukan jemaat, sebab hal-hal itu bisa menjadi senjata Iblis
untuk menghancurkan persekutuan Kristen.
Jangan berdusta, jangan
tamak, jaga kesucian nurani dan tegakkan disiplin Gereja.
Itu yang Tuhan minta
kita lakukan.
Bagaimana menurut
saudara…?